Efisiensi Isolasi Primordial Germ Cell (PGC) dari Sistem Sirkulasi dan Gonad serta Produksi Germline Chimera pada Ayam KUB
View/ Open
Date
2017Author
Sopiyana, Soni
Supriatna, Iman
Setiadi, Mohamad Agus
Fahrudin, Mokhamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Terdapat sekitar 43 rumpun ayam lokal Indonesia. Beberapa ayam lokal
mempunyai populasi sangat terbatas bahkan hampir punah, sehingga beberapa
galur yang berpotensi tinggi perlu dilakukan pelestarian secara in-situ atau ex-situ.
Salah satu sumber daya genetik ayam lokal hasil pemuliaan adalah galur ayam
lokal Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian (KUB), hasil seleksi Balai
Penelitian Ternak (Balitnak). Galur unggul yang berasal dari rumpun ayam
Kampung ini mampu berproduksi telur rata-rata 50% dengan puncak produksi
mencapai 65-70%. Sebagai galur baru, maka ayam KUB dapat dikategorikan
sebagai sumber daya genetik baru yang perlu dilestarikan.
Kegiatan preservasi umumnya dilakukan dengan metode in-situ yang
merupakan sistem pemeliharaan hewan di habitat asalnya dan metode ex-situ di
luar habitat asal. Preservasi in-situ dan ex-situ dengan sistem pemeliharaan hewan
hidup memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi dan resiko penyakit.
Pendekatan yang mulai dikembangkan saat ini untuk mengatasi keterbatasan
preservasi in-situ dan ex-situ khususnya pada unggas adalah dengan kriopreservasi
primordial germ cell (PGC). Primordial germ cell adalah sel progenitor untuk
gamet atau leluhur dari spermatozoa dan ovum. PGC dapat diisolasi dari sirkulasi
darah embrio umur 2.5-3 hari (stadia 13-16 HH) dan gonad embrio umur 5.5-6
hari (stadia 26-28 HH).
Ada beberapa metode yang dikenal untuk mengisolasi PGC-sirkulasi. Salah
satu metode baru yang lebih sederhana dan murah adalah metode pemurnian PGC
dengan menggunakan buffer lisis ammonium chloride potassium (ACK). Metode
ini diharapkan dapat mengatasi prosedur yang rumit dan biaya yang mahal
dibanding dengan metode sebelumnya. Metode lainnya adalah pemurnian PGC
yang diambil dari gonad embrio dengan cara menginkubasi gonad embrio di
dalam larutan medium PBS (-) selama satu jam. Metode pemurnian PGC-gonad
ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya jumlah PGC yang dipanen dari
darah embrio. Kegiatan pemurnian PGC yang diisolasi dari gonad embrio ayam
lokal belum pernah dilakukan di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan dengan menggunakan metode
yang berbeda untuk isolasi PGC-sirkulasi dan PGC-gonad, yaitu:
1. Isolasi dan koleksi PGC-sirkulasi ayam KUB menggunakan metode buffer lisis
ammonium chloride-potassium (ACK).
2. Isolasi dan koleksi PGC-gonad ayam KUB menggunakan larutan PBS (-).
3. Transfer donor PGC-sirkulasi dan PGC-gonad ke embrio resipien untuk
mendapatkan germline chimera.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PGC-sirkulasi dan PGC-gonad ayam
KUB mempunyai karakteristik yang sama, yaitu ukuran sel yang besar, bentuk
bulat dengan kontur tidak teratur, inti yang sperikal dan besar yang letaknya tidak
simetris, droplets lemak terang yang terdistribusi dalam sitoplasma. Sel PGC
dapat dibedakan dengan mudah dari sel darah merah dan sel somatis. Rataan
jumlah PGC-sirkulasi ayam KUB pada stadia perkembangan embrio 14-18
berturut-turut adalah 37.9; 53.5; 49.8; 38.3; dan 33.5 sel per embrio. Dari stadia
14, jumlah PGC-sirkulasi meningkat dan mencapai puncaknya pada stadia 15,
kemudian menurun setelah stadia 15. Dari stadia 17 terlihat sedikit PGC-sirkulasi
yang berada dalam sistem peredaran darah embrio.
Rataan jumlah PGC-gonad ayam KUB yang diperoleh dari perkembangan
embrio umur 6, 7, 8, dan 9 hari berturut-turut adalah 113.7; 143.5; 92.9; dan 85.7
sel per embrio. Dimulai pada hari ke-6 perkembangan embrio, jumlah PGC-gonad
secara signifikan meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke-7, hal ini
menunjukkan bahwa semua PGC sudah mencapai gonad embrio. Jumlah PGC
menurun perlahan-lahan pada hari ke-8 sampai ke-9. Alasan dari penurunan ini
bahwa pada hari ke-8 waktu inkubasi, PGC mulai berdiferensiasi seksual menjadi
embrio betina dan selanjutnya PGC mulai berdivisi meiosis, membentuk
oogonium pada tahap ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa embrio resipien yang berhasil menetas
dari transfer donor PGC-sirkulasi sebanyak 50 dan 100 sel masing-masing
sebanyak 1 ekor (10%) dan 3 (30%) ekor, sedangkan yang ditransfer dengan
PGC-gonad sebanyak 50 dan 100 sel masing-masing sebanyak 2 ekor (20%) dan 4
(40%) ekor. Secara keseluruhan dibandingkan dengan perlakuan donor PGCsirkulasi,
maka donor PGC-gonad memperlihatkan hasil yang lebih baik yaitu
persentase embrio yang berhasil menetas lebih tinggi. Jumlah PGC yang
digunakan untuk transfer merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat
keberhasilan perkembangan embrio.
Collections
- DT - Veterinary Science [286]