Kajian Ekologi Ekosistem Lamun sebagai Dasar Penyusunan Strategi Pengelolaan Pesisir di Desa Bahoi Sulawesi Utara
View/ Open
Date
2017Author
Fahruddin, Muhammad
Yulianda, Fredinan
Setyobudiandi, Isdradjad
Metadata
Show full item recordAbstract
Ekosistem lamun merupakan produsen primer dalam rantai makanan di
perairan laut dengan produktivitas primer berkisar antara 900-4650 gC/m2/tahun.
Pertumbuhan, morfologi, kelimpahan dan produktivitas primer lamun pada suatu
perairan umumnya ditentukan oleh ketersediaan zat hara fosfat, nitrat dan
ammonium. Fungsi ekosistem lamun sebenarnya melengkapi ekosistem mangrove
dan terumbu karang.
Laju produksi ekosistem lamun diartikan sebagai pertambahan biomassa
lamun selang waktu tertentu dengan laju produksi (produktivitas) yang sering
dinyatakan dengan satuan berat kering per m² per hari (gbk/m²/hari). Bila
dikonversi ke produksi karbon maka produksi biomassa lamun berkisar antara 500-
1000 gC/m²/tahun bahkan dapat lebih dua kali lipat. Produksi yang didapatkan
bisa lebih kecil dari produksi yang sebenarnya karena tidak memperhitungkan
kehilangan serasah dan pengaruh grazing oleh hewan-hewan herbivora yang
memanfaatkan lamun sebagai makanan.
Lamun juga merupakan pondasi bagi sebuah ekosistem dan sebagai produsen
primer, dimana habitatnya seringkali sebagai wadah yang mendukung kehidupan
ikan-ikan dan krustasea muda. Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir Desa
Bahoi diperkirakan mempengaruhi ekosistem lamun, seperti kegiatan
pembangunan daerah pantai, lalu lintas kapal/perahu, pembuatan kapal,
pencemaran minyak, pembuangan sampah, aliran drainase, MCK (mandi, cuci,
kakus) dan aktivitas penangkapan langsung di daerah lamun seperti menjaring dan
menombak akan berdampaka pada lamun. Kegiatan seperti ini secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan lamun, sehingga
pertumbuhan, produksi ataupun biomassanya akan mengalami penyusutan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa struktur komunitas dan produktifitas
lamun serta menganalisis proses gangguan produktifitas lamun dan strategi
pengelolaannya.
Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan contoh purpose
sampling berdasarkan pendekatan habitat mangrove, lamun, dan habitat terumbu
karang. Stasiun 1 (dekat mangrove), stasiun 2 (lamun), dan stasiun 3 (dekat terumbu
karang) yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh sembilan
kuadran yang berukuran 150x50 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan enam jenis lamun yaitu E.
acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, S. isoetifolium, H. ovalis dan H. uninervis.
Struktur komunitas lamun pada stasiun dekat mangrove memiliki nilai tertinggi dan
produktifitas dalam hal ini biomassa tertinggi terdapat pada stasiun 2 habitat lamun
dengan jenis yang berukuran besar seperti E. acoroides dan T. hemprichii memiliki
nilai tertinggi pada seluruh parameter pengamatan. Hal ini karena jenis lamun ini
memiliki penyebaran yang luas dan secara morfologi memiliki ukuran yang lebih
besar dibandingkan jenis lainnya.
Strategi pengelolaan dari hasil analisis SWOT adalah menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan pengelolaan lamun (ekowisata dan kebun bibit) dan mengontrol
pemanfaatan lamun berbasis masyarakat akan memberikan manfaat dalam
meningkatkan pemahaman dan pendapatan masyarakat serta mengurangi resiko
kerusakan ekosistem lamun dan ekosistem pesisir lainnya.
Collections
- MT - Fisheries [3062]