dc.description.abstract | Bawang daun merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi produksi bawang daun salah satunya adalah penyakit
tanaman. Penyakit bercak ungu merupakan penyakit penting yang menyerang
bawang daun. Pengendalian yang sudah dilakukan masih kurang efektif dan tidak
ramah lingkungan. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa cendawan
filoplan dapat menjadi agens biokontrol untuk mengendalikan penyakit bercak
ungu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman cendawan filoplan
pada pertanaman bawang daun secara monokultur dan tumpang sari, serta
mengetahui potensi cendawan filoplan sebagai agens biokontrol untuk mengendalikan
penyakit bercak ungu. Kejadian penyakit dilapangan dihitung berdasarkan
jumlah tanaman yang sakit dibagi dengan jumlah tanaman diamati.
Pengambilan sampel untuk isolasi cendawan filoplan dan cendawan patogen
dilakukan pada dua lahan monokultur dan dua lahan tumpang sari. Metode yang
dilakukan yaitu isolasi cendawan filoplan, uji patogenisitas, isolasi dan uji postulat
Koch A. porri, dan uji antagonis secara in vitro terhadap A. porri. Analisis
keragaman cendawan filoplan dilakukan menggunakan indeks keragaman
Shannon-Wienner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian penyakit bercak
ungu di pertanaman monokultur lebih tinggi dibandingkan dengan tumpang sari dan
keragaman cendawan filoplan pada tanaman tumpang sari lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman monokultur. Cendawan filoplan yang berpotensi
sebagai agens antagonis yaitu P1S3L1K (Trichoderma sp. 1), P1S1L21PT
(Trichoderma sp. 2), CHP4 (Leptosphaerulina sp.), POS4L1HT (Curvularia sp.),
CHP2, P0S3L21P (Mortierella sp.), KPK1 (Cryptococcus sp.), P0S2L21
(Nigrospora sp.), dan P0S5L21P (Gongronella sp.). Hasil uji antagonis
menunjukkan bahwa isolat Trichoderma sp. 1 dan Trichoderma sp. 2 memiliki
persentase tingkat hambatan relatif tertinggi dibandingkan isolat lainnya | id |