dc.description.abstract | Tanaman obat adalah sumber kekayaan biologis untuk pembuatan obat pada
sistem pengobatan tradisional, pengobatan modern, suplemen makanan, dan bahan
kimia pembuatan obat sintetis. Ekstrak tanaman sudah digunakan secara luas sebagai
formulasi cosmeceutical untuk mendukung kesehatan tekstur dan integritas kulit,
rambut, dan kuku. Banyak kepercayaan dalam masyarakat apabila suatu produk
aman di makan maka produk tersebut juga aman untuk digunakan secara topikal.
Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan bahan pemutih kulit baru
yang berasal dari alam untuk menghambat biosintesis melanin pada kulit manusia.
Pada penelitian ini digunakan daun nangka (Artocarpus heterophyllus) yang secara
turun-temurun bagian daun mature telah dipakai sebagai masker untuk pemutih kulit
di pulau Sumatra. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi bahan
pemutih kulit yang berasal dari daun nangka.
Metode untuk penapisan bahan pemutih kulit dilakukan berdasarkan uji
fitokimia, potensi inhibisi tirosinase menggunakan mushroom tyrosinase, dan kultur
mouse melanoma B-16 cell untuk mengukur produksi melanin. Hasil uji fitokimia
menunjukkan adanya metabolit flavonoid dengan potensi kuat dari ekstrak etanol
96% daun nangka muda. Metode untuk penapisan bahan pemutih adalah
berdasarkan uji potensi inhibisi tirosinase menggunakan mushroom tyrosinase. Hasil
penelitian menunjukkan ekstrak etanol 96% daun nangka muda mempunyai inhibisi
tirosinase paling baik pada monofenolase (29,9 μg/mL-1) dan difenolase (167,3
μg/mL-1) jika dibandingkan dengan ekstrak etanol 96% daun nangka mature
(monofenolase 214,2 μg/mL-1 dan difenolase 358,1 μg/mL-1). Fraksi etil asetat daun
nangka muda juga menunjukkan potensi inhibisi tirosinase yang baik (monofenolase
81,8 μg/mL-1). Pada IC50 monofenolase ekstrak etanol 96% daun nangka muda tidak
terdapat perbedaan bermakna terhadap kontrol positif asam kojik.
Metode penapisan bahan pemutih adalah dengan mengukur penurunan
produksi melanin pada kultur mouse melanoma B-16 cell. Hasil uji aktivitas
tirosinase pada kultur mouse melanoma B-16 cell saja menunjukkan hasil terbaik
penurunan produksi melanin adalah pada ekstrak etanol 96% daun nangka muda
dosis 1,5 ppm (81,4%). Pada kultur yang ditambahkan dengan alpha melanocyte
stimulating hormone (α-MSH) penurunan produksi melanin terbaik terjadi pada
fraksi n-hexan dosis 3 ppm (80,78%) dengan kontrol α-MSH (141,60%).
Sebagai kesimpulan, daun nangka muda merupakan inhibitor tirosinase yang
dapat menurunkan produksi melanin, tanpa toksisitas pada kultur mouse melanoma
B-16 cell, sehingga mempunyai potensi sebagai bahan pemutih kulit yang baik. | id |