FTA Dan Daya Saing Industri Pertanian Indonesia Dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global
Abstract
Derajat keterbukaan dan interdependence perdagangan barang
dan jasa antarnegara yang semakin tinggi sejak akhir abad ke 20
memberikan konsekuensi saling ketergantungan antarnegara dalam
perekonomian di tingkat makro maupun sektoral. Beberapa negara
ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan juga China
bahkan memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi di mana nilai
perdagangan (nilai ekspor ditambah dengan nilai impor) relatif
terhadap Gross Domestic Product (GDP) lebih besar dari 100%
(Gambar 1). Hal ini menunjukkan kondisi perdagangan dan
ekonomi mitra dagang Singapura, Malaysia, Thailand, dan China
sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi negara-negara
tersebut.
Pada kondisi krisis ekonomi global tahun 2008, IMF (2008)
mencatat performa perdagangan internasional sangat depressive pada
periode 2008-2009 seiring dengan pertumbuhan PDB riil Amerika
Serikat dan Uni Eropa yang melambat (masing-masing 0,1% dan
0,2%) serta neraca perdagangan yang defisit (masing-masing -3,3%
dan -0,4%) pada tahun 2009. Gambar 1 juga menunjukkan telah
terjadi penurunan nilai perdagangan per GDP pada tahun 2009
dibandingkan dengan tahun 2008 di sebagian besar negara akibat
pengaruh melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
dan Uni Eropa yang merupakan mitra dagang utama.