dc.description.abstract | Kanker kolon merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat
kanker di dunia. Pengontrolan faktor diet diperkirakan mampu mencegah resiko
penyakit ini hingga 70%. Salah satu komponen bioaktif pangan yang telah
dilaporkan memiliki beberapa peranan dalam pencegahan kanker kolon adalah
fitosterol.
Beras analog merupakan produk pangan yang berbentuk menyerupai beras
padi, terbuat dari berbagai sumber karbohidrat, serta dapat didesain supaya
memiliki manfaat kesehatan tertentu. Pada penelitian ini, sorgum, kedelai, bekatul,
dan minyak sawit merah dipilih sebagai bahan baku utama, di samping adanya
penambahan ester fitosterol. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan beras
analog yang diperkaya ester fitosterol (BAEF) sebagai pangan fungsional untuk
mencegah karsinogenesis kolon serta memiliki karakteristik sensori yang dapat
diterima oleh masyarakat.
Lima jenis beras analog (BA, BA1, BA2, BA3, dan BA4) dikembangkan
berdasarkan penambahan ester fitosterol ke dalam formula beras analog (0%;
0,7%; 1,4%; 2,1%; dan 2,8%). Pengujian sitotoksisitas ekstrak heksana beras
analog (BA-BA4) pada sel lestari kanker kolon manusia (HCT-116 dan WiDr)
dilakukan dengan uji MTT secara in vitro, menggunakan sel lestari normal Vero
sebagai pembanding. Pengujian penghambatan karsinogenesis kolon oleh beras
analog (BA-BA3) dilakukan pada mencit Balb/c secara in vivo. Mencit dibagi
menjadi 6 kelompok, yakni kelompok kontrol negatif (K-) dan positif (K+), serta
4 kelompok perlakuan (B, B1, B2, B3). Seluruh kelompok (kecuali K-) diberikan
injeksi azoksimetana (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS) dalam air minum.
Sumber karbohidrat kelompok kontrol adalah maizena, sedangkan pada kelompok
perlakuan adalah BAEF. Ekspresi beberapa enzim yang berkaitan dengan
inflamasi dan apoptosis, seperti cox-2 serta caspase-3, -8, dan -9, diamati
menggunakan teknik immunohistokimia. Sensori BAEF dengan aktivitas
kemopreventif optimum selanjutnya diperbaiki supaya memiliki cita rasa yang
dapat diterima konsumen.
Pengujian komponen fitokimia menunjukkan bahwa BAEF memiliki
kandungan serat pangan larut (42.000 μg/g), serat pangan tidak larut (14.000
μg/g), γ-oryzanol (6,80 μg/g), α-tokoferol (2,06 μg/g), flavonoid (206,51 μg
QAE/g), fenolik (223,18 μg GAE/g), serta fitosterol (203,84–1.617 μg/g untuk
BA-BA3). Pengujian sitotoksisitas ekstrak heksana BAEF pada sel normal Vero
diperoleh nilai LC50 2.700 mg/L. Penambahan konsentrasi ekstrak terhadap sel
kanker kolon manusia (HCT-116 dan WiDr) ditetapkan berdasarkan nilai LC50
sel Vero, yakni 675 mg/L (1/4 LC), 1.350 mg/L (1/2 LC), 2.700 mg/L (LC), dan
5.400 mg/L (2LC). Sitotoksisitas ekstrak pada sel WiDr terlihat lebih tinggi
dibandingkan pada sel HCT-116. Pemberian ekstrak pada sel WiDr secara umum
memberikan penghambatan di atas 90% pada konsentrasi 1.350 mg/L.
Penambahan ester fitosterol pada formulasi beras analog di atas 0,7% (BA2, BA3,
dan BA4) tidak menunjukkan adanya peningkatan penghambatan terhadap sel
WiDr. Penghambatan tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak sampel BA1, yang mana
pada konsentrasi 675 mg/L telah menunjukkan penghambatan sebesar 92%.
Penambahan BAEF pada ransum mencit tidak menunjukkan adanya
pengaruh pada rata-rata konsumsi ransum, kenaikan berat badan, dan berat relatif
organ hati mencit. Akan tetapi, semua kelompok perlakuan memiliki berat relatif
organ ginjal yang tidak berbeda nyata dengan kelompok K+. Selain itu, kolon
kelompok perlakuan memiliki berat relatif yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan kelompok K+ dan K-. Kolon kelompok perlakuan juga memiliki
penampakan normal menyerupai morfologis kolon kelompok K-. Observasi lebih
lanjut dengan pewarnaan HE menunjukkan bahwa kelompok perlakuan memiliki
lesio makroskopik yang secara signifikan lebih rendah, tanpa disertai adanya
pembentukan tumor bila dibandingkan dengan kelompok K+.
Suplementasi beras analog pada ransum mencit mampu menurunkan level
ekspresi cox-2 (1,1–5,4) secara signifikan bila dibandingkan pada kelompok K+
(8,7). Kelompok B1 dan B2 bahkan memiliki histoskor cox-2 yang tidak berbeda
nyata dengan kelompok K-. Kolon semua kelompok perlakuan menunjukkan
ekspresi caspase-3 (1,7-2,2), caspase-8 (2,6-3,4), dan caspase-9 (1,0–1,7) yang
secara signifikan lebih tinggi dari kelompok K+ (1,3; 1,6; dan 0,2 masing-masing
untuk caspase-3, -8, dan -9). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian beras
analog dapat menghambat perkembangan kanker kolon pada mencit Balb/c
melalui supresi inflamasi dan induksi apoptosis. Penghambatan optimum
ditunjukkan oleh kelompok B2 yang mendapatkan penambahan beras analog yang
mengandung 1.4% ester fitosterol (BA2) pada ransum.
Pengujian sensori pada BA2 menunjukkan penerimaan secara keseluruhan
(overall) yang agak tidak disukai (skor hedonik 3,09 ± 1,08). Perbaikan sensori
dilakukan dengan mengganti ingredien utama beras analog berupa minyak sawit
merah dan kedelai dengan minyak jagung dan wijen. Formula alternatif 1 dengan
ingredien 45,1% sorgum, 3,5% minyak jagung, 1,7% bekatul, dan 1,7% wijen
memiliki penerimaan sensori secara keseluruhan yang netral-agak suka, dengan
skor hedonik 4,51 ± 1,02. Formula alternatif 2 dengan ingredien 45,1% sorgum,
3,5% minyak jagung, dan 3,5% wijen memiliki penerimaan netral secara
keseluruhan, dengan skor hedonik 4,11 ± 1,13.
BAEF mampu mencegah karsinogenesis kolon, baik secara in vitro maupun
in vivo. Ekstrak heksana BAEF menunjukkan penghambatan yang lebih efektif
pada sel WiDr dibandingkan pada sel HCT-116. Suplementasi beras analog
dengan penambahan ester fitosterol 1,4% dalam ransum memberikan aktivitas
optimum dalam menghambat karsinogenesis kolon, yang diikuti dengan
penurunan ekspresi cox-2 serta peningkatan ekspresi caspase-3, -8, dan -9. Selain
fitosterol, aktivitas kemopreventif BAEF diduga juga berasal dari komponen serat
pangan, γ-oryzanol, α-tokoferol, fenolik, dan flavonoid. Penggantian komponen
minyak sawit merah dan kedelai pada formula BAEF dengan aktivitas optimum
dengan minyak jagung dan wijen memiliki penerimaan sensori yang lebih baik
(netral-agak suka). | id |