Distribusi Biaya dan Pendapatan Serta Persepsi Petani terhadap Praktik Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Pasir Madang Kab. Bogor.
Abstract
Keberadaan hutan rakyat sangatlah dibutuhkan karena dapat memberikan
manfaat baik secara ekonomis, ekologis, dan sosial. Hutan rakyat juga terbukti
dapat membantu dalam memenuhi permintaan kayu di Pulau Jawa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk pengelolaan hutan rakyat dari tahap prapenanaman
sampai ke tahap pemasaran, distribusi biaya, dan pendapatan para
pihak pengelola hutan rakyat, dan persepsi petani hutan rakyat tentang
pendapatan, kelestarian hutan rakyat, dan perbaikan yang dapat mendukung hutan
rakyat lestari kedepannya. Penelitian ini dilakukan dengan observasi lapang dan
juga wawancara menggunakan kuisioner kepada responden serta dibantu dengan
studi literatur untuk pengambilan data sekunder. Tahapan pengelolaan hutan
rakyat yang dilakukan sangat sederhana yaitu pengadaan bibit, penanaman,
pemanenan, dan pemasaran. Pengadaan bibit dilakukan dengan cara pemungutan
biji dan anakan di lahan masing-masing petani. Tahapan kegiatan pemanenan
yang dilakukan berupa penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan, dan
pembongkaran. Distribusi biaya dan pendapatan sangat dipengaruhi oleh
keberadaan isu pengaktifan lahan bekas Hak Guna Usaha (EKS-HGU). Persentase
biaya yang dikeluarkan ketika ada isu pengaktifan lahan EKS-HGU oleh petani
sebesar 3.61%, pekerja sebesar 9.81%, dan tengkulak sebesar 86.58%. Ketika
tidak ada isu pihak petani akan mengeluarkan biaya sebesar 2.61%, pekerja
sebesar 7.11%, tengkulak sebesar 90.28%. Persentase pendapatan yang diperoleh
petani, pekerja dan tengkulak ketika tidak adanya isu tentang lahan berturut-turut
adalah 63.62%, 31.86%, dan 4.52% dari total pendapatan bersih. Keberadaan isu
pengaktifan lahan EKS-HGU akan merubah persentase pendapatan pihak petani
dan tengkulak menjadi 30.23% dan 37.91%. Persepsi petani terhadap pendapatan
dan perbaikan yang mendukung kelestarian hutan rakyat kedepannya pada skala
Likert berada pada interval 3.21-4.20 yang berarti baik. Persepsi petani terhadap
kelestarian hutan rakyat pada skala Likert berada pada interval 4.21-5.00 yang
berarti sangat baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum
pengelola hutan rakyat memiliki minat dan semangat dalam menjaga kelestarian
hutan rakyat. Keberadaan isu pengaktifan lahan EKS-HGU berpotensi
mengurangi minat dan semangat pihak pengelola dalam menjaga kelestarian hutan
rakyat. Hal tersebut disebabkan isu pengaktifan lahan EKS-HGU memperngaruhi
biaya dan pendapatan pihak pengelola hutan rakyat.
Collections
- UT - Forest Management [3095]