Potensi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Alternatif
Date
2012-11Author
Suprihatin
Gumbira Sa’id, Endang
Suparno, Ono
Sarono
Metadata
Show full item recordAbstract
Limbah cair pabrik minyak kelapa sawit selama ini umumnya ditangani dengan sistem kolam, dimana sebagian besar bahan organik terdekomposisi secara anaerobik yang menyebabkan bau busuk serta emisi gas rumah kaca (metana) dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Di sisi lain, bahan organik dalam limbah cair tersebut berpotensi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif (biogas). Metode ini tergolong murah dalam investasi, mudah dalam operasional, ramah lingkungan, serta dapat memberi manfaat finansial. Paper ini menyajikan potensi pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif, yang dianalisis secara teoritis dan kuantitatif pada berbagai skenario dengan menggunakan kasus pabrik kelapa sawit di Propinsi Lampung. Fokus analisis diberikan pada aspek lingkungan terkait reduksi emisi gas rumah kaca dan aspek finansial dari perolehan energi dan insentif finansial dari reduksi emisi melalui mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism/CDM). Hasil analisis menunjukkan adanya berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan pendekatan pengelolaan limbah cair ini, antara lain reduksi biaya produksi melalui pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar terbarukan sebagai substitusi bahan bakar minyak/fosil, reduksi masalah lingkungan lokal (bau busuk), dan global (reduksi emisi gas rumah kaca). Ada 13 pabrik kelapa sawit di Propinsi Lampung yang menghasilkan limbah cair sekitar 1.3 juta m3/tahun dengan COD rata-rata 41300 mg/L. Pengolahan limbah cair ini dengan sistem terkendali (misalnya bioreaktor anaerobik atau kolam stabilisasi tertutup) dapat menghasilkan sekitar 25 juta m3 biogas. Pemanfaatan gas ini sebagai pengganti bahan bakar minyak / fosil dapat berkontribusi pada perbaikan praktek produksi minyak kelapa sawit yang berwawasan lingkungan dengan mereduksi emisi sebesar 11 juta ton CH4, serta memberi nilai tambah dan meningkatkan daya saing produk kelapa sawit (green product).