Analisis Dayasaing Dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Bawang Merah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
View/ Open
Date
2016Author
Rahmadona, Lola
Fariyanti, Anna
Burhanuddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang
peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai sumber
pendapatan dan devisa bagi negara, penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, dan
pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah yang memiliki potensi untuk
peningkatan produksi bawang merah di Jawa Barat adalah Kabupaten Majalengka.
Pada empat kurun waktu terakhir (2011-2014) produksi bawang merah di
Kabupaten Majalengka memperlihatkan trend yang meningkat. Total dari jumlah
produksi bawang merah di Kabupaten Majalengka pada tahun 2013 mencapai 23
683 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 30 299 ton atau
sebesar 27.99 persen. Peningkatan produksi ini salah satunya disebabkan oleh
penambahan luas areal panen sebesar 17.41 persen dengan peningkatan
produktivitas pada tahun 2013 dari 11.02 menjadi 12.01 pada tahun 2014 atau
sebesar 8.98 persen. Meskipun menurut produktivitas bawang merah di Kabupaten
Majalengka memiliki potensi yang cukup baik untuk pengembangan produksi
namun angka produktivitas tersebut masih dibawah produktivitas potensial yaitu
sebesar 20 ton/ha sehingga permintaan bawang merah sebagian besar masih
dipenuhi melalui impor. Hal ini disebabkan oleh produksi bawang merah yang
bersifat musiman, harga bawang merah impor yang jauh lebih murah daripada
bawang merah lokal, dan tingginya biaya produksi usahatani bawang merah. Untuk
mengurangi impor bawang merah, pemerintah telah menetapkan beberapa
kebijakan seperti kebijakan harga referensi impor untuk bawang merah. Dengan
adanya ketetapan harga referensi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
pemasokan bawang merah impor yang tidak tepat. Pemerintah juga menerapkan
beberapa kebijakan untuk mendorong produksi bawang merah dalam negeri seperti
kebijakan subsidi pupuk, subsidi bunga kredit dan subsidi bahan bakar minyak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan, dayasaing dan
dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas bawang merah di Kabupaten
Majalengka sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan
bawang merah. Data yang digunakan adalah merupakan data sekunder yang
diperoleh dari data penelitian komoditas bawang merah Pusat Kajian Hortikultura
Tropika (PKHT) IPB tahun 2015. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 37
petani bawang merah. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan
metode Policy Analysis Matrix (PAM) untuk mengetahui keuntungan, dayasaing
dan dampak kebijakan pemerintah. Kebijakan yang dimiliki bersifat dinamis
sehingga dilakukan analisis lanjutan menggunakan analisis sensitivitas untuk
meramalkan pengaruh kebijakan terhadap dayasaing komoditas bawang merah.
Usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka menguntungkan secara
privat tetapi tidak menguntungkan secara sosial. Besarnya keuntungan yang
diperoleh petani bawang merah bervariasi antar musim. Keuntungan privat
usahatani bawang merah antar musim berkisar antara Rp 19.50 – Rp 40.50 juta per
hektar. Keuntungan privat tertinggi yang dicapai terjadi pada musim hujan.
Berdasarkan perhitungan keuntungan sosial, usahatani bawang merah di Kabupaten
Majalengka mengalami kerugian. Rata-rata kerugian yang diterima petanipun
bervariasi antar musim berkisar antara Rp 16.50 – Rp 33.50 juta per hektar. Hal ini
menunjukkan kebijakan pemerintah terkait dengan usahatani bawang merah yang
diterapkan saat ini dapat memberikan insentif bagi petani bawang merah di
Kabupaten Majalengka. Usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka lebih
menguntungkan dengan adanya kebijakan pemerintah jika dibandingan dengan
tanpa adanya kebijakan pemerintah.
Hasil analisis dayasaing usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka
menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di Kabupaten Majalengka hanya
memiliki keunggulan kompetitif tetapi tidak memiliki keunggulan komparatif. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai PCR yang lebih kecil dari satu berkisar antara 0.50 –
0.85. Akan tetapi, nilai DRCR yang diperoleh sebaliknya yaitu lebih besar dari satu
berkisar antara 1.50 – 2.50. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas
bawang merah dan tingginya biaya produksi usahatani bawang merah di Kabupaten
Majalengka.
Hasil analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap output disimpulkan
mampu memberikan proteksi terhadap bawang merah di Kabupaten Majalengka.
Akan tetapi, kebijakan pemerintah terhadap input belum mampu memberikan
insentif bagi petani bawang merah di Kabupaten Majalengka. Namun, secara
bersamaan kebijakan output dan input usahatani bawang merah di Kabupaten
Majalengka dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan bawang merah
di Kabupaten Majalengka dan dapat memberikan insentif bagi petani. Skenario
kebijakan yang dilakukan pada analisis sensitivitas memperlihatkan bahwa
kenaikan harga jual bawang merah dan produksi serta menurunkan biaya produksi
dapat meningkatkan dayasaing komoditas bawang merah di Kabupaten
Majalengka.
Collections
- MT - Economic and Management [2971]