Peranan Salinitas Dalam Meningkatkan Kelangsungan Hidup Ikan Belut (Monopterus Albus) Pada Transportasi Dan Budidaya Menggunakan Media Air
View/Open
Date
2016Author
Hadiroseyani, Yani
Sukenda
Harris, Enang
Utomo, Nur Bambang Priyo
Affandi, Ridwan
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan belut Monopterus albus (Zuiew 1793) dimanfaatkan sebagai bahan
pangan oleh etnis Asia dan bernilai ekonomis. Pasokan ikan belut, yang umumnya
berasal dari hasil tangkapan di perairan umum dan pesawahan ini, pada beberapa
tahun terakhir cenderung menurun serta mendorong pengembangan sistem
budidayanya. Namun demikian, masih terdapat kendala pada budidaya tersebut
yaitu kelangsungan hidup ikan belut masih sangat rendah selama pemeliharaan.
Kelangsungan hidup ikan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya kualitas benih, penanganan benih sebelum penebaran, dan
kondisi lingkungan pemeliharaan. Budidaya ikan belut masih menggunakan stok
liar yang ditangkap menggunakan peralatan yang membahayakan ikan tersebut,
seperti pancing dan alat setrum ikan. Belum pernah dipelajari efek alat tangkap
terhadap kondisi fisiologis ikan belut karena umumnya tujuan penangkapan
adalah untuk konsumsi. Namun demikian, untuk tujuan budidaya perlu diketahui
apakah penangkapan dapat mempengaruhi kondisi fisiologis ikan terutama
terhadap potensi kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Ikan hasil tangkapan
umumnya mengalami prosedur penampungan dan pemberokan yang dilanjutkan
dengan transportasi untuk tujuan pemasaran. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
membuat ikan belut stres dan mengalami perubahan kondisi fisiologis seperti
peningkatan kortisol dan glukosa, serta mengalami penurunan kadar sodium
plasma darah yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan pemberokan, transportasi dan
pemeliharaan ikan belut menggunakan media air, dengan tujuan umum untuk
mengkaji peranan salinitas pada kegiatan transportasi dan budidaya menggunakan
media air dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan belut melalui pendekatan
fisiologis. Penelitian dibagi ke dalam tiga tahap dengan tujuan khusus setiap tahap
adalah untuk: a) mengevaluasi efek durasi dan salinitas pemberokan terhadap
respons fisiologis ikan belut; b) mengevaluasi efek peningkatan salinitas pada
media transportasi terhadap kelangsungan hidup ikan belut; c) mengevaluasi efek
salinitas 9 g L-1 pada budidaya menggunakan media air terhadap kelangsungan
hidup ikan belut.
Pada penelitian pertama, yaitu respons fisiologis ikan belut (Monopterus
albus) pada 72 jam pemberokan dengan salinitas media 0, 3, 6, dan 9 g L-1
diperoleh hasil sebagai berikut. Peningkatan salinitas menurunkan gradien
osmotik ikan belut, yaitu berturut-turut 0,267 Osmol kg-1, 0, 208 Osmol kg-1,
0,185 Osmol kg-1, dan 0,090 Osmol kg-1 pada salinitas 0, 3, 6, dan 9 g L-1.
Pemberokan pada durasi 72 jam mengakibatkan peningkatan kadar kortisol,
sodium, glukosa, dan glikogen. Peningkatan salinitas pemberokan menurunkan
kadar kortisol, meningkatkan kadar sodium, menurunkan kadar glukosa, dan
meningkatkan kadar glikogen. Pemberokan dan salinitas tidak mengakibatkan
perubahan yang signifikan pada faktor kondisi ikan belut. Pemberokan pada
durasi 72 dan salinitas 9 g L-1 menghasilkan kondisi fisiologi ikan belut yang
terbaik. Berdasarkan hasil percobaan ini salinitas 9 g L-1 digunakan dalam proses
transportasi ikan belut untuk menganalisis efeknya terhadap kelangsungan hidup
pascatransportasi.
Pada penelitian ke-dua, yaitu efek peningkatan salinitas pada media
transportasi terhadap kelangsungan hidup ikan belut, diperoleh hasil sebagai
berikut. Transportasi pada salinitas 9 g L-1 mendukung kelangsungan hidup ikan
belut yang tinggi sampai 5 minggu pascatransportasi. Pemulihan (recovery) ikan
pada salinitas 9 g L-1 walaupun sebelumnya ditransportasikan menggunakan air
tawar menghasilkan kelangsungan hidup belut sawah yang tertinggi, yaitu sebesar
95,53±2,12%, sedangkan pemulihan pada air tawar walaupun sebelumnya
ditransportasikan menggunakan air bersalinitas 9 g L-1 menghasilkan
kelangsungan hidup yang sangat rendah, yaitu 21,74±9,10%. Pada salinitas 9 g L-1
kadar sodium plasma darah meningkat dan dapat menekan sindrom kematian
tertunda. Kematian pascatransportasi death after arrival (DaA) tertinggi terjadi
pada minggu 1-3 walaupun kematian death on arrival (DoA) sangat rendah.
Keberhasilan transportasi dan penampungan pascatransportasi pada salinitas 9 g
L-1 menunjukkan bahwa pada kadar garam air tersebut, stres transportasi dan stres
perubahan lingkungan akibat berada di dalam media air yang berbeda dari habitat
alaminya dapat diatasi oleh ikan belut.
Pada penelitian ke-tiga, yaitu kelangsungan hidup ikan belut pada
budidaya menggunakan media air bersalinitas 9 g L-1 diperoleh hasil bahwa
kelangsungan hidup ikan belut mencapai 90% pada masa pemeliharaan 280 hari.
Laju pertumbuhan bobot harian ikan belut Pemeliharaan ikan belut dalam media
air tanpa substrat pada penelitian ini adalah menghasilkan kelangsungan hidup
yang tinggi pada masa pemeliharaan yang paling lama yang pernah dilakukan,
sehingga membuktikan bahwa ikan belut dapat dibudidayakan dalam lingkungan
artifisial yang berbeda dari habitat alaminya. Dampak stres pada ikan belut akibat
perubahan lingkungan, yaitu ketiadaan substrat lumpur tanah atau makrofita
pelindung dapat diatasi dengan baik pada salinitas 9 g L-1. Ikan belut dalam air
tawar menghadapi dua masalah, yaitu stres akibat perubahan lingkungan dan
beban osmoregulasi yang tinggi akibat difusi sodium tubuh ke lingkungan akibat
gradien osmotik yang tinggi. Keadaan ini memerlukan ketersediaan glukosa
dalam jumlah banyak, yaitu untuk mempertahankan homeostasis yang terganggu
oleh faktor stres dan untuk menyerap sodium secara aktif dari lingkungan serta
untuk proses osmosis yang mengontrol tekanan osmotik jaringan. Peningkatan
salinitas lingkungan memperkecil gradien osmotik sehingga menahan difusi
garam dari tubuh ikan dan beban osmoregulasi menurun. Pada kondisi ini terjadi
penghematan energi untuk osmoregulasi dan ketersediaan glukosa dapat
dialokasikan untuk mengatasi stres perubahan lingkungan.
Collections
- DT - Fisheries [734]