Pemodelan Dinamika Gerak Air dan Sedimentasi Pada Teluk Semi-Tertutup “Teluk Ambon Dalam”.
View/Open
Date
2017Author
Noya, Yunita A.
Purba, Mulia
Koropitan, Alan
Prartono, Tri
Metadata
Show full item recordAbstract
Masalah sedimentasi yang terjadi di Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan wacana publik yang telah dibicarakan dalam beberapa tahun belakangan ini. Sebaran sedimen umumnya terkait dengan dinamika gerak air di TAD, khususnya pengaruh pasang surut (pasut). Dangkalnya TAD menandakan kondisi perairan yang barotropik karena percamuran massa air terjadi secara sempurna. Namun kemungkinan baroklinik dapat terjadi bila ada pengaruh debit air sungai yang tinggi atau kedalaman ambang di perairan sekitarnya. Untuk menjelaskan karakteristik oseanografi di TAD tersebut maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1) menelaah dinamika gerak air dan fenomenanya, 2) menganalisis transpor sedimen dan proses sedimentasi, 3) mengestimasi gerak perpindahan partikel (particle tracking) sedimen kohesif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa verifikasi antara hasil model dan hasil pengukuran memperlihatkan kecocokan yang cukup sesuai. Hasil simulasi menunjukan bahwa jumlah eddys horizontal lebih banyak terjadi pada fase surut terendah dan pasang tertinggi dibandingkan dengan fase menuju surut dan menuju pasang. Secara musiman, jumlah eddys horizontal lebih banyak terjadi pada musim barat atau musim kemarau, dibandingkan dengan musim timur atau musim hujan. Hal mana diduga parameter utama yang mempengaruhi pola sirkulasi air dan eddys pada TAD di musim hujan adalah debit aliran sungai. Pada musim kemarau, konfigurasi topografi dan pasang surut diduga sebagai faktor utama yang mempengaruhi pola sirkulasi air dan eddys. Eddys yang dominan di TAD adalah eddys yang berlawanan arah jarum jam. Eddys horizontal (berlawanan arah jarum jam) terjadi di tengah TAD, sedangkan eddys vertikal terjadi di mulut TAD yaitu di sekitar kedalaman ambang.
Hasil simulasi menunjukan suatu pola aliran di TAD, dimana umumnya pada lapisan permukaan arah aliran dominan bergerak keluar teluk, sedangkan pada lapisan di bawah 25 m bergerak ke arah ujung teluk. Sementara, pada lapisan di antara keduanya merupakan aliran transisi yang lemah dan tidak jelas arah dominannya. Hal ini mengakibatkan terjadinya eddys vertikal dan umumnya terjadi di depan Ambang dan bagian tengah teluk sampai dengan pangkal teluk. Dengan demikian, kondisi baroklinik di TAD dipengaruhi oleh konfigurasi topografi, yaitu melalui keberadaan kedalaman ambang di mulut teluk dan titik terdalam di dekat ambang.
Pengaruh musim terhadap sirkulasi air di TAD dapat dilihat dari besar kecilnya kecepatan arus pada Ambang. Pada musim timur, kecepatan arusnya lebih tinggi dibandingkan pada musim barat. Hal ini mungkin diakibatkan oleh volume debit air sungai yang tinggi pada musim timur dibandingkan dengan musim barat.
8
Saat curah hujan maksimum, sebaran konsentrasi sedimen kohesif (secara vertikal) mulai dari permukaan sampai dengan kedalaman 30 m berkisar 3,5-15 Kg/m3. Intensifikasi konsentrasi sedimen kohesif terlihat jelas pada pangkal teluk (di sekitar Waiheru, Passo, dan Lateri). Pada perairan ambang, dampak akumulasi sedimen kohesif terhadap perubahan batimetri ditunjukkan oleh hasil model yaitu sekitar 0,01 – 0,19 cm selama 30 hari atau rata-rata 0,47 mm/hari. Sementara itu, pada perairan TAD berkisar antara 1,75 – 10,01 cm selama 30 hari atau sekitar 39,9 mm/hari.
Hasil simulasi model gerak partikel menunjukan pola pergerakan partikel sedimen kohesif pada musim timur dari sungai Wailata, Waiguru-guru, Waihunut, Waiheru, dan Waisala yang dominan berada di tengah teluk. Partikel sedimen yang berasal dari Waitonahitu, Waireka, dan Air besar lebih dominan menyusuri pesisir perairan Lateri sampai dengan Halong. Partikel sedimen yang berasal dari sungai Waisala (Waiheru) merupakan partikel sedimen kohesif yang paling lama berada pada TAD (lebih dari 30 hari), sedangkan partikel sedimen dari sungai Waihunut lebih cepat keluar dari TAD (kurang dari 2 hari).
Pada musim barat, partikel sedimen dari sungai Wailata (Poka) dan Waiguru-guru (Batu koneng) merupakan partikel sedimen yang paling cepat keluar dari TAD (kurang dari 2 hari). Partikel sedimen yang berasal dari sungai Waihunut merupakan partikel yang berada paling lama di TAD (sekitar 20 hari). Secara umum, pergerakan partikel sedimen dari sungai Waihunut, Waiheru, Waisala dan Air besar dominan bergerak pada tengah teluk. Hal ini menunjukan bahwa ada kemungkinan partikel sedimen kohesif yang mendominasi perairan pada TAD berasal dari Waihunut, Waiheru, dan Waisala.
Collections
- DT - Fisheries [733]