Show simple item record

dc.contributor.advisorSukenda
dc.contributor.advisorHarris, Enang
dc.contributor.advisorUtomo, Nur Bambang Priyo
dc.contributor.advisorAffandi, Ridwan
dc.contributor.authorHadiroseyani, Yani
dc.date.accessioned2017-01-30T06:51:43Z
dc.date.available2017-01-30T06:51:43Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82539
dc.description.abstractIkan belut Monopterus albus (Zuiew 1793) dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh etnis Asia dan bernilai ekonomis. Pasokan ikan belut, yang umumnya berasal dari hasil tangkapan di perairan umum dan pesawahan ini, pada beberapa tahun terakhir cenderung menurun serta mendorong pengembangan sistem budidayanya. Namun demikian, masih terdapat kendala pada budidaya tersebut yaitu kelangsungan hidup ikan belut masih sangat rendah selama pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kualitas benih, penanganan benih sebelum penebaran, dan kondisi lingkungan pemeliharaan. Budidaya ikan belut masih menggunakan stok liar yang ditangkap menggunakan peralatan yang membahayakan ikan tersebut, seperti pancing dan alat setrum ikan. Belum pernah dipelajari efek alat tangkap terhadap kondisi fisiologis ikan belut karena umumnya tujuan penangkapan adalah untuk konsumsi. Namun demikian, untuk tujuan budidaya perlu diketahui apakah penangkapan dapat mempengaruhi kondisi fisiologis ikan terutama terhadap potensi kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Ikan hasil tangkapan umumnya mengalami prosedur penampungan dan pemberokan yang dilanjutkan dengan transportasi untuk tujuan pemasaran. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat membuat ikan belut stres dan mengalami perubahan kondisi fisiologis seperti peningkatan kortisol dan glukosa, serta mengalami penurunan kadar sodium plasma darah yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pemberokan, transportasi dan pemeliharaan ikan belut menggunakan media air, dengan tujuan umum untuk mengkaji peranan salinitas pada kegiatan transportasi dan budidaya menggunakan media air dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan belut melalui pendekatan fisiologis. Penelitian dibagi ke dalam tiga tahap dengan tujuan khusus setiap tahap adalah untuk: a) mengevaluasi efek durasi dan salinitas pemberokan terhadap respons fisiologis ikan belut; b) mengevaluasi efek peningkatan salinitas pada media transportasi terhadap kelangsungan hidup ikan belut; c) mengevaluasi efek salinitas 9 g L-1 pada budidaya menggunakan media air terhadap kelangsungan hidup ikan belut. Pada penelitian pertama, yaitu respons fisiologis ikan belut (Monopterus albus) pada 72 jam pemberokan dengan salinitas media 0, 3, 6, dan 9 g L-1 diperoleh hasil sebagai berikut. Peningkatan salinitas menurunkan gradien osmotik ikan belut, yaitu berturut-turut 0,267 Osmol kg-1, 0, 208 Osmol kg-1, 0,185 Osmol kg-1, dan 0,090 Osmol kg-1 pada salinitas 0, 3, 6, dan 9 g L-1. Pemberokan pada durasi 72 jam mengakibatkan peningkatan kadar kortisol, sodium, glukosa, dan glikogen. Peningkatan salinitas pemberokan menurunkan kadar kortisol, meningkatkan kadar sodium, menurunkan kadar glukosa, dan meningkatkan kadar glikogen. Pemberokan dan salinitas tidak mengakibatkan perubahan yang signifikan pada faktor kondisi ikan belut. Pemberokan pada durasi 72 dan salinitas 9 g L-1 menghasilkan kondisi fisiologi ikan belut yang terbaik. Berdasarkan hasil percobaan ini salinitas 9 g L-1 digunakan dalam proses transportasi ikan belut untuk menganalisis efeknya terhadap kelangsungan hidup pascatransportasi. Pada penelitian ke-dua, yaitu efek peningkatan salinitas pada media transportasi terhadap kelangsungan hidup ikan belut, diperoleh hasil sebagai berikut. Transportasi pada salinitas 9 g L-1 mendukung kelangsungan hidup ikan belut yang tinggi sampai 5 minggu pascatransportasi. Pemulihan (recovery) ikan pada salinitas 9 g L-1 walaupun sebelumnya ditransportasikan menggunakan air tawar menghasilkan kelangsungan hidup belut sawah yang tertinggi, yaitu sebesar 95,53±2,12%, sedangkan pemulihan pada air tawar walaupun sebelumnya ditransportasikan menggunakan air bersalinitas 9 g L-1 menghasilkan kelangsungan hidup yang sangat rendah, yaitu 21,74±9,10%. Pada salinitas 9 g L-1 kadar sodium plasma darah meningkat dan dapat menekan sindrom kematian tertunda. Kematian pascatransportasi death after arrival (DaA) tertinggi terjadi pada minggu 1-3 walaupun kematian death on arrival (DoA) sangat rendah. Keberhasilan transportasi dan penampungan pascatransportasi pada salinitas 9 g L-1 menunjukkan bahwa pada kadar garam air tersebut, stres transportasi dan stres perubahan lingkungan akibat berada di dalam media air yang berbeda dari habitat alaminya dapat diatasi oleh ikan belut. Pada penelitian ke-tiga, yaitu kelangsungan hidup ikan belut pada budidaya menggunakan media air bersalinitas 9 g L-1 diperoleh hasil bahwa kelangsungan hidup ikan belut mencapai 90% pada masa pemeliharaan 280 hari. Laju pertumbuhan bobot harian ikan belut Pemeliharaan ikan belut dalam media air tanpa substrat pada penelitian ini adalah menghasilkan kelangsungan hidup yang tinggi pada masa pemeliharaan yang paling lama yang pernah dilakukan, sehingga membuktikan bahwa ikan belut dapat dibudidayakan dalam lingkungan artifisial yang berbeda dari habitat alaminya. Dampak stres pada ikan belut akibat perubahan lingkungan, yaitu ketiadaan substrat lumpur tanah atau makrofita pelindung dapat diatasi dengan baik pada salinitas 9 g L-1. Ikan belut dalam air tawar menghadapi dua masalah, yaitu stres akibat perubahan lingkungan dan beban osmoregulasi yang tinggi akibat difusi sodium tubuh ke lingkungan akibat gradien osmotik yang tinggi. Keadaan ini memerlukan ketersediaan glukosa dalam jumlah banyak, yaitu untuk mempertahankan homeostasis yang terganggu oleh faktor stres dan untuk menyerap sodium secara aktif dari lingkungan serta untuk proses osmosis yang mengontrol tekanan osmotik jaringan. Peningkatan salinitas lingkungan memperkecil gradien osmotik sehingga menahan difusi garam dari tubuh ikan dan beban osmoregulasi menurun. Pada kondisi ini terjadi penghematan energi untuk osmoregulasi dan ketersediaan glukosa dapat dialokasikan untuk mengatasi stres perubahan lingkungan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcEelsid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePeranan Salinitas Dalam Meningkatkan Kelangsungan Hidup Ikan Belut (Monopterus Albus) Pada Transportasi Dan Budidaya Menggunakan Media Airid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordrespons fisiologisid
dc.subject.keywordsindrom kematian tertundaid
dc.subject.keywordsodiumid
dc.subject.keywordstresid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record