dc.description.abstract | Salah satu jenis plastik yang populer sebagai bahan pengemas makanan dan
minuman adalah styrofoam, namun styrofoam memiliki banyak dampak negatif
bagi kesehatan dan lingkungan. Pengembanggan bio-base polimer seperti
biodegradable foam atau biofoam sebagai alternatif pengganti styrofoam sudah
banyak dilakukan. Bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan biofoam adalah
pati, namun biofoam yang dihasilkan dari pati murni masih memiliki sifat yang
rapuh, mudah patah dan mudah menyerap air. Untuk memperbaiki kekurangan
tersebut, konsentrasi pati pada adonan biofoam dapat dikurangi serta disubstitusi
dengan bahan lain diantaranya plasticizer, pati modifikasi, polimer sintetis dan
serat. Salah satu serat alam yang cukup potensial yaitu tandan kosong sawit (TKS).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembuatan biofoam dari
serat yang dimodifikasi dengan beberapa metode yang berbeda dan konsentrasi
yang berbeda.
Penelitian ini diawali dengan isolasi selulosa tandan kosong sawit dengan
metode pulping (STKS). Proses ekstraksi selulosa dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia organik (organosolv pulping) seperti NaOH sebagai larutan pemasak.
Kadar α-selulosa yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 88,46%, rendemen
sebesaar 34,5% dan berbentuk bubuk berwarna putih. Hasil isolasi pulping process
kemudian dimodifikasi menjadi nanoselulosa dengan Ultra Fine Grinder (Masuko
Corp, Japan). Nanoselulosa yang dihasilkan berupa gel berwarna putih berukuran
92,07 nm (NSTKS). Modifikasi lainnya yaitu pembuatan selulosa asetat. Hasil
isolasi pulping process (STKS) diasetilasi dengan menggunakan asam asetat
anhidrat dengan beberapa perlakuan. Selulosa asetat yang dihasilkan berupa serbuk
berwarna putih kekuningan. Perlakuan terbaik diperoleh pada waktu asetilasi
selama 90 menit serta rasio selulosa dan asam asetat anhidrat 1:5 dengan kadar
asetil 41,61%, DS 2,64 dan rendemen 128,5 % (SATKS).
Selanjutnya dari ketiga jenis modifikasi tersebut dilakukan pembuatan
biofoam. Proses pembuatan biofoam dilakukan menggunakan teknik
thermopressing. Pembuatan biofoam dirancang menggunakan rancangan acak
faktorial dengan faktor jenis serat modifikasi (STKS, NSTKS, SATKS) dan
konsentrasi serat (1%, 3%, 5%). Parameter pengujian biofoam terdiri dari warna
(kecerahan dan ΔE*), kadar air, daya serap air, densitas, kuat tekan, morfologi,
kristalinitas, sifat termal, dan biodegradabilitas. Berdasarkan analisis sidik ragam
faktor jenis modifikasi serat berpengaruh terhadap warna (kecerahan dan ΔE*),
kadar air, daya serap air, densitas, dan kuat tekan. Konsentrasi serat berpengaruh
terhadap ΔE* dan kuat tekan. Interaksi antara kedua faktor hanya terdapat pada
parameter kuat tekan biofoam. Bedasarkan ketiga jenis modifikasi tersebut, STKS
5% menunjukkan hasil terbaik diantara jenis lainnya. Berdasarkan hasil pengujian,
jenis modifikasi STKS mampu meningkatkan nilai densitas, kuat tekan dan
menurunkan daya serap air serta biodegradabilitas yang tinggi. | id |