Keefektifan Kitosan Dalam Mengendalikan Botryodiplodia Theobromae Pat. Penyebab Mati Pucuk Pada Bibit Jabon (Anthocephalus Cadamba (Roxb.) Miq).
Abstract
Penyakit mati pucuk pada bibit jabon (Anthocephalus cadamba) oleh
cendawan Botryodiplodia theobromae menyebabkan terhambatnya regenerasi
tanaman ini. Usaha pengendalian yang banyak dilakukan saat ini yaitu dengan
menggunakan fungisida sintetis. Tetapi penggunaanya menimbulkan masalah
dengan meninggalkan residu bagi lingkungan dan menyebabkan resistensi patogen.
Kitosan merupakan senyawa alami yang potensial sebagai alternatif untuk
mengendalikan serangan penyakit pada tanaman. Senyawa ini memiliki sifat
biologi dan mekanik yang tinggi diantaranya biorenewable, biodegradable, dan
biofunctional sehingga aman untuk lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji efektivitas kitosan dalam mengendalikan B. theobromae penyebab mati
pucuk pada bibit jabon dan menguji pengaruh viskositas kitosan dalam
mengendalikan mati pucuk pada bibit jabon.
Penelitian ini menggunakan kitosan dari cangkang udang yang di larutkan
dengan asam asetat 1.5% dan lakukan uji viskositas menggunakan Viskometer
Brookfielt. Uji efektivitas larutan kitosan dalam mengendalikan mati pucuk pada
bibit jabon dilakukan secara in-vivo. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu
rancangan dua faktor dalam rancangan acak lengkap (Faktorial RAL) dengan faktor
waktu penyemprotan dan konsentrasi larutan kitosan. Waktu penyemprotan larutan
kitosan dilakukan satu hari sebelum inokulasi dan satu hari setelah inokulasi
sedangkan konsentrasi larutan kitosan yang digunakan yaitu 0.0%, 0.1%, 0.3%,
0.5%, 0.8%, dan 1.0%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan kitosan dapat mengurangi
tingkat keparahan penyakit pada bibit jabon yang diduga karena larutan kitosan
memiliki gugus amin bermuatan positif yang dapat berikatan dengan bahan dinding
sel yang bermuatan negatif sehingga terjadi kebocoran pada sel patogen. Berbeda
pada parameter tingkat kejadian penyakit yang diamati, larutan kitosan tidak
memberikan pengaruh nyata karena B. theobromae mampu menimbulkan gejala
mati pucuk pada seluruh bibit jabon. Konsentrasi dan waktu penyemprotan larutan
kitosan berpengaruh nyata terhadap tingkat keparahan penyakit (P<0.05), tetapi
keduanya tidak saling berinteraksi. Perlakuan paling efektif yaitu pemberian larutan
kitosan dengan konsentrasi 0.1 % sebelum dilakukan inokulasi dengan tingkat
keparahan penyakit sebesar 25 %. Viskositas larutan kitosan juga memberikan
pengaruh terhadap keparahan penyakit mati pucuk pada bibit jabon. Viskositas
terbaik dalam menekan perkembangan penyakit mati pucuk bibit jabon yaitu 8.80
dengan tingkat keparahan penyakit sebesar 7.90%.
Collections
- MT - Forestry [1419]