Studi Fisiologi Reproduksi Kuda Gayo Sebagai Upaya Penyelamatan Plasma Nutfah Kuda Asli Indonesia
View/ Open
Date
2017Author
Melia, Juli
Amrozi
Supriatna, Iman
Agil, Muhammad
Metadata
Show full item recordAbstract
Kuda lokal di Indonesia merupakan salah satu komoditas ternak yang
menjadi pendukung pembangunan nasional khususnya dibidang subsektor
peternakan. Sebagian besar digunakan sebagai sarana transportasi, pengangkut
barang, sarana hiburan, sebagai bahan pangan masyarakat lokal, mengolah sawah,
sarana olahraga, digunakan dalam kavaleri berkuda Angkatan Darat, dan hewan
coba untuk penggunaan obat.
Kuda gayo merupakan salah satu plasma nutfah kuda asli Indonesia sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
1054/Kpts/SR.120/10/2014. Habitat kuda gayo ada di Kabupaten Aceh Tengah,
Bener Meriah dan Gayo Lues, Provinsi Aceh. Sejak beberapa tahun terakhir
terjadi penurunan jumlah populasi dan terancam mengalami kepunahan pada
tahun 2037. Berbagai upaya penyelamatan harus segera dilakukan salah satunya
dengan peningkatan keberhasilan program breeding. Data fisiologi reproduksi
sangat dibutuhkan agar program breeding sukses dilaksanakan. Saat ini penulis
telah berhasil memperoleh data tentang karakteristik biologi, anatomi dan
morfologi organ reproduksi, dinamika ovarium, dan monitoring reproduksi selama
periode kebuntingan pada kuda gayo.
Kuda gayo merupakan large ponies yang memiliki panjang total traktus
reproduksi (48.00 ± 1.00 cm) lebih kecil dibanding kuda lain. Kuda gayo memiliki
bentuk ovarium yang dinamis tergantung siklus estrus yang sedang dilaluinya.
Secara histologi tidak ada perbedaan struktur ovarium kuda gayo betina dengan
kuda lain, terdiri dari kortek dan medula. Selama siklus estrus pada kuda gayo
terjadi perubahan diameter uterus akibat perubahan ketebalan endometrium.
Panjang siklus estrus pada kuda gayo berkisar 21-24 hari dengan dua
gelombang folikel yang muncul dan terjadi berulang pada setiap siklusnya.
Periode estrus kuda gayo berlangsung lima hari dan diestrus berlangsung selama
16-19 hari. Gambaran ultrasound uterus ketika estrus menyerupai roda pedati dan
ketika mendekati waktu ovulasi gambaranya terlihat difuse. Skor estrus maksimal
kuda gayao adalah 4, berlangsung sejak hari ke tiga sampai ke lima periode estrus.
Pada saat tersebut kuda gayo betina memperlihatkan ketertarikan yang kuat
terhadap pejantan, menyodorkan perineumnya, mengangkat ekor dan winked
vulva serta urinasi yang berkelanjutan. Selain itu ketika estrus kuda gayo
memperlihatkan perilaku yang sangat unik, yaitu kuda betina akan bergulingguling
kesenangan. Ovulasi folikel dominan terjadi ketika diameter folikel sekitar
5 cm dan konsentrasi progesteron dibawah 1 ng/ml dan ini terjadi berulang
disetiap siklus estrusnya. Setelah ovulasi terjadi pertumbuhan dan perkembangan
corpus luteum. Pada kuda gayo fase luteal awal dimulai sejak hari ke 2-5 siklus
estrus, fase pertengahan luteal sejak hari ke 6-14, dan sejak hari 15-19 merupakan
fase luteal akhir pada kuda gayo.
Periode kebuntingan pada kuda gayo adalah 326 hari. Diagnosis
kebuntingan dini menggunakan ultrasound dapat dilakukan sejak hari ke 14 pasca
perkawinan terakhir sampai hari ke 30 untuk memastikan keberadaan embrio.
Usia kebuntingan 60-80 hari merupakan periode kritis pada kuda gayo, karena itu
perlu dilakukan monitoring selama periode kebuntingan. Monitoring reproduksi
menggunakan ultrasound untuk melihat gambaran fetus utuh hanya dapat
dilakukan sampai usia kebuntingan enam bulan, karena itu pengamatan
konsentrasi hormon progesteron, estrogen dan kortisol menjadi alternatif teknik
monitoring reproduksi selama periode kebuntingan dan menjelang partus pada
kuda gayo.
Pengetahuan dasar tentang fisiologi reproduksi kuda gayo dapat menjadi
rujukan penerapan berbagai aplikasi teknologi reproduksi berbantuan dan
penangan berbagai kasus gangguan reproduksi pada kuda lokal lainnya di
Indonesia.
Collections
- DT - Veterinary Science [286]