Analisis Mutasi Gen Epidermal Growth Factor Receptor pada Sampel Sediaan Hapusan Sitologi dan Plasma Darah Pasien Kanker Paru.
Abstract
Pasien kanker paru dengan mutasi gen EGFR merupakan subjek primer
untuk mendapatkan terapi EGFR-TKI. Saat ini, sampel-sampel seperti jaringan
tumor dan sitologi banyak digunakan sebagai sumber DNA untuk mendeteksi
mutasi gen EGFR. Akan tetapi, sampel-sampel tersebut memiliki kelemahan
seperti sulit untuk didapatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kami menguji
kemampuan cell-free DNA (cfDNA) untuk digunakan sebagai sumber DNA
dalam mendeteksi mutasi gen EGFR. Kami juga menganalisis limit deteksi dari
metode high-resolution melting polymerase chain reaction (HRM-PCR) dan
restriction fragment length polymorphism (RFLP) dalam mendeteksi mutasi gen
EGFR yang dibandingkan dengan metode pengurutan DNA. Selain itu, kami juga
menganalisis hubungan antara status mutasi gen EGFR dengan angka tahan hidup
pasien kanker paru. Sebanyak masing-masing 116 sampel sitologi dan cfDNA
darah dikumpulkan dari pasien kanker paru. DNA dari masing-masing sampel
diisolasi dan dianalisis untuk mengetahui status mutasi gen EGFR pada ekson 18,
19, 20, dan 21 dari sampel tersebut menggunakan metode HRM yang dilanjutkan
dengan metode pengurutan DNA (ekson 18), elektroforesis agar (ekson 19), dan
RFLP (ekson 21), sedangkan mutasi gen EGFR pada ekson 20 dianalisis
menggunakan metode pengurutan DNA.
Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan, uji sensitivitas metode HRM
dan RFLP menunjukkan bahwa metode HRM dan RFLP dapat mendeteksi adanya
mutasi gen EGFR pada sampel yang mengandung DNA mutan sebesar 6.25%
(ekson 18 dan 19), 1% sampai 12.5% (ekson 21). Dari 116 sampel yang dianalisis,
DNA dapat diisolasi dari seluruh sampel cfDNA (100%) dan hanya 94.8% sampel
sitologi yang dapat menghasilkan DNA. Selain itu, mutasi gen EGFR terdeteksi
pada 46/110 (41.8%) sampel cfDNA dan 69/110 (62.7%) sampel sitologi. Nilai
sensitivitas dan spesifisitas pengujian sampel cfDNA bervariasi dari 9.1% sampai
39.4% dan 83.1% sampai 96.5%. Angka tahan hidup pasien dengan mutasi gen
EGFR langka diketahui lebih pendek dibandingkan angka tahan hidup pada pasien
kanker paru dengan mutasi gen EGFR umum (296 berbanding 171 hari, ρ=0.003).
Sebaliknya, perbedaan angka tahan hidup pada kedua kelompok menjadi tidak
signifikan berbeda ketika status mutasi T790M dimasukkan ke dalam kedua
kelompok tersebut (ρ˃0.05). Metode HRM dan RFLP lebih sensitif dibandingkan
dengan metode pengurutan DNA. Sementara itu, berdasarkan hasil analisis mutasi
gen EGFR, cfDNA dapat digunakan sebagai alternatif bahan untuk mendeteksi
mutasi, namun diperlukan analisis lanjutan menggunakan metode yang lebih
sensitif karena adanya kecenderungan hasil analisis negatif palsu yang tinggi dan
positif palsu yang rendah pada penelitian ini. Selain itu, berdasarkan kurva
Kaplan-Meier, mutasi gen EGFR umum dan T790M memberikan prognosis yang
baik pada pasien kanker paru.
Collections
- MT - Forestry [1445]