Kajian Efektivitas Gerakan Keamanan Pangan Desa. Kasus: Di Tiga Desa, Kecamatan Leuwiliang.
Abstract
Keamanan pangan perlu diterapkan untuk melindungi masyarakat dari
foodborne disease. Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD) adalah program
edukasi yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat desa megikuti pesan lima
kunci keamanan pangan. Program ini harus dievaluasi untuk mengetahui efektivitas
metode penyampaian materi keamanan pangan dan pentingnya peran pemimpin
desa dalam keberhasilan program. Penetapan lokasi dan responden penelitian
menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Purasari, Puraseda, dan Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Responden yang telibat adalah wanita berusia 20-55 tahun, yang terdiri dari ibu
rumah tangga, pedagang kreatif lapangan (PKL), pemilik industri rumah tangga
pangan (IRTP), pengecer, dan guru. Intervensi dilakukan dengan metode intervensi
yang berbeda yaitu diskusi kelompok yang dilaksanakan di desa Purasari,
permainan di Desa Puraseda, dan presentasi di Desa Karyasari. Teknik
pengambilan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan kajian pustaka yang
selanjutnya diolah dengan IBM SPSS Statistics 22 dan Microsoft Excel. Penelitian
dilakukan melalui empat tahap yaitu penelitian pendahuluan, intervensi, postintervensi,
dan analisis data. Evaluasi efektivitas program menggunakan metode
outcome evaluation dengan membandingkan skor pre- dan post-test dengan paired
sample t test serta mengetahui hubungan faktor (tingkat pendidikan dan umur
responden) terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku setelah intervensi yang diuji
menggunakan rank spearman. Peran pemimpin desa dikaji secara kualitatif. Hanya
hasil Desa Purasari dan Puraseda yang dianalisis dan dibandingkan sedangkan hasil
Desa Karyasari tidak, sebab skor post-test tidak tersedia. Hasil penelitian dari Desa
Puraseda dan Purasari menunjukkan bahwa program efektif mencapai tujuannya
yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi (p)<0.05. Umur dan tingkat pendidikan
responden tidak memiliki korelasi terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku
responden setelah penyuluhan (p>0.05). Hasil perbandingan metode menunjukkan
bahwa diskusi kelompok menigkatkan skor pengetahuan, sikap, dan perilaku yang
lebih besar dibandingkan permainan. Selanjutnya, peran pemimpin penting dalam
menjalankan partisipasi masyarakat untuk mengikuti program.