Perbedaan Suhu Proses Deep Frying terhadap Asam Lemak, Kolesterol, dan Jaringan Fillet Skin On Layur (Lepturacanthus savala).
View/Open
Date
2016Author
Arifin, Muhamad Fazri
Jacoeb, Agoes M.
Nurjanah
Metadata
Show full item recordAbstract
Layur (Lepturacanthus savala) merupakan ikan air laut ekonomis penting
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun diekspor ke
mancanegara. Layur juga merupakan salah satu ikan air laut yang kaya akan
kandungan gizi, ikan ini umumnya diolah dengan metode penggorengan, penelitian
sebelumnya menunjukkan proses penggorengan mempengaruhi kandungan gizi
pada ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh proses deep frying
suhu berbeda terhadap komposisi kimia, asam lemak, kolesterol dan struktur
jaringan fillet skin on ikan layur segar dan goreng. Fillet skin on layur digoreng
menggunakan metode deep frying pada suhu 160 °C dan 180 °C selama 5 menit,
layur segar dan goreng kemudian dianalisis komposisi kimia, asam lemak,
kolesterolnya, serta analisis struktur jaringan menggunakan metode parafin dan
pewarnaan hematoksilin dan eosin. Kandungan proksimat menunjukkan perbedaan
pada ikan layur segar dan setelah proses penggorengan pada suhu 160 °C dan
180 °C. Perbedaan terjadi pada kadar air, protein, dan karbohidrat yang
menunjukkan penurunan serta kadar lemak ikan layur yang meningkat. Asam lemak
layur rata rata mengalami penurunan setelah proses penggorengan, peningkatan
hanya terjadi pada asam lemak palmitat, oleat, dan linoleat. Rasio asam lemak
omega6:omega3 layur segar, layur goreng 160 °C dan 180 °C berturut turut adalah
0,19 ; 0,91 dan 0,92. Kolesterol layur segar dan goreng menunjukkan perbedaan,
layur segar memiliki kadar kolesterol sebesar 82,39 mg/100g, goreng 160 °C
sebesar 248,65 mg/100g dan 180 °C memiliki kandungan kolesterol
355,64 mg/100g. Proses penggorengan menyebabkan perbedaan pada miomer dan
mioseptum layur, sehingga membentuk rongga-rongga kosong dan membuat
struktur daging layur mengerut.