Upaya Pengembangan Usahatani di Lahan Pasir Pantai melalui Pemanfaatan Limbah Usaha Peternakan
Abstract
Ternak selalu disebut sebagai sumber bau, debu atau sebagai penyebab tingginya populasi lalat. Pemanfaatan limbah kandang ternak sebagai pupuk untuk tanaman yang sebelumnya telah melalui proses dekomposisi dengan bantuan dekomposer bahan organik mampu mengatasi masalah tersebut. Peningkatan usaha peternakan membutuhkan ketersediaan hijauan pakan dalam jumlah cukup, di lain pihak keterbatasan lahan tidak memungkinkan untuk areal tanaman pakan. Penggunaan limbah-limbah tanaman sebagai bahan pakan, dengan tetap memperhatikan kualitas bahan-bahan tersebut, merupakan solusi tepat untuk mencukupi kebutuhan hijauan pakan. Sistem pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan harus diimplementasikan dengan cara: memadukan teknologi pengelolaan hara, tanah, dan air, pengendalian hama penyakit, serta meningkatkan keragaman usahatani yang dikombinasikan dengan peningkatan hubungan dan aliran di antara teknologi tersebut. Produk samping dari satu komponen teknologi atau cabang usahatani menjadi masukan terhadap komponen teknologi atau cabang usahatani lain. Hal terbaik yang dilakukan adalah memanfaatkan limbah pertanian atau sisa tanaman sebagai bahan pakan, feces yang dihasilkan oleh ternak dikembalikan ke lahan sebagai pupuk organik. Usaha peternakan terintegrasi dengan usaha pertanian akan lebih menguntungkan, karena pemakaian pupuk organik akan menaikkan kesuburan tanah dan mengurangi pemakaian pupuk anorganik sehingga dapat menekan biaya produksi, menaikkan produksi tanaman. Keberadaan ternak dinilai cukup strategis dan masih perlu mendapat perhatian dalam mendukung pengembangan usahatani di wilayah pesisir. Beberapa penelitian pemanfaatan pupuk organik dari limbah kandang ternak untuk meningkatkan produksi tanaman di lahan pasir pantai telah menunjukkan adanya peningkatan produktivitas lahan dan perbaikan lingkungan. Usaha pemanfaatan limbah kandang ternak untuk tanaman dan pemanfaatan sisa tanaman untuk pakan tersebut merupakan rangkaian daur ulang dalam sistem usahatani terpadu yang dapat menerapkan metode low external input sustainable agriculture (LEISA) untuk meminimalkan biaya produksi.
Collections
- Proceedings [2790]