dc.description.abstract | Terbentuknya ekonomi lokal dalam masyarakat Sunda Tasikmalaya ditandai oleh kemunculan golongan sosial pengusaha bordir yang keberadaannya dapat dirunut berikut ini. Pertama, berdasarkan asal-usul sosialnya, dapat disimpulkan bahwa golongan pengusaha bordir dalam masyarakat Sunda Tasikmalaya berasal dari kelompok non elit/ kelas bawah/ masyarakat ekonomi marginal, terutama dari kalangan orang kebanyakan (cacah/somah) dalam struktur feodal Sunda. Kedua, terkait dengan mekanisme kemunculannya, dapat disimpulkan bahwa golongan pengusaha bordir dalam masyarakat Sunda Tasikmalaya, merupakan hasil dari adanya keterlekatan etika moral agama (Islam) dan etika moral budaya (Sunda) dalam tindakan ekonomi pengusaha bordir dan terbukanya kesempatan yang sama bagi siapa saja yang dapat meraihnya (stratifikasi sosial terbuka).
Kelangsungan sosial golongan pengusaha lokal mencakup dua dimensi sekaligus. Pertama, berdasarkan dimensi status/ peranan sosial golongan pengusaha lokal di Tasikmalaya, dapat disimpulkan bahwa golongan pengusaha lokal tersebut hadir dan berkembang dalam konteks dan sebagai pendukung ekonomi lokal, dengan ciri-ciri formasi sosial pengusaha lokal yang khas (hybrid). Penelitian ini menunjukkan bahwa para pengusaha lokal mampu bangkit dan berkembang (survive) dengan campur-tangan negara, mereka bahkan tumbuh secara progresif, melakukan pengembangan atas usahanya dengan cara mengikuti persaingan global melalui ekspansi penjualan skala nasional/internasional dan mengeksport ke luar negeri dan ikut menopang kertepurukan ekonomi bangsa ketika tertimpa krisis ekonomi 1997/ 1998 serta krisis 2008. Mereka tidak hanya menyumbang terhadap perkembangan pembangunan ekonomi lokal, namun juga menjadi penggerak transformasi sosial-ekonomi masyarakat Sunda Tasikmalaya dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Bertahan dan berkembangnya ekonomi industri bordir tersebut tidak lepas dari dinamika yang terjadi pada para pengusaha bordir di Tasikmalaya tersebut dengan muncul dan tenggelamnya berbagai tipe pengusaha. Keterlekatan etika Islam dan Sunda pada tindakan ekonomi pengusaha bordir di Tasikmalaya menghasilkan tiga tipe pengusaha. Pertama, Pengusaha Islami-Sundanis yaitu pengusaha terlekat kuat dengan etika agama (Islam). Kedua, Pengusaha Sunda-Islami yaitu pengusaha yang terlekat kuat dengan etika budaya Sunda. Ketiga, Pengusaha Sunda Kapitalis yaitu yang terlekat kuat pada etika kapitalis.
Pengusaha Sunda-islami merupakan tipe pengusaha yang stagnan disebabkan terlalu kuat terlekat dengan tradisi atau kebiasaan yang diwariskan oleh orang tua atau nenek moyangnya, sehingga lambat dalam mengadopsi inovasi baru dlam industri bordir. Pengusaha Islami-sundanis adalah tipe pengusaha yang mengalami kemajuan atau peningkatan dalam usahanya. Pada tipe ini selain terlekat kuat dengan nilai-nilai
agama juga nilai budaya serta terbuka pada nilai-nilai modern yang meunjang kemajuan dan tidak bertentangan dengan nilai lokal. Sedangkan tipe yang pengusaha yang rentan hancur adalah pengusaha kapitalis yang tidak siap dengan kebangkrutan (collpas) dan terlalu lemah dalam ikatan nilai-nilai agama dan budaya.
Etika Religiusitas Islam pengusaha bordir di Tasikmalaya menolong pengusaha untuk dapat bertahan dalam bisnis bordir, tetapi sejarah bisnis keluarga tidak bisa ditinggalkan. Kelas menak dalam industri bordir, memiliki kecenderungan lebih bertahan dibanding kelas cacah /somah disebabkan pada kelas menak usaha mereka sudah turun temurun dan memiliki pengalaman serta latar pendidikan yang relatif tinggi. Sebenarnya kelas cacah pun memiliki kesempatan yang sama untuk dapat maju, tetapi memiliki kecenderungan rentan hancur. Jadi pengusaha yang cenderung bertahan dan mengalami kemajuan adalah kelas pengusaha menak religius, sedang yang rentan hancur/bangkut adalah pengusaha cacah modern | id |