Model Pengelolaan Kawasan Budidaya Udang Berkelanjutan Di Pesisir Teluk Banten
View/Open
Date
2016Author
Farkan, Mochammad
Setiyanto, Daniel Djoko
Widjaja, R. Sjarief
Kholil
Widiatmaka
Metadata
Show full item recordAbstract
Kawasan budidaya tambak di pesisir Teluk Banten telah ditetapkan sesuai
dengan RUTR yaitu mulai dari desa Banten dengan titik koordinat 05°57ˊ13˝ LS
106°6ˊ6˝ BT sampai sungai Ciujung desa Tengkurak yang terletak di koordinat
05°57ˊ48˝ LS 106°21ˊ26˝ BT. Budidaya udang di tambak yang kurang tepat akan
menyebabkan in efisisen dan in efektif dalam operasionalnya. Pada
perkembangannya, pembangunan di kawasan pesisir lebih pesat dibandingkan
pembangunan diwilayah daratan lainnya. Berbagai aktivitas industri, perumahan,
pelabuhan dan pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan pesisir menjadi
tumpuan, sehingga sering terjadi kontradiksi berbagai kepentingan sosial,
ekonomi, keamanan dan gangguan lingkungan. Kawasan pantai utara Serang
merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan yang sangat pesat antara lain
industri, pertambakan, pelabuhan, pertanian, pemukiman dan konservasi. Jenis
udang yang dibudidayakan disini adalah udang windu atau Tiger Prawn (Penaeus
monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus vaname ). Produksi udang di
kawasan ini berfluktuatif dan sejak tahun 2005 cenderung terus menurun. Namun
demikian tahun 2014 terjadi trend naik karena perbaikan sarana dan prasarana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi saat ini (existing),
kesesuaian lahan, daya dukung, kelembagaan kawasan, merancang bangun
peneglolaan budidaya udang. Penelitian kesesuaian lahan bertujuan untuk
mengevaluasi kesesuaian lahan budidaya udang. Parameter yang diukur adalah
(1). Kualitas air meliputi pH air, suhu, salinitas, kelarutan Oksigen (DO), BOD
5
,
COD, TSS, Ammonia (NH₃ ), Fe, pasang surut. (2). Kualitas tanah meliputi pH
tanah, tekstur tanah, potensial redoks, KTK, unsur hara (K,Ca, Mg, Fe),
kemiringan lahan dan elevasi. (3) Pendukung (infrastruktur) budidaya udang
terdiri dari ketersediaan jalan dan listrik, jarak dari laut, sungai dan curah hujan.
Metoda yang digunakan adalah pembobotan dan skoring (weight linier
combination). Untuk menentukan skala prioritas dilakukan pembobotan dengan
metode perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Hasil penelitian
menunjukkan luas total 5.028,3 ha dan dibagi dalam dua kelas yaitu sangat sesuai
(S1) sebesar 141,7 ha (2,8 %); sesuai (S2) sebesar 4.886,6 ha (97,2 %).
Penelitian daya dukung bertujuan untuk menilai daya dukung kawasan. Metoda
penelitian menggunakan dua pendekatan analisis, yaitu: metode pembobotan
kesesuaian lahan dan metode ketersediaan air. Hasil analisis menunjukkan
kawasan Teluk Banten dapat diterapkan untuk teknologi budidaya tradisional
seluas 4.173,5 ha (83 %), semi intensif 698,93 ha (13,9) dan intensif 155,87 ha
(3,1%). Sedangkan potensi produksi budidaya udang dengan kondisi saat ini
dapat mencapai 12.341,46 ton/tahun.
Kelembagaan merupakan unsur penting dalam pengelolaan tambak, tidak
hanya berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas, tetapi juga kebelanjutannya.
Penelitian kelembagaan bertujuan untuk merancang model kelembagaan yang
mendukung keberlanjutan kawasan tambak budidaya udang di pesisir Teluk
Banten. Metoda yang digunakan adalah Interpretative Structural Modeling
(ISM). Metoda pengumpulan data dilakukan dengan survei, uji laboratorium,
wawancara dan focus group discussion FGD. Terdapat lima (5) elemen yang
dianalisis yaitu tujuan program, sektor masyarakat yang berpengaruh, kebutuhan
program, kendala utama dan lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program.
Hasil analisis menunjukan penyediaan sarana dan prasarana, SDM yang unggul
dan pemanfaatan lahan yang seimbang merupakan elemen kunci pada tujuan
program. Sub elemen ini mempunyai peran besar terhadap tujuan program. Sektor
masyarakat yang berpengaruh adalah pertanian dan transportasi laut. Pada
kebutuhan program yang diperlukan sub elemen yang mempunyai peran besar
adalah infrastruktur yang memadai, permodalan yang tersedia, pemasaran,
teknologi yang inovatif dan menguntungkan. Kendala dalam pengelolaan kawasan
tambak yang berkelanjutan adalah penegakan regulasi masih rendah, kerjasam
antar sektor masih rendah, saluran air belum memadai, konstruksi dan tata letak
petakan masih sederhana, infrastruktur masih terbatas. Sedangkan lembaga yang
mempunyai peranan besar terhadap kawasan budidaya udang di pesisir Teluk
Banten adalah perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
Merancang model pengelolaan kawasan menggunakan model dinamik
dengan aplikasi powersim. Keberlanjutan kawasan digunakan output–input,
diagram balok (black box), simpang causal dan skenario model. Diagram
permodelan terdiri dari model produksi, daya dukung dan kesesuaian lahan.
Analisa simpang kausal (causal loope) terdiri dari tiga bidang yaitu kesesuaian
lahan, produksi dan daya dukung. Hubungan ini sangat erat sehingga berubahnya
satu parameter ini akan merubah parameter yang lain. Permodelan dibuat tiga
skenario yaitu pesimis (kondisi saat ini), moderat dan optimis. Dasar permodelan
adalah hasil pengukuran penelitian yang terdiri dari kondisi eksisting, kesesuian
lahan, daya dukung, kelembagaan, teknologi, kompetensi SDM. Peningkatan dari
pesimis menjadi moderat pada tambak intensif dan semi intensif dicapai dengan
meningkatkan sarana dan prasarana, teknologi, SDM dan modal sebesar 30 % dan
skenario optimis dengan meningkatkan variabel ini sebesar 70 %. Hasil
menunjukan setelah 20 tahun skenario moderat dapat meningkatkan produksi
sebesar 59 % dan pada optimis dapat meningkatkan produksi sebesar 63 % dari
konsisi eksisiting. Pada tambak semi intensif pada skenario moderat kenaikan
produksi sebesar 38 % dan 64 % dari kondisi eksisting.
Untuk memudahkan dalam penilaian dan perencanaan kawasan budidaya
udang dibangun aplikasi (software). Nama dari aplikasi ini adalah penilaian
kawasan budidaya udang berkelanjutan (shrimp framing area management
asssesment). Variabel yang digunakan membangun aplikasi ini terdiri dari
kesesuaian lahan yang terdiri dari kualitas air, kualitas tanah dan pendukung
(infrastruktur) serta variabel daya dukung, kelembagaan dan sosial. Kesimpulan
yang diperoleh pada aplikasi ini adalah kawasan lahan dengan kriteria sangat
layak, layak, kurang layak dan tidak layak. Tindak lanjut dari hasil assesment
dapat digunakan bahan referensi evaluasi dan perencanaan serta implementasi
membangun kawasan. Pada bagian akhir aplikasi tindak lanjut yang akan
dilakukan untuk pengelolaan kawasan yang berkelanjutan. Hasil tersebut ditindak
lanjuti sesuai kesimpulan untuk menghasilkan pengelolaan kawasan
keberlanjutan.
Collections
- DT - Fisheries [734]