Produktivitas dan Kualitas Lemak Daging Sapi Bali yang Diberi Ransum Mengandung Sabun Kalsium Minyak Nabati dan Tepung Buah Semu Jambu Mete
View/Open
Date
2017Author
Bain, Ali
Wiryawan, Komang Gede
Astuti, Dewi Apri
Arman, Chairussyuhur
Suharti, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Penggunaan minyak nabati pada ternak ruminansia berkembang pesat karena
tidak hanya mengandung densitas energi tetapi juga mengandung asam lemak tak
jenuh majemuk (PUFA) yang tinggi. Kadar PUFA yang tinggi dalam minyak nabati
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas lemak daging dan susu ternak
ruminansia. Meskipun demikian, penggunaan PUFA perlu dikontrol karena
menimbulkan dampak negatif dan mengalami proses biohidrogenasi menjadi asam
lemak jenuh dalam pencernaan rumen. Sejumlah penelitian menunjukkan, proteksi
PUFA dengan teknologi sabun kalsium (SCa) dapat menekan dampak negatif dan
biohidrogenasi PUFA di dalam rumen. Penggunaan senyawa tanin juga dapat
digunakan menekan proses biohidrogenasi PUFA dalam rumen. Buah semu jambu
mete (BSJM) merupakan bahan pakan yang mengandung tanin dan mempunyai
biomassa dan kandungan nutrien yang baik sebagai bahan pakan sumber energi
dalam ransum ternak ruminansia.
Rangkaian penelitian ini dilakukan bertujuan : (1) menyeleksi jenis minyak
nabati dengan bentuk suplementasi tidak terproteksi dan terproteksi sabun kalsium,
(2) mengoptimalisasi penggunaan level minyak nabati terproteksi sabun kalsium, (3)
mengevaluasi efek kombinasi penggunaan SCa minyak nabati dan tepung BSJM, (4)
mengevaluasi penggunaan konsentrat yang mengandung SCa minyak nabati dan
TBSJM terhadap produktivitas dan kualitas lemak daging sapi Bali. Penelitian ini
terdiri atas tiga tahap penelitian in vitro dan satu tahap penelitian in vivo. Sumber
inokulum mikroba penelitian in vitro adalah cairan rumen sapi Bali. Peubah yang
diukur pada seluruh tahapan penelitian in vitro terdiri atas kadar pH, N-NH3,
produksi total volatile fatty acid (total VFA), produksi total gas, populasi total
bakteri dan protozoa, kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik
(KcBO). Komposisi ransum penelitian adalah campuran 40% rumput lapang (RL)
dan 60% konsentrat (K) dengan kandungan nutrien disesuaikan dengan kebutuhan
sapi Bali bobot badan 250 kg dan pertambahan bobot badan 0.75 kg hari-1.
Penelitian in vitro pertama dilaksanakan menggunakan rancangan acak
kelompok pola faktorial 3 x 2 yaitu 3 jenis minyak nabati (minyak kedelai, minyak
sawit dan minyak bunga matahari) dan 2 bentuk suplementasi (tidak terproteksi dan
terproteksi SCa). Ransum perlakuan terdiri atas, R1 (40% RL + 60% K,
mengandung 5% minyak kedelai), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 5% minyak
sawit), R3 (40% RL + 60% K, mengandung 5% minyak bunga matahari), R4 (40%
RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai), R5 (40% RL + 60% K, mengandung
5% SCa-sawit) dan R6 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-matahari).
Kombinasi ransum perlakuan dilaksanakan dalam 3 ulangan (berdasarkan periode
pengambilan cairan rumen). Hasil penelitian menunjukkan, interaksi faktor
perlakuan tidak mempengaruhi seluruh peubah penelitian. Suplementasi SCa-kedelai
dalam konsentrat secara mandiri menghasilkan produksi total VFA terbaik sehingga
dipilih sebagai bahan perlakuan dalam penelitian in vitro kedua.
Penelitian in vitro kedua menggunakan rancangan acak kelompok 4 x 3,
untuk menguji empat jenis ransum perlakuan (konsentrat yang mengandung SCakedelai
pada level yang berbeda yang dilaksanakan dalam tiga ulangan (periode
pengambilan cairan rumen sapi Bali). Jenis ransum perlakuan terdiri atas : R1 (40%
RL + 60% K), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 2.5% SCa-kedelai), R3 (40% RL
+ 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai), dan R4 (40% RL + 60% K, mengandung
7.5% SCa-kedelai). Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan SCa-kedelai pada
level yang berbeda tidak mempengaruhi pH, konsentrasi N-NH3, populasi mikroba,
nilai KcBK dan KcBO tetapi sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi produksi total
VFA. Produksi total VFA tertinggi diperoleh pada perlakuan R4. Produksi total VFA
terendah pada ransum perlakuan R1 (kontrol). Meskipun suplementasi 7.5% SCakedelai
menghasilkan produksi total VFA terbaik namun level tersebut mulai
menekan populasi total bakteri. Oleh karena itu, konsentrat mengandung 5% SCakedelai
dipilih sebagai level SCa-kedelai untuk dikombinasikan dengan TBSJM
(level 10% dan 20%) dalam penelitian in vitro ketiga.
Penelitian in vitro ketiga dilaksanakan menggunakan rancangan acak
kelompok 4 x 3 untuk mengevaluasi 4 jenis jenis ransum perlakuan yaitu : R1 (40%
RL + 60% K), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai, R3 (40% RL +
60% K, mengandung 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM) dan R4 (40% RL + 60% K,
mengandung 5% SCa-kedelai dan 20% TBSJM). Seluruh perlakuan dilaksanakan
dalam 3 ulangan (berdasarkan periode pengambilan cairan rumen sapi Bali). Hasil
penelitian menunjukkan, penggunaan konsentrat mengandung 5% SCa-kedelai dan
20% TBSJM (R4) menghasil konsentrasi N-NH3 dan produksi total VFA yang paling
rendah. Berdasarkan hasil dari seluruh peubah penelitian, ransum perlakuan R2 dan
R3 dipilih sebagai ransum perlakuan untuk diaplikasikan pada penelitian in vivo.
Penelitian in vivo dilakukan untuk mengaplikasikan dan mengevaluasi efek
penambahan 5% SCa-kedelai dan kombinasi 5% SCa-kedelai +10% TBSJM dalam
kosentrat sapi Bali jantan. Sapi Bali jantan yang digunakan berumur 1.5 - 2 tahun
sebanyak 12 ekor, dengan rataan bobot badan 226.00 13.17 kg. Penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok 3 x 4 untuk menguji tiga jenis ransum
perlakuan yang menggunakan 4 ekor sapi Bali sebagai ulangan. Ransum perlakuan
terdiri atas : R1 (40% RL+ 60% K), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCakedelai),
R3 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM).
Peubah penelitian yang diukur terdiri atas performa produksi, karakteristik
fermentasi dan populasi mikroba rumen, kecernaan nutrien, komposisi tubuh, profil
metabolit plasma darah dan profil lemak daging sapi Bali. Hasil penelitian
menunjukkan, ransum perlakuan tidak mempengaruhi konsumsi ransum, performa
produksi, karakteristik fermentasi rumen, kecernaan serat kasar, kecernaan ADF dan
kecernaan NDF, komposisi tubuh, profil metabolit plasma darah dan profil lemak
daging sapi Bali. Suplementasi 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM dalam konsentrat
menghasilkan kecernaan bahan organik dan kecernaan lemak tertinggi namun
menghasilkan kecernaan protein kasar lebih rendah dibanding kontrol.
Disimpulkan bahwa suplementasi SCa minyak nabati tidak berdampak
negatif terhadap proses fermentasi tetapi menghasilkan karakteristik fermentasi yang
kondusif bagi kelangsungan proses fermentasi secara in vitro dan in vivo.
Suplementasi 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM dalam konsentrat dapat digunakan
sebagai sumber PUFA dan energi pada ransum penggemukan sapi Bali.
Collections
- DT - Animal Science [352]