Show simple item record

dc.contributor.advisorFariyanti, Anna
dc.contributor.advisorBurhanuddin
dc.contributor.authorRahmadona, Lola
dc.date.accessioned2017-03-01T04:42:31Z
dc.date.available2017-03-01T04:42:31Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83411
dc.description.abstractBawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai sumber pendapatan dan devisa bagi negara, penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, dan pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah yang memiliki potensi untuk peningkatan produksi bawang merah di Jawa Barat adalah Kabupaten Majalengka. Pada empat kurun waktu terakhir (2011-2014) produksi bawang merah di Kabupaten Majalengka memperlihatkan trend yang meningkat. Total dari jumlah produksi bawang merah di Kabupaten Majalengka pada tahun 2013 mencapai 23 683 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 30 299 ton atau sebesar 27.99 persen. Peningkatan produksi ini salah satunya disebabkan oleh penambahan luas areal panen sebesar 17.41 persen dengan peningkatan produktivitas pada tahun 2013 dari 11.02 menjadi 12.01 pada tahun 2014 atau sebesar 8.98 persen. Meskipun menurut produktivitas bawang merah di Kabupaten Majalengka memiliki potensi yang cukup baik untuk pengembangan produksi namun angka produktivitas tersebut masih dibawah produktivitas potensial yaitu sebesar 20 ton/ha sehingga permintaan bawang merah sebagian besar masih dipenuhi melalui impor. Hal ini disebabkan oleh produksi bawang merah yang bersifat musiman, harga bawang merah impor yang jauh lebih murah daripada bawang merah lokal, dan tingginya biaya produksi usahatani bawang merah. Untuk mengurangi impor bawang merah, pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan seperti kebijakan harga referensi impor untuk bawang merah. Dengan adanya ketetapan harga referensi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya pemasokan bawang merah impor yang tidak tepat. Pemerintah juga menerapkan beberapa kebijakan untuk mendorong produksi bawang merah dalam negeri seperti kebijakan subsidi pupuk, subsidi bunga kredit dan subsidi bahan bakar minyak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan, dayasaing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas bawang merah di Kabupaten Majalengka sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan bawang merah. Data yang digunakan adalah merupakan data sekunder yang diperoleh dari data penelitian komoditas bawang merah Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB tahun 2015. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 37 petani bawang merah. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode Policy Analysis Matrix (PAM) untuk mengetahui keuntungan, dayasaing dan dampak kebijakan pemerintah. Kebijakan yang dimiliki bersifat dinamis sehingga dilakukan analisis lanjutan menggunakan analisis sensitivitas untuk meramalkan pengaruh kebijakan terhadap dayasaing komoditas bawang merah. Usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka menguntungkan secara privat tetapi tidak menguntungkan secara sosial. Besarnya keuntungan yang diperoleh petani bawang merah bervariasi antar musim. Keuntungan privat usahatani bawang merah antar musim berkisar antara Rp 19.50 – Rp 40.50 juta per hektar. Keuntungan privat tertinggi yang dicapai terjadi pada musim hujan. Berdasarkan perhitungan keuntungan sosial, usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka mengalami kerugian. Rata-rata kerugian yang diterima petanipun bervariasi antar musim berkisar antara Rp 16.50 – Rp 33.50 juta per hektar. Hal ini menunjukkan kebijakan pemerintah terkait dengan usahatani bawang merah yang diterapkan saat ini dapat memberikan insentif bagi petani bawang merah di Kabupaten Majalengka. Usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka lebih menguntungkan dengan adanya kebijakan pemerintah jika dibandingan dengan tanpa adanya kebijakan pemerintah. Hasil analisis dayasaing usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka hanya memiliki keunggulan kompetitif tetapi tidak memiliki keunggulan komparatif. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PCR yang lebih kecil dari satu berkisar antara 0.50 – 0.85. Akan tetapi, nilai DRCR yang diperoleh sebaliknya yaitu lebih besar dari satu berkisar antara 1.50 – 2.50. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas bawang merah dan tingginya biaya produksi usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka. Hasil analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap output disimpulkan mampu memberikan proteksi terhadap bawang merah di Kabupaten Majalengka. Akan tetapi, kebijakan pemerintah terhadap input belum mampu memberikan insentif bagi petani bawang merah di Kabupaten Majalengka. Namun, secara bersamaan kebijakan output dan input usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan bawang merah di Kabupaten Majalengka dan dapat memberikan insentif bagi petani. Skenario kebijakan yang dilakukan pada analisis sensitivitas memperlihatkan bahwa kenaikan harga jual bawang merah dan produksi serta menurunkan biaya produksi dapat meningkatkan dayasaing komoditas bawang merah di Kabupaten Majalengka.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.subject.ddcAgricultural Productionid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcMajalengka - Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Dayasaing Dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Bawang Merah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBawang Merahid
dc.subject.keywordDayasaingid
dc.subject.keywordPolicy Analysis Matrixid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record