dc.description.abstract | Pertumbuhan penduduk yang pesat telah terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Tahun 2010, sebesar 60% penduduk tinggal di perkotaan, dan pada tahun 2050 diprediksikan akan mencapai 80% (Firman, 2010). Kondisi ini memicu me7.ingkatnya kebutuhan akan perumahan dan infrastruktur kota. Pembangunan infrastruktur kota telah mcngkonversi lahan alami menjadi ruang terbangun dan menyebabkan dampak negatif pada ekosistem alami perkotaan. Dominansi pennukaan lahan
terbangun ini telah meningkatkan luasan pennukaan kedap air di perkotaan, dan berdampak pada meningkatnya volume limpasan pennukaan pemicu terjadinya banjir. Pemikiran untuk segera beralih pada konsep pembangunan kota yang berkelanjutan, merupakan pilihan terbaik agar dapat mengantisipasi dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang semakin mengancam keberlanjutan kota. Urban green infrastructure (infrastruktur hijau kota) merupakan konsep baru
dalam konservasi lahan kota menuju kola lestari. Setiap lahan kola seharusnya dikembangkan dengan pendekatan kola yang berkelanjutan, dengan prinsip meminimalisir permukaan kedap air. Makalah ini merupakan hasil kajian literatur yang bertujuan untuk memperda!am pemahaman akan peran penting dan manfaat ekologis penerapan infrastruktur hijau kola untuk terwujudnya kota lestari. Aplikasi konsep green street di negara maju sebagai salah satu aplikasi infrastruktur hijau
terbukti bermanfaat meningkatkan kualitas kota, melalui pengendalian limpasan permukaan dan mengantisipasi resiko kejadian banjir di perkolaan. Hasil kajian literatur menunjukkan beberapa faktor penting harus diubah dan dipersiapkan untuk keberhasilan aplikasi green street pada kola-kota di Indonesia. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dan Rencana Aksi Kola Hijau (RAKH) yang sedang gencar dilaksanakan di Indonesia sebagai upaya pengembangan RTH berbasis
infrastruktur hijau harus diintegrasikan dengan penyusunan rencana tata ruang (RTRW). dan dapat tercermin dalam struktur serta pola ruang masing-masing kota. | id |