Show simple item record

dc.contributor.advisorAlikodra, Hadi Sukadi
dc.contributor.advisorKusmana, Cecep
dc.contributor.advisorRetraubun, Alex S W
dc.contributor.authorRirihena, Rhony Einstein
dc.date.accessioned2017-12-12T04:33:01Z
dc.date.available2017-12-12T04:33:01Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88500
dc.description.abstractSalah satu praktek agroforestri pada wilayah pulau-pulau kecil di Kepulauan Maluku, termasuk di Pulau Ambon, dikenal dengan dusun. Namun demikian, praktek agroforestri dusun di Pulau Ambon saat ini mengalami berbagai tekanan dan ancaman keberlanjutannya sehingga dikhawatirkan mengancam ekosistem Pulau Ambon maupun kehidupan penghuninya. Permasalahan yang ditemukan di lokasi penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan agroforestri dusun, antara lain banyak lahan yang rusak, luasan dusun makin sempit, produktivitas dan harga produk makin menurun, kecenderungan pemilik untuk menjual dusunnya, kearifan lokal dalam pengelolaannya makin tergerus, alih fungsi lahan dusun intensif. Kondisi ini berakibat terjadi banjir di musim penghujan dan kekurangan air di musim kemarau, erosi, dan sedimentasi yang mengancam ekosistem pesisir Teluk Ambon, serta dukungan kebijakan pemerintah jauh dari yang diharapkan. Banyak penelitian agroforestri yang telah dilakukan tetapi hanya fokus pada kondisi di pulau besar. Belum ada kajian agroforestri yang mengkaji integrasi daratan, laut dan pesisir secara satu kesatuan yang berkelanjutan di pulau kecil di Indonesia. Karena itu sangat perlu untuk mengadakan penelitian yang mampu mengintegrasikan keberadaan praktek agroforestri dusun di daratan Pulau Ambon dan hubungannya dengan ekosistem laut dan pesisir secara berkelanjutan sehingga dapat mengimplementasikan konsep Integrated Coastal Management (ICM) untuk mengintegrasikan pengelolaan sumberdaya di pulau kecil. Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan keberlanjutan sistem agroforestri terintegrasi dengan ekosistem pesisir dan laut di Pulau Ambon. Untuk mencapai tujuan utama tersebut dilakukan empat kajian, yaitu: (1) mengidentifikasi komposisi dan struktur tegakan agroforestri dusun; (2) melakukan estimasi kontribusi agroforestri dusun terhadap pembentukan pendapatan rumah tangga serta standar kehidupan fisik minimum dan kehidupan hidup layak rumah tangga dan luas lahan minimum untuk mencapai kehidupan hidup layak; (3) menginventarisasi kondisi organisasi sosial budaya masyarakat pemilik dusun; dan (4) menganalisis status keberlanjutan agroforestri dusun terintegrasi dengan sumberdaya pesisir dan laut melalui dimensi keberlanjutan ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagaan dan teknologi di Pulau Ambon. Penelitian dilakukan di tiga negeri yang terletak di Jazirah Leitimor, Kota Ambon, di Pulau Ambon, yaitu: Negeri Halong, Negeri Amahusu, dan Negeri Soya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan survey vegetasi dusun di ketiga negeri, wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner, wawancara dengan stakeholder terkait, dan fokus group diskusi. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain: BPS, BMKG, instansi terkait, LSM, perguruan tinggi, publikasi ilmiah, dan laporan. Nilai indek dan status keberlanjutan integrasi pengelolaan dusun ditentukan melalui teknik ordinasi Rap-sasi (Rapid Appraisal-Sutainable agriculture in small island) dengan metode Multiv Dimensional Scaling (MDS). Hasil analisis leverage selanjutnya digunakan sebagai landasan rumusan integrasi pengelolaan agroforestri dengan sumberdaya pesisir dan laut di Pulau Ambon. Struktur dan komposisi jenis tanaman yang diusahakan pada agroforestri sistem dusun di Negeri Halong, Amahusu dan Soya berbeda. Kerapatan dan keragaman jenis berbeda antara ketiga negeri. Hasil analisis vegetasi mengindikasikan pentingnya peran praktek agroforestri sistem dusun untuk menjamin ketersediaan jasa ekologis dan konservasi di wilayah pulau kecil. Kontribusi agroforestri dusun terhadap pendapatan ekonomi rumah tangga masing-masing sebesar 18.67%, 24.94%, dan 32.52%, berturut-turut di Negeri Halong, Amahusu dan Soya. Tanaman mayang (Arenga pinnata) sebagai plasma nutfah sangat potensial untuk meningkatan pendapatan rumah tangga serta upaya konservasi biodiversitas. Pendapatan agroforestri dusun di dua Negeri, Halong dan Amahusu, berturut-turut sebesar Rp 9 684 000 dan Rp 11 033 615 ha tahun−1, belum memenuhi standar Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) sebesar Rp.16 000 000 KK−1 tahun−1 , sedangkan Negeri Soya yang telah memenuhi KFM sebesar Rp18 397 636 ha tahun−1. Pengusahaan agroforestri sistem dusun di ketiga negeri belum memenuhi standar Kehidupan Hidup Layak (KHL) sebesar Rp 40 000 000 KK−1 tahun−1. Untuk mencapai pendapatan dari usaha agroforestri dusun agar hidup layak diperlukan luas lahan (dusun) minimal 4.13 ha KK−1; 3.62 ha KK−1; dan 2.17 ha KK−1, berturut-turut di Negeri Halong, Amahusu dan Soya. Konsep dusun pada awalnya mempunyai kaitan dengan kelompokkelompok genealogis dan salah satunya adalah dati yang dalam perkembangan selanjutnya menghasilkan istilah dusun dati. Hak petuanang (teritorial) dari komunal dati diakui adanya hak individual dari anak/waris dati, dan dalam perkembangannya hak petuanang semakin lemah, sedangkan hak individual semakin kuat. Proses individualisasi terhadap tanah/dusun dati dikhawatirkan mengancam ketersediaan jasa dan fungsi ekologis dari dusun yang pada awalnya pengelolaannya melalui pranata dati. Status keberlanjutan integrasi pengelolaan agroforestri sistem dusun di Jazirah Leitimor, Pulau Ambon, pada kondisi existing adalah 47.75%, tergolong kurang berkelanjutan. Dari kelima dimensi keberlanjutan, hanya dimensi ekonomi yang mencapai status cukup berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan 57.70%. Status empat dimensi keberlanjutan yang lain tergolong tidak berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan masing-masing sebesar 46.22% (dimensi ekologi), 42.23% (dimensi sosial), 48.21%, (dimensi kelembagaan), dan 47.74% (dimensi teknologi). Rumusan integrasi pengelolaan agroforestri dusun berkelanjutan di Pulau Ambon dapat diimplementasikan melalui intervensi terhadap 26 atribut sensitif dengan menekan risiko kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan, prosesproses ekologi dapat berlangsung dengan normal, sosial budaya dan kelembagaan tetap terjaga, penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan bersamaan dengan itu ekonomi, kebahagiaan, dan damai sejahtera dapat tercapai.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgricultureid
dc.subject.ddcAgroforestryid
dc.titleIntegrasi Pengelolaan Agroforestri Dusun Berkelanjutan di Pulau Ambon (Studi Kasus Kota Ambon).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAgroforestri dusunid
dc.subject.keywordberkelanjutanid
dc.subject.keywordpesisir dan lautid
dc.subject.keywordpulau kecilid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record