dc.description.abstract | Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan salah satu sektor penting
dalam perekonomian yang mampu menyediakan sarana dan prasarana dalam
menunjang aktivitas perekonomian di Indonesia. Guna meningkatkan peran sektor
pengangkutan dan komunikasi, pemerintah telah mencanangkan beberapa program
pengembangan pada sektor ini. Pengembangan sektor pengangkutan dan
komunikasi memerlukan peran sektor perbankan khususnya perbankan syariah
dalam menyediakan akses permodalan melalui penyaluran pembiayaan. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pembiayaan sektor pengangkutan dan komunikasi berdasarkan jenis penggunaan
akad pada perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan
panel statis dengan data yang bersumber dari delapan Bank Umum Syariah (BUS)
dengan periode penelitian yang dimulai pada tahun 2010 hingga tahun 2015.
Penelitian ini mengklasifikasikan pembiayaan sektor pengangkutan dan
komunikasi dalam tiga kategori yaitu pembiayaan pada skema akad murabahah,
mudharabah, dan musyarakah.
Hasil studi menunjukkan bahwa variabel Equivalen Rate Pembiayaan (ERP)
dan Return on Asset (ROA) secara signifikan berpengaruh terhadap ketiga skema
pembiayaan. Variabel total aset secara signifikan berpengaruh terhadap
pembiayaan berdasarkan skema akad murabahah dan musyarakah. Sedangkan
variabel rasio likuiditas hanya berpengaruh signifikan terhadap skema pembiayaan
mudharabah. Faktor eksternal (makroekonomi) seperti tingkat inflasi dan Gross
Domestic Product (GDP), secara signifikan hanya berpengaruh terhadap
pembiayaan berdasarkan skema musyarakah. Selain itu penelitian ini menemukan
suatu pergeseran tren penyaluran berdasarkan skema pembiayaan pada sektor
pengangkutan dan komunikasi. Di mana pada awal penelitian, skema pembiayaan
murabahah mendominasi pembiayaan pada sektor pengangkutan dan komunikasi.
Namun diakhir periode penelitian, ditemukan pergeseran skema pembiayaan, di
mana terjadi peningkatan pembiayaan pada skema akad musyarakah dan
murabahah .
Berdasarkan hasil penelitian, BUS hendaknya meningkatkan pembiayaan
pada skema akad mudharabah yang secara rata-rata memiliki nilai NPF terrendah
dan memberikan tingkat ROA tertinggi diantara jenis akad lainnya. BUS juga
sebaiknya memperhatikan tingkat ERP, terutama pada akad murabahah yang sudah
tergolong tinggi yang nantinya dapat mempengaruhi tingkat permintaan dari suatu
pembiayaan. Selain itu BUS juga diwajibkan meningkatkan tingkat likuiditas
perbankan dan jumlah aset yang dimiliki. | id |