Hubungan Antara Struktur Lanskap Pertanian Dengan Komunitas Lepidoptera Dan Hymenoptera Parasitika
View/Open
Date
2017Author
Ulina, Evawaty Sri
Buchori, Damayanti
Manuwoto, Sjafrida
Pudjianto
Metadata
Show full item recordAbstract
Sektor pertanian masih dihadapkan pada permasalahan rendahnya produksi komoditas pertanian walaupun berbagai cara telah dilakukan baik melalui pendekatan intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian. Di sisi lain, pendekatan tersebut menyebabkan menurunnya keanekaragaman hayati yang diketahui memiliki kontribusi besar pada layanan ekosistem dalam usaha mewujudkan pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu, lahan pertanian yang kurang sesuai bagi perkembangan serangga hama namun mendukung perkembangan musuh alami perlu dirancang. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara struktur lanskap, keanekaragaman spesies dan interaksi spesies yang terjadi di pertanaman, sehingga dapat dikembangkan menjadi landasan pengembangan pengendalian hama dalam rangka mewujudkan pertanian berkelanjutan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui komposisi dan konfigurasi lanskap pertanian di kawasan Bogor, Sukabumi, dan Cianjur, Jawa Barat; (2) mempelajari praktik budi daya mentimun yang dilakukan oleh petani; (3) menjelaskan hubungan antara kompleksitas lanskap pertanian dengan komunitas hama Lepidoptera dan Hymenoptera parasitika; (4) menjelaskan hubungan antara jarak dari habitat alami dengan komunitas Lepidoptera dan Hymenoptera parasitika; (5) mempelajari pergerakan parasitoid yang dominan memarasit serangga herbivora pada tanaman mentimun dan mengukur jarak terbang parasitoid tersebut.
Daerah penelitian adalah lanskap pertanian yang berada di kawasan Bogor, Sukabumi dan Cianjur, Jawa Barat. Pada daerah tersebut ditentukan 16 lokasi penelitian dengan kriteria memiliki lahan pertanaman mentimun, luas pertanaman mentimun 1 250 m2 (25 m x 50 m), jarak antar lokasi penelitian minimal 3 km dan memiliki habitat alami. Kuantifikasi lanskap dilakukan pada radius 500 m, dengan pertanaman mentimun sebagai titik pusatnya. Secara umum, 16 lokasi penelitian tersebut memiliki jenis penggunaan lahan yang sama, yaitu lahan pertanian, pepohonan, semak, perumahan, jalan dan badan air. Dalam radius 500 m (78.56 ha), kondisi lanskap di masing-masing lokasi penelitian tersebut sangat bervariasi. Proporsi lahan pertanian berkisar 16.20% – 68.56%, sedangkan area pepohonan berkisar antara 4.6% – 61.40%. Jenis tanaman yang dibudidayakan berjumlah 3 – 15 tanaman. Number of patch (NumP) berkisar antara 46 – 190, mean patch size (MPS) berkisar antara 0.41 – 1.72 ha, total edge (TE) berkisar antara 26 735 – 59 812 m. Matriks lokasi penelitian adalah lahan pertanian. Lokasi penelitian dapat dikelompokan menjadi empat tipe lanskap yaitu lanskap sangat sederhana (habitat alami 12%), sederhana (habitat alami 22%), kompleks (habitat alami 31%) dan sangat kompleks (habitat alami 35%). Berdasarkan jarak dari habitat alami, lanskap dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertanaman dekat dari habitat alami (< 200 m) dan jauh dari habitat alami (> 400 m).
Petani mentimun di empat tipe lanskap tersebut umumnya memiliki usia produktif, luas lahan garapan < 0.5 ha, pendidikan petani rendah dan tidak pernah mengikuti penyuluhan pertanian. Menurut petani responden, Diaphania indica
vi
(Lepidoptera: Crambidae) merupakan hama yang ditemukan sepanjang masa pertumbuhan tanaman mentimun, sedangkan Aulacophora similis (Coleoptera: Chrysomelidae) dianggap sebagai hama utama pada masa awal pertumbuhan tanaman mentimun. Seluruh petani responden tidak mengetahui peran serangga sebagai musuh alami dan penyerbuk. Petani umumnya menggunakan pestisida untuk mengendalikan serangan hama. Perilaku petani dalam penggunaan pestisida relatif tidak berbeda antar tipe lanskap.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas lanskap tidak memengaruhi komunitas Lepidoptera namun memengaruhi kelimpahan parasitoid, keanekaragaman fungsional Hymenoptera parasitika dan parasitisasinya. Rata-rata ukuran patch (MPS) dan jumlah patch (NumP) habitat pertanian memengaruhi parasitisasi dan keanekaragaman fungsional Hymenoptera parasitika. Peningkatan rata-rata ukuran patch habitat pertanian menyebabkan parasitisasi dan keanekaragaman fungsional menurun, dan sebaliknya pertambahan jumlah patch pertanian akan meningkatkan parasitisasi dan keanekaragaman fungsional Hymenoptera parasitika.
Jarak pertanaman mentimun dari habitat alami tidak memengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan komunitas Lepidoptera, parasitoid primer dan hiperparasitoid pada pertanaman tersebut. Namun, jarak pertanaman mentimun dari habitat alami memengaruhi persentase Diaphania indica terparasit. Keanekaragaman dan kelimpahan Hymenoptera parasitika cenderung meningkat dengan semakin dekatnya pertanaman mentimun dari habitat alami. Sejumlah 56 (43.1%) spesies Hymenoptera parasitika hanya ditemukan pada pertanaman dengan jarak tertentu saja dari habitat alami. Dari jumlah tersebut, sebanyak 39 spesies (69.6%) Hymenoptera parasitika ditemukan di pertanaman mentimun yang berjarak dekat dari habitat alami, sedangkan pada pertanaman yang berjarak sedang dari habitat alami ditemukan 17 spesies (13.1%). Keragaman fungsional Hymenoptera parasitika cenderung meningkat dengan semakin dekatnya lahan pertanaman ke habitat alami.
Perilaku pemencaran parasitoid merupakan informasi yang harus diketahui agar tindakan konservasi parasitoid berlangsung efektif. Pola pemencaran Apanteles taragame (Hymenoptera: Braconidae) dan inangnya adalah berkelompok. Apanteles taragamae mampu terbang hingga 53.6 m dari titik pelepasan. Pemencaran dan kemampuan terbang parasitoid dipengaruhi oleh keberadaan inang dan bukan oleh kondisi habitat sekitar pertanaman.
Collections
- DT - Agriculture [756]