Desain Pemanfaatan Sampah Buah Bintaro sebagai Arang Aktif Pengolah Limbah Cair Krom dan Asap Cair Antirayap
View/Open
Date
2017Author
Rosalina
Irawadi, Tun Tedja
Riani, Etty
Sugiarti, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Jalur hijau Jalan Bogor Ring Road dan Jalan Baru merupakan contoh ruang
terbuka hijau yang cukup luas di Kota Bogor sehingga perlu dilakukan
pengelolaan dan pemeliharaan yang baik agar tetap terjaga kelestariannya. Di sisi
lain, jalur hijau ini juga banyak menghasilkan sampah yang berupa sampah buah,
ranting dan daun. Salah satu sampah yang banyak dihasilkan di jalur hijau Jalan
Bogor Ring Road (Jalan Kol. Achmad Syam) dan Jalan Destrata Kecamatan
Bogor Utara adalah sampah buah bintaro. Permasalahan yang ditimbulkan oleh
sampah bintaro karena buah bintaro dapat masuk ke saluran drainase kota dan
menimbulkan banjir di musim hujan.
Salah satu cara untuk mengelola sampah buah bintaro ini adalah dengan
mendaurulang sampah buah bintaro menjadi arang aktif pengolah limbah logam
berat krom dari limbah laboratorium. Adapun asap hasil pembakaran arang dapat
digunakan sebagai asap cair antirayap sedangkan biji buah bintaro sudah banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat biodiesel dan biopestisida. Dengan
demikian penerapan konsep zero waste dapat dilakukan pada sampah ruang
terbuka hijau (RTH) dari buah bintaro
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama mendapatkan arang aktif dari buah
bintaro yang berkualitas baik sesuai SNI arang aktif teknis. Kedua, mendapatkan
persentase removal krom terbaik dengan metode adsorpsi arang aktif dari sampah
buah bintaro. Ketiga, mengetahui karakteristik asap cair hasil pirolisis sampah
buah bintaro sebagai antirayap untuk kayu pinus yang menyebabkan mortalitas
rayap. Keempat, mengetahui kelayakan finansial usaha pembuatan arang aktif dan
asap cair sehingga dapat dijadikan strategi pengembangan pemanfaatan buah
bintaro. Terakhir, mendapatkan rencana strategi pengembangan pemanfaatan buah
bintaro sehingga tercipta konsep zero waste dari sampah buah bintaro RTH.
Metode penelitian yang digunakan meliputi beberapa tahap yaitu, tahap
pertama persiapan sampel, tahap kedua pengarangan cangkang buah bintaro pada
suhu 300 ⁰C, 400 ⁰C, 500 ⁰C di kiln. Setelah menjadi arang dilakukan analisis
proksimat arang yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, karbon
terikat dan daya serap iod. Dianalisis topografi dengan SEM, struktur kristal
dengan XRD dan analisis gugus fungsi dengan FTIR. Tahap ketiga adalah
membuat asap cair, dikarakterisasi pH, berat jenis, kadar fenol dan total asiditas
serta kandungan senyawa kimia dianalisis dengan GCMS, lalu diaplikasikan
sebagai antirayap pada kayu pinus. Tahap keempat yaitu aktivasi arang. Pada
tahap ini, percobaan dibagi dalam dua bagian. Percobaan pendahuluan arang
diaktivasi secara fisika dengan uap air dan secara kimia dengan aktivator KOH 5
%; 10 %, dan asam fosfat 5 %; 10 % dengan waktu aktivasi 60 menit dan 90
menit pada suhu 650 oC. Setelah itu juga dianalisis proksimat, XRD, SEM dan
FTIRnya, kemudian arang aktif diaplikasikan ke dalam limbah cair logam berat
krom. Selanjutnya percobaan utama hanya dilakukan dengan cara kimia yaitu
merendam arang dengan asam posfat pada konsentrasi yang bervariasi 20 %,
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus berdasarkan perjanjian kerja sama yang terkait
40 %, 60 % dan 80 % selama 24 jam dan dimasukkan ke retort dengan pemanasan
selama 90 menit pada suhu 650 ⁰C. Selanjutnya arang aktif dianalisis proksimat
dan hasilnya dibandingkan dengan SNI arang aktif teknis serbuk SNI 06-3730-
1995. Tahap terakhir, dilakukan aplikasi arang aktif ke dalam limbah cair krom
dari IPAL (instalasi pengolahan air limbah) laboratorium Terapan politeknik AKA
Bogor pada tiga kondisi pH yaitu asam, netral dan basa.
Analisis kelayakan finansial dihitung berdasarkan analisis net present value,
analisis internal rate of return dan net benefit/cost. Terakhir strategi perencanaan
pemanfaatan buah bintaro dan analisis dampak lingkungan akibat adanya
pembuatan arang aktif dan asap cair dari buah bintaro dengan pendekatan LCA
(life cycle assessment).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampah cangkang
buah bintaro dapat dibuat arang aktif. Selain itu hasil analisis proksimat arang
aktif hampir memenuhi semua syarat SNI kecuali untuk kadar abu .
Hasil Analisis GC-MS pada asap cair dari kayu pinus menunjukkan bahwa
komponen terbesar dari asap cair adalah piridin -3 karbosamida (pyridine-3-
carboxamide), oksim (oxime), N-2 trifluorometilfinil (N-(2-
trifluoromethylphenyl)); asam asetat (acetic acid); fenol (phenol), 2 metoksi (2-
methoxy), fenol (phenol), 2 metoksi-4 metil (2-methoxy-4 methyl); 4 metoksi
fenol (mequinol), asam 9-oktadenoat (Z), 2.3 dihidroksilpropil ester (9-
octadecenoic acid (Z), 2,3 dihydroxyprophyl ester). yang dapat berperan sebagai
agen termicidal yang dapat membunuh rayap.
Arang aktif buah bintaro yang diaktivasi dengan asam fosfat 20 % pada pH
basa, ternyata mampu menghilangkan kadar logam berat krom sebesar 66.55 %
Hasil perhitungan ekonomi menunjukkan bahwa nilai net B/C asap cair dan arang
aktif cangkang buah yaitu sebesar 1.65. Nilai net B/C >1 menunjukkan aktif
layak untuk dikerjakan. Lama payback period lebih pendek dari pada umur
proyek yang direncanakan sehingga dapat dikatakan proyek ini layak untuk
dilaksanakan. Nilai NPV dari perhitungan finansial usaha pemanfaatan cangkang
buah bintaro sebagai asap cair dan arang aktif bernilai positif karena nilai NPV>0
maka proyek dapat diterima. Nilai IRR asap cair dan arang aktif cangkang buah
bintaro sebesar 35% dengan suku bunga sebesar 12.5 %. Oleh karena nilai IRR >
tingkat suku bunga, maka investasi dapat diterima.
Prioritas Pengembangan tanaman buah bintaro berdasarkan pertimbangan
potensi lahan dan nilai produk, maka prioritas pengembangan sebagai berikut:
(a)Pengembangan produk didasarkan pada kondisi wilayah, (b) Inovasi teknologi,
(c) Kelembagaan dan pembinaan petani (d) Pembinaan dan pelatihan; diberikan
kepada petani dan industri pengolah buah bintaro sehingga mampu memenuhi
tuntutan pasar, (e) Pengembangan pasar (f) Pembiayaan; pola pembiayaan dapat
berupa hibah, bantuan teknis atau pinjaman lunak. Sumber-sumber pembiayaan
berasal dari dana pemerintah alokasi APBN/APBD, pemanfaatan dana pembinaan
dari keuntungan BUMN, kredit komersial, bank, dan lembaga keuangan lainnya
Berdasarkan analisis perhitungan emisi CO2 didapatkan bahwa emisi CO2
dari gas LPG untuk pirolisis arang lebih besar (4.84 x 10¹³ ton CO2) dibandingkan
emisi CO2 dari faktor bahan bakar dari kendaraan bermotor (156.27 Kg CO2).