dc.description.abstract | Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan dari sisi
penawaran atau produksi, luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimat
memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura. Cabai
merupakan salah satu komoditas pangan penting bagi masyarakat Indonesia.
Konsumsi cabai merah di Indonesia semakin hari semakin meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi cabai merah rata-rata
masyarakat Indonesia 1.46kg/kapita/th. Cabai merah mendapat perhatian karena
harganya sangat berfluktuasi dan ketidakstabilan harga yang terjadi pada
komoditas cabai berakibat langsung pada perekonomian nasional, ini bisa dilihat
dari dampaknya yang mampu menyebabkan inflasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk Menganalisis efisiensi operasional (marjin pemasaran, farmer’s share, rasio
keuntungan) cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang, Menganalisis efisiensi
harga cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang. Analisis data kuantatif
digunakan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio
keuntungan terhadap biaya dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan
tabulasi data sedangkan Eviews 7 dipergunakan untuk melihat keterpaduan pasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima saluran pemasaran dalam
sistem pemasaran cabai merah keriting Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
Saluran pemasaran yang banyak dipilih adalah saluran pertama, sebanyak 50%
petani atau 15 orang memilih saluran ini. Banyaknya petani yang memilih saluran
ini dikarenakan adanya ikatan modal, lokasi pedagang dekat dengan petani dan
juga kuota hasil panen yang akan dijual dalam jumlah kecil. Sistem Pemasaran
cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang belum efisien secara operasional
maupun harga. Sebaran marjin belum merata, marjin pemasaran terbesar ada pada
pedagang pengecer, sebaran rasio biaya dan keuntungan juga belum merata. Akan
tetapi bila dilihat berdasarkan margin terendah dan farmer’s share tertinggi dapat
diketahui bahwa saluran yang relatif efisen adalah saluran 5 dengan marjin
pemasaran terkecil 40.63%, farmer’s share terbesar 59.37%. Analisis efisiensi
harga menunjukkan bahwa integrasi harga yang terjadi di tingkat petani dengan
harga di tingkat pedagang grosir Pasar Induk bersifat lemah. Perubahan harga
yang terjadi di Pasar Induk Kramatjati tidak sepenuhnya ditransmisikan kepada
petani, perubahan harga sebesar 1 rupiah hanya akan merubah harga di tingkat
petani sebesar 0.36 rupiah. Sementara harga di tingkat pedagang grosir Pasar
Induk Kramatjati dengan harga di tingkat pedagang pengecer tidak terintegrasi,
perubahan harga di tingkat pedagang pengecer tidak akan mempengaruhi
perubahan harga di tingkat pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati. Peran
kelembagaan petani perlu ditingkatkan untuk meningkatkan bargaining position
dalam penentuan harga, akses informasi pasar, serta akses permodalan. | id |