Evaluasi Kinerja Pertumbuhan Benih Lele (Clarias Gariepinus) Pada Sistem Budidaya Bioflok Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda
View/ Open
Date
2016Author
Khasanah, Noviati Rohmatul
Utomo, Nur Bambang Priyo
Setiawati, Mia
Yuhana, Munti
Metadata
Show full item recordAbstract
Kadar protein pakan yang tinggi berbanding lurus dengan harga pakan
yang cukup mahal. Harga beli benih tidak sebanding dengan harga jual benih
relatif murah sehingga upaya penurunan protein dilakukan guna mengefisienkan
pakan yang diberikan. Protein pakan yang mampu diretensi oleh ikan hanya 25%
dari total pakan yang dimakan dan 75% sisanya diekskresikan melalui insang dan
urin dalam bentuk amonia sehingga timbul masalah limbah budidaya. Teknologi
bioflok merupakan teknologi dalam bidang akuakultur yang dapat dipergunakan
sebagai alternatif dalam masalah limbah budidaya serta struktur bioflok mampu
menyumbangkan nilai protein sebesar 30 - 35%. Sumbangan protein bioflok
tersebut dapat dijadikan alternatif penambah kebutuhan nutrisi pada benih ikan
lele.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu: A (38%), B (34%), C (30%), D (26%).
Pakan uji digunakan dalam bentuk pellet. Penambahan sumber karbon berupa
molase dengan C/N rasio 15 diberikan 1 kali sehari setelah 2 jam pemberian
pakan di pagi hari. Pakan diberikan pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 sebanyak
5% dari biomasa benih lele. Benih lele yang digunakan berukuran berat rata-rata
0,83 ± 0,01 g dan panjang rata-rata 4,64 ± 0,04 cm dipelihara di akuarium
berukuran 60 x 40 x 35 cm3 sebanyak 15 unit yang dilengkapi dengan tiga titik
aerasi. Masing-masing akuarium diisi air sebanyak 60 L dan setiap akuarium
diberi 1 liter air dari limbah budidaya lele dengan padat tebar benih 90
ekor/akuarium. Inokulasi bakteri heterotrof berupa Staphylococcus lentus L1k
dilakukan pada setiap perlakuan dengan kepadatan 104 CFU/mL setiap satu
minggu sekali. Parameter uji meliputi parameter kinerja pertumbuhan, parameter
bioflok, parameter kesehatan dan parameter kualitas air. Parameter kinerja
pertumbuhan meliputi laju pertumbuhan harian, panjang total, koefisien
keragaman panjang, efisiensi pakan, jumlah konsumsi pakan, retensi protein,
retensi lemak, dan tingkat kelangsungan hidup. Parameter bioflok meliputi
nutrient flok, volume flok, padatan tersuspensi total, volatil tersuspensi total,
kelimpahan bakteri total di media air, kelimpahan bakteri L1k di media air, dan
kelimpahan bakteri di usus. Parameter kesehatan meliputi hematokrit,
hemoglobin, total eritrosit, dan total leukosit. Parameter kualitas air meliputi
TAN, amonia, pH, suhu dan oksigen terlarut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik laju pertumbuhan
harian dan panjang total tertinggi ditunjukkan pada perlakuan A (4,05% dan 2,35
cm) dan B (4,11% dan 2,39 cm), efisiensi pakan tertinggi pada perlakuan A
(93,65%) dan B (91,32%), retensi lemak tertinggi pada perlakuan D(40,64%),
koefisien keragaman panjang, jumlah konsumsi pakan, retensi protein dan
kelangsungan hidup tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Proksimat
nutrient flok tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan, volume flok, total
padatan tersuspensi dan padatan tersuspensi volatil menunjukkan peningkatan
sampai akhir penelitian, kelimpahan bakteri L1k di media air menunjukkan tren
yang sama dengan kelimpahan bakteri total di media air, kelimphan bakteri L1k
dan kelimpahan bakteri total di usus tertinggi pada perlakuan B (4,39 Log
CFU/mL dan 7,98 Log CFU/mL). Nilai hematokrit tertinggi pada perlakuan A
(27,67%), total eritrosit tertinggi pada perlakuan B(2,39 x 106 sel/mm3), nilai
hemoglobin dan total leukosit tidak berbeda nyata antara perlakuan (P>0,05).
Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kadar protein pakan
34% dapat menggantikan kadar protein pakan 38% pada pendederan benih lele
berukuran 4 - 5 cm melalui sistem budidaya bioflok.
Collections
- MT - Fisheries [3016]