Analisis Faktor Adopsi Dan Efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih : Studi Kasus Di Kabupaten Grobogan-Jawa Tengah
View/ Open
Date
2016Author
Kadar, Laila
Siregar, Hermanto
Putri., Eka Intan Kumala
Metadata
Show full item recordAbstract
Jagung merupakan kebutuhan pangan pokok kedua setelah padi yang potensial dan mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani dan menunjang program diversifikasi pangan. Khusus Jagung Putih menjadi alternatif makanan pokok pengganti beras di Kabupaten Grobogan dan dari luas total pertanaman jagung sekitar 95.000 ha dan 15-20% adalah Jagung Putih (Yasin, 2014). Varietas unggul merupakan komponen teknologi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas, potensi hasil dan komponen pengendalian hama/penyakit. Tujuan penelitian ini adalah : 1) mengetahui karaketrisasi dan minat/motivasi petani terhadap Varietas Unggul Jagung Putih berdasarkan faktor pertimbangannya; 2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi Varietas Unggul Jagung Putih dalam mencapai transfer alih teknologi, 3) menganalisis efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih, dan 4) mengetahui hubungan efektifitas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi Varietas Unggul Jagung Putih. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Desa Jatipohon, Godan dan Karangasem). Lokasi ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 120 petani dan 15 petani termasuk nara sumber (peneliti/penyuluh, mitra bisnis/pemasok). Analisis data secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan persentase, diagram dan tabel. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi dianalisis dengan model regresi logistik sedangkan dalam melihat efektivitas menggunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi teknologi Varietas Unggul Jagung Putih dinilai positif bagi petani dengan tingkat adopsi sekitar 66,7 persen. Minat/motivasi petani adopsi berdasarkan faktor pertimbangannya adalah varietas unggul, indeks pertanaman bisa 2-3 kali, harga benih lebih murah, benih dapat ditangkar sendiri oleh petani, kesesuaian agroekosistem, mudah diterapkan/tidak rumit. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap adopsi Varietas Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) adalah : Pendapatan (faktor internal), Pengetahuan/informasi teknologi, Dukungan penyuluh, Hama penyakit, dan Ketersediaan benih (faktor eksternal). Sedangkan faktor umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, dan luas lahan petani tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi Varietas Unggul Jagung Putih. Untuk meningkatkan minat petani dalam adopsi teknologi Varietas Unggul Jagung Putih di Kabupaten Grobogan, khususnya tiga desa tersebut diperlukan dukungan dan kerjasama secara terpadu antara petani, Badan Litbang Pertanian (Balit dan BPTP), Pemerintah Daerah/Dinas setempat dan Mitra bisnis terkait dalam penyebaran informasi hasil penelitian (Diseminasi).
Secara keseluruhan, tingkat kesesuaian (Tki) antara kepentingan dan kinerja di Kabupaten Grobogan sebesar 84,19 persen. Efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih (Anoman dan Srikandi Putih) yang menjadi prioritas utama dalam memenuhi kepentingan/harapan petani karena kinerjanya belum memuaskan adalah produksi, daya tahan, dan harga (kuadran A). Sedangkan yang harus tetap dipertahankan adalah daya hasil, potensi hasil, toleran terhadap kekeringan, ketersediaan benih,
dukungan kelembagaan, dan kandungan nutrisi (kuadran B). Tingkat efektivitas Varietas Unggul Jagung Putih di Kabupaten Grobogan yaitu Desa Jatipohon, Godan dan Karangasem perlu dilakukan perbaikan berdasarkan urutan prioritas kuadran yang dimulai dari prioritas utama menuju kuadran B (pertahankan prestasi), yaitu kuadran A menuju kuadran B, kuadran C bertahap ke kuadran A menuju kuadran B, dan kuadran D bertahap ke kuadran C kemudian kuadran A menuju kuadran B.
Hubungan antara indikator efektivitas dengan faktor yang mempengaruhi adopsi menunjukkan bahwa indikator kualitas (daya tahan) berkorelasi Sedang (ρ mendekati 0,599), nyata/signifikan (p<0,05) dan positif (searah) dengan dukungan penyuluh tetapi negatif (tidak searah) dengan hama penyakit. Sedangkan indikator efisiensi (harga) berkorelasi Sedang, nyata/signifikan (p<0,10) dan positif (searah) dengan pendapatan petani.
.
Collections
- MT - Economic and Management [2971]