Desain Kemasan Dan Perlakuan Pematangan Buatan Pada Sistem Distribusi Pepaya (Carica Papaya L.) Varietas Ipb 9
View/Open
Date
2017Author
Tawakal, Mohammad Iqwal
Darmawati, Emmy
Sutrisno
Metadata
Show full item recordAbstract
Pepaya sebagai buah klimakterik dipanen dan didistribusikan dalam kondisi belum matang dengan tingkat ketuaan yang bervariasi. Kemasan sebagai wadah pada proses distribusi adalah penting untuk melindungi pepaya dari kerusakan mekanis, sedangkan pematangan saat sampai di tujuan perlu dilakukan untuk menghasilkan pepaya yang siap dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang desain kemasan transportasi papaya untuk mengurangi kerusakan selama pengangkutan dan menganalisis respon perlakuan pematangan buatan pada papaya sehingga dapat menentukan jadwal penjualan yang tepat.
Penelitian dimulai dari pemanenan, sortasi, pencucian, hot water treatment untuk menghambat perkembangan antraknosa, pengemasan dengan kemasan hasil rancangan, simulasi transportasi, penyimpanan pada suhu 15 oC dan perlakuan pematangan buatan. Parameter mutu pascapanen yang diamati terdiri dari tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, warna, kekerasan, dan total padatan terlarut. Pepaya yang digunakan adalah var IPB-9 dengan tingkat kematangan 60 % (semburat 1), berat 1.271 ± 0.05 kg, diameter 10.01 ± 0.41 cm, panjang 23.87 ± 0.57 cm. Kemasan tipe RSC (Regular Slotted Container) dari bahan karton gelombang flute BC dirancang untuk transportasi dan distribusi pepaya dengan jumlah per kemasan 12 buah yang ditata dalam dua posisi yaitu tegak dan miring 30o. Pepaya dikemas menggunakan kemasan primer berupa foam net dan foam net+plastik wrapping. Sebagai kontrol, pepaya tidak diberi tambahan kemasan primer. Pepaya dalam kemasan ditransportasikan menggunakan meja simulator dengan frekuensi 2.701 ± 0.45 Hz, amplitudo 2.614 ± 0.88 cm (setara 90.44 km) dan diukur tingkat kerusakan mekanisnya. Sistem distribusi dan pemasaran yang dirancang pasca transportasi adalah pepaya disimpan pada suhu 15 oC dan dikeluarkan untuk dimatangkan dengan perlakuan ethephon 250 dan 750 ppm setelah 1, 2 dan 3 minggu penyimpanan.
Dimensi kemasan hasil rancangan untuk posisi tegak (P1) adalah 460 x 340 x 240 mm dan untuk posisi miring (P2) 600 x 340 x 230 mm dengan kekuatan tekan (compression force) masing-masing sebesar 8871.50 N/m2 dan 7979.82 N/m2. Pasca transportasi, kerusakan mekanis yang terjadi pada pepaya yang diberi foam net dengan posisi tegak 20.83 % dan posisi miring 12.5 %, sedang yang diberi foam net + plastik wraping sebesar 0% untuk posisi tegak maupun miring, sementara kerusakan pada pepaya kontrol mencapai 25 %. Kemasan primer berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis dengan kerusakan terendah menggunakan foam net + plastik wraping.
Pepaya dengan tingkat kematangan 60 % (semburat 1) setelah 7 hari disimpan pada suhu 15 0C masih belum layak untuk dikonsumsi sebagai buah meja, sehingga perlu dilakukan pematangan buatan. Pematangan menggunakan ethephon dengan konsentrasi 250 ppm dan 750 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan warna, kekerasan dan TPT. Buah pepaya layak dikonsumsi setelah 2 hari pematangan dan tercapai kondisi optimum untuk dikonsumsi pada hari ke 4 dengan lama simpan 6 hari di suhu ruang. Pepaya yang disimpan 14 hari,
5
saat dikeluarkan dari ruang simpan sudah menguning warna kulitnya tetapi belum merata. Pematangan buatan yang baik untuk pepaya dalam kondisi tersebut adalah ethephon konsentrasi 250 ppm dengan hasil pada hari ke dua dapat dikonsumsi sebagai buah meja dengan lama simpan 4 hari pada suhu ruang. Pepaya yang disimpan 21 hari tidak dilakukan pematangan buatan karena sudah rusak dan tidak layak konsumsi.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2332]