Model Adaptasi Banjir Rob Kawasan Pesisir Wilayah Perkotaan (Studi Kasus Di Kecamatan Penjaringan Pantai Utara Jakarta).
View/Open
Date
2017Author
Yuliadi, Dede
Eriyatno
Purwanto, M. Yanuar J.
Nurjaya, I Wayan
Metadata
Show full item recordAbstract
Banjir rob di pesisir Jakarta sudah menjadi kejadian luar biasa baik dari
aspek fisik, sosial maupun ekonomi. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan
meningkatkan resiko peri kehidupan penduduk pesisir Jakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk merumuskan model adaptasi banjir rob dengan mengkaji
formulasi prediksi banjir rob melalui analisis tekno-ekologis tentang kejadian dan
faktor penyebabnya. Analisis treshold terhadap data pasang surut dan analisis
pembangkit rob berdasarkan data angin dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh faktor nir pasut dapat menyebabkan banjir rob.
Formulasi kuantitatif prediksi kejadian banjir Rob sesaat merupakan fungsi
superposisi faktor tinggi air maksimum saat pasang, kenaikan muka laut akibat
wind set up, pengaruh laju penurunan muka tanah, dan kenaikan muka laut akibat
pemanasan global. Banjir rob terjadi saat tinggi muka laut sebesar 112 cm diatas
Chart Datum dengan nilai tresholdnya 82 cm di atas Chart Datum. Analisis
terhadap faktor utama penyebab banjir rob berdasarkan data angin di wilayah
CENS menunjukkan angin tenggara maupun angin barat laut mendominasi saat
kejadian banjir rob.
Analisis dampak sosial ekonomi dilakukan di kawasan terpapar bencana
banjir rob yang meliputi elemen resiko berupa bahaya, kerentanan dan kapasitas
adaptasi. Daerah survei dibagi tiga kawasan yaitu Kelurahan Pejagalan, untuk
kategori berat, dan Kamal Muara untuk kategori sedang serta Kelurahan Pluit dan
Kelurahan Kapuk Muara untuk kategori ringan. Interpretasi ini di telaah dari
faktor yang berpengaruh dengan melihat Radar Chart Indeks Kenyamanan
Penduduk (IKP), dalam penelitian ini dilakukan terhadap 8 variabel. Untuk
rancang bangun strategi adaptasi banjir rob digunakan metoda SSM atau Soft
System Methodology (Checkland, 2000).
Dampak utama banjir rob adalah menurunnya kesehatan terutama pada
anak-anak (48%), dan warga merasakan terganggunya kegiatan ekonomi mereka
(37%). Nilai IKP di zona I memiliki nilai IKP terendah 2,00 (tidak nyaman), di
zona II nilainya 2,72 (cukup nyaman) serta di zona III nilai IKP 3,33 (baik dan
nyaman). Kegiatan adaptasi menghadapi banjir rob telah dilakukan melalui
pendekatan teknologi dan kapasitas sosial. Strategi adaptasi banjir rob adalah
kebijakan tata kota yang lebih baik dan perawatan tanggul dan perbaikan saluran
air. Untuk melaksanakan strategi tersebut dirumuskan Model Kelembagaan untuk
sistem adaptasi banjir rob di wilayah pesisir perkotaan, dimana sebagai penggerak
utamanya adalah tim koordinasi Adaptasi banjir rob di lingkungan Sekretaris
Daerah Pemerintah Provinsi.
Sistem deteksi dini yang operasional telah dirancang dengan melibatkan
Pusat Hidrografi dan Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal), Badan Informasi
Geospasial (BIG) serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).