Show simple item record

dc.contributor.advisorLubis, Djuara P.
dc.contributor.advisorPuspitawati, Herien
dc.contributor.advisorSusanto, Djoko
dc.contributor.authorFirdanianty
dc.date.accessioned2017-01-30T06:49:04Z
dc.date.available2017-01-30T06:49:04Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82525
dc.description.abstractMasa remaja merupakan periode transisi yang ditandai dengan perubahan individu dalam segala aspek baik fisik, sosial, psikologi, dan mental. Selama periode ini, kebutuhan remaja untuk mengekspresikan diri dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya berkembang pesat. Di masa ini, komunikasi keluarga berperan penting dalam proses perkembangan remaja. Komunikasi keluarga yang efektif dapat membangun hubungan yang positif antar-anggota keluarga, menyampaikan pengetahuan, mengubah perilaku, dan memecahkan masalah. Keluarga diharapkan dapat memberikan suasana yang kondusif bagi perkembangan intelektual dan emosional remaja. Demikian pula sekolah, sebagai rumah kedua bagi remaja, dituntut dapat memberikan suasana belajar yang nyaman. Namun demikian, komunikasi remaja dengan orang tua dan guru-guru di sekolah tidak selalu berjalan harmonis. Remaja sering mengalami hambatan komunikasi karena orang tua dan guru tidak memahami kebutuhannya. Akhirnya, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Beberapa kasus menunjukkan bahwa teman sebaya lebih banyak memberikan pengaruh yang negatif kepada perkembangan remaja. Hal ini menunjukkan pentingnya penelitian yang mengangkat masalah komunikasi remaja dengan keluarga, sekolah, dan teman sebaya, serta pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis perbedaan pola komunikasi remaja perempuan dan laki-laki dengan ayah dan ibu, serta hubungan karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan pola komunikasi remaja-ayah dan remaja-ibu, (2) Menganalisis pengaruh pola komunikasi remaja dengan keluarga, sekolah, dan teman sebaya terhadap kecerdasan emosional dan prestasi belajar, (3) Menganalisis tipologi pola komunikasi remaja perempuan dan laki-laki dengan keluarga dan teman sebaya, dan (4) Menganalisis tantangan komunikasi keluarga di era digital. Penelitian menggunakan metode campuran, yaitu menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Lokasi penelitian di 6 SMA yang tergolong SMA favorit di Kota Bogor, yaitu 4 SMA negeri dan 2 SMA swasta. Waktu penelitian berlangsung selama enam bulan, mulai Februari hingga Juli 2014. Total responden sebanyak 372 siswa dengan usia berkisar 15 sampai 18 tahun. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menyebar kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data kualititatif diperoleh dari hasil diskusi kelompok terpimpin (focus group discussion/FGD) bersama 60 siswa dari enam SMA yang sama. Analisis statistik yang digunakan adalah: (1) analisis deskriptif, (2) korelasi Pearson, (3) independent sample t-test, (4) Structural Equation Modeling (SEM), dan (5) analisis isi untuk pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada pola komunikasi remaja perempuan dan laki-laki dengan ayah dan ibu. Remaja perempuan berkomunikasi lebih terbuka, lebih lama, dan lebih sering dengan orang tuanya, terutama ibu, dibandingkan remaja laki-laki. Pada pola komunikasi remaja dengan ayah, hampir setengah remaja perempuan termasuk kategori sedang, remaja laki-laki setengahnya termasuk kategori rendah. Pola komunikasi remaja dengan ibu menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen remaja perempuan dan laki-laki termasuk kategori sedang. Pola komunikasi remaja dengan ayah memperlihatkan hubungan nyata positif antara uang saku remaja dengan topik pembicaraan remaja–ayah dan media komunikasi yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi uang saku remaja, semakin besar kemungkinannya digunakan untuk media komunikasi dengan ayah. Temuan lain memperlihatkan hubungan nyata negatif antara usia ayah dengan topik pembicaraan dan hubungan nyata positif antara pendapatan keluarga dengan media komunikasi yang digunakan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi usia ayah, semakin sedikit topik yang dibicarakan remaja dengan ayah. Semakin besar pendapatan keluarga, semakin besar pula uang saku remaja yang berdampak langsung terhadap penggunaan gawai (gadget). Penelitian juga menemukan hubungan nyata negatif antara urutan lahir remaja dan umur ibu dengan topik pembicaraan dan media komunikasi yang digunakan. Temuan ini dapat dimaknai bahwa ibu lebih memberikan perhatian kepada anak-anak yang lebih kecil. Semakin tinggi usia ibu, semakin sedikit pula topik yang dibicarakan remaja dengan ibu. Hasil analisis SEM memperlihatkan pengaruh nyata antara pola komunikasi remaja dengan keluarga terhadap kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Pola komunikasi remaja dengan sekolah juga berpengaruh nyata terhadap kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Pola komunikasi remaja dengan teman sebaya berpengaruh nyata terhadap kecerdasan emosional, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap prestasi belajar. Kecerdasan emosional juga berpengaruh nyata terhadap prestasi belajar. Tipologi pola komunikasi remaja dengan keluarga dan teman sebaya terbanyak pada Tipe 3, yaitu remaja yang pola komunikasi dengan keluarganya menengah-rendah dan pola komunikasi dengan teman sebayanya juga menengahrendah. Berdasarkan gender, remaja perempuan lebih banyak masuk Tipe 4, yaitu remaja yang pola komunikasi dengan keluarganya menengah-rendah namun pola komunikasi dengan teman sebayanya tinggi. Penelitian juga menemukan bahwa pola komunikasi remaja dengan keluarga berkontribusi lebih besar terhadap prestasi belajar daripada kecerdasan emosional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang tua lebih mengedepankan aspek akademik remaja dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan emosinya. Ke depan, tantangan komunikasi keluarga semakin besar. Temuan memperlihatkan bahwa remaja sudah dapat mengelola emosinya dengan benar dan mampu membina hubungan baik dengan orang lain, namun kemampuan empati dan kesadaran emosinya masih perlu dikembangkan. Oleh karena itu, orang tua perlu memerhatikan aspek kecerdasan intelektual dan emosional remaja secara seimbang, terutama yang berkaitan dengan kemampuan empati dan kesadaran emosi diri.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSociologyid
dc.subject.ddcCommunicationid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePola Komunikasi, Kecerdasan Emosional, Dan Prestasi Belajar Siswa Sma Di Kota Bogorid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordkecerdasan emosionalid
dc.subject.keywordkeluargaid
dc.subject.keywordpola komunikasiid
dc.subject.keywordprestasi belajarid
dc.subject.keywordremajaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record