Show simple item record

dc.contributor.authorKusumartono, Fx. Hermawan
dc.date.accessioned2017-01-30T06:48:56Z
dc.date.available2017-01-30T06:48:56Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82524
dc.description.abstractMasyarakat yang bermukim di pulau-pulau kecil mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Kesulitan tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan sumber daya air yang disebabkan oleh karakteristik hidrologi, topografi, jenis tanah, dan iklim. Kondisi kualitas air yang kurang baik dan volume air yang terbatas merupakan fenomena umum ditemukan di pulau-pulau kecil. Untuk mengetahui tingkat kerentanan sumber daya air di pulau-pulau kecil, telah dilakukan kajian pengembangan berbagai formulasi indeks. Akan tetapi, sebagian besar indeks kerentanan tersebut cenderung bersifat parsial dan terfokus pada satu aspek atau dimensi tertentu. Penelitian ini menyusun indeks kerentanan pemenuhan kebutuhan air bersih pulau-pulau kecil secara komprehensif. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) mengetahui tingkat konsumsi, ketersediaan serta potensi kekurangan air bersih di pulau-pulau kecil; (2) menganalisis status keberlanjutan pemenuhan kebutuhan air bersih pulau-pulau kecil secara berkelanjutan; (3) memformulasikan indeks kerentanan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di pulau-pulau kecil; (4) menganalisis pola adaptasi masyarakat pulau-pulau kecil dalam menghadapi krisis air. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat positivistik-deduktif. Namun, dalam ragamnya termasuk ke dalam penelitian penjelasan (explanatory confirmatory research). Formulasi indeks kerentanan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di pulau-pulau kecil dilakukan dengan literatur review, analisis hubungan fungsional dimensi dan parameter terpilih, serta menilai kerentanan. Sebelum merumuskan indeks kerentanan, dilakukan analisis Rapid Appraisal Water (RAP-Water) untuk menilai keberlanjutan pemenuhan kebutuhan air bersih di pulau-pulau kecil. Data yang dipergunakan untuk analisis indeks kerentanan dan analisis keberlanjutan meliputi data primer dan sekunder. Untuk data primer, unit analisisnya adalah masyarakat di daerah krisis air pulau kecil, sedangkan unit observasinya adalah kepala rumah tangga. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel multi-stage random sampling didapatkan responden sebanyak 257. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait, seperti data curah hujan, ketersediaan air, jumlah bencana, kepadatan penduduk, data penduduk miskin, tutupan lahan dan sebagainya. Lokasi penelitian berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebagai sampel lokasi, 3 pulau terpilih, yaitu: Pulau Ende, Pulau Solor dan Pulau Semau. Analisis status keberlanjutan menggunakan lima dimensi beserta atributnya yakni ekologi (7 atribut), ekonomi (4 atribut), sosial (4 atribut), institusional (5 atribut), dan teknologi/infrastruktur (3 atribut) ternyata cukup baik digunakan sebagai basis pengambilan kebijakan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya kestabilan dari model. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa sistem yang dibangun cukup memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dan dapat digunakan untuk mengukur keberlanjutan keberadaan air bersih di pulau-pulau kecil. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada dimensi ekologi, diantara tujuh atribut yang paling iv sensitif adalah catchment area/tutupan lahan, proximasi geografis terhadap sumber air, dan curah hujan. Sementara itu, pada dimensi ekonomi diantara empat atribut, yang paling sensitif adalah harga air bersih, tingkat kemiskinan, dan WTP masyarakat terhadap air bersih. Demikian pula, pada dimensi sosial diantara empat atribut, yang paling sensitif adalah konflik pemanfaatan sumber daya air dan peran CSR dalam penyediaan air bersih. Selanjutnya, pada dimensi institusi diantara empat atribut, yang paling sensitif adalah perencanaan pengelolaan air bersih dan peraturan pengelolaan (tata kelola). Sedangkan pada dimensi infrastruktur/ teknologi, di antara tiga atribut yang paling sensitif adalah teknologi pengelolaan air. Dalam formulasi indeks kerentanan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih ditemukan 14 parameter dengan dimensi masing-masing (1) tujuh parameter kapasitas adaptif, (2) tiga parameter sensivitas, dan (3) empat parameter ketersingkapan. Hasil penerapan pada tiga pulau kecil ditemukan bahwa indeks kerentanan yang tertinggi adalah pulau Solor (0,60), kemudian pulau Ende (0,46), dan terendah pulau Semau (0,39). Namun, tidak semua dimensi mengalami tingkat kerentanan yang tinggi pada setiap pulau. Dimensi kapasitas adaptif merupakan yang paling rentan di pulau Solor, dimensi sensivitas yang paling rentan di pulau Semau, dan dimensi singkapan merupakan yang paling rentan di pulau Ende. Pola adaptasi masyarakat dalam menghadapi krisis air adalah membuat bak atau memanfaatkan bak penampungan air hujan (PAH), baik secara swadaya maupun yang berasal dari bantuan pihak luar. Temuan yang menarik adalah semakin bantuan tersebut bersifat komunal semakin mampu memupuk modal sosial masyarakat dalam mengatasi krisis air, sebaliknya bantuan yang bersifat individual justru melemahkan modal sosial masyarakat. Terdapat pola daya lenting masyarakat pulau-pulau kecil dalam pemenuhan kebutuhan air bersih yaitu daya lenting yang berbasis modal sosial dan berbasis modal ekonomi. Masing-masing daya lenting tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Ditemukan juga daya lenting yang berbasis modal sosial tinggi cenderung berasal dari mereka yang tergolong pada modal ekonomi yang rendah. Pendekatan community based water resilience dilakukan untuk merespon kerentanan air pulau-pulau kecil sehingga program-program yang dilaksanakan dapat terintegrasi secara berkelanjutan. Juga diperlukan kebijakan yang komprehensif dan holistik dengan melibatkan berbagai stakeholder.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcOceanographyid
dc.subject.ddcCoastal areaid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcNusa Tenggara Timurid
dc.titleFormulasi Indeks Kerentanan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Pulau-Pulau Kecil; Kasus Di Provinsi Nusa Tenggara Timurid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordindeks kerentananid
dc.subject.keywordpulau kecilid
dc.subject.keywordair bersihid
dc.subject.keywordadaptasiid
dc.subject.keywordmoadaptasiid
dc.subject.keywordmodal sosialid
dc.subject.keywordkeberlanjutandal sosialid
dc.subject.keywordkeberlanjutanadaptasiid
dc.subject.keywordmodal sosialid
dc.subject.keywordkeberlanjutanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record