Biogeography And Conservation Of Oxudercine Gobies (Gobiidae: Oxudercinae) In Lesser Sunda, Moluccas And Sulawesi
View/ Open
Date
2016Author
Zamroni, Yuliadi
Suryobroto, Bambang
Jaafar, Zeehan
Soewardi, Kadarwan
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan glodok terdiri dari 42 species dalam 10 genus. Ikan ini terdistrubusi luas di daerah tropis Indo-Pasifik, dengan satu species mendiami Atlantik bagian barat. Keanekaragaman jenis teringgi (31 spesies) dari kelompok ikan ini terdapat di wilayah kepulauan Indo-Australian (IAA). Sejarah tektonik selama era Pliosen dan variasi turun-naiknya muka air laut selama periode Pliestosen menghambat terjadinya aliran gen (gen flow) antar populasi antar pulau di wilayah IAA, hal ini memicu terjadinya spesiasi antar populasi dan menghasilkan keanekaragaman jenis dan spesies endemic yang tinggi di wilayah IAA. Keanekaragaman jenis ikan gelodok menurun di kepulauan samudra (seperti Sunda Kecil, Maluku dan Sulawesi) yang terletak diantara dangkalan Sunda dan Sahul diwilayah IAA. Pada penelitian ini kami mengoleksi 10 species ikan glodok (Apocryptodon madurensis, Boleophthalmus boddarti, Periophthalmodon freycineti, Periophthalmus argentilineatus, Periophthalmus gracilis, Periophthalmus kalolo, Periophthalmus malaccensis, Periophthalmus minutus, Periophthalmus pusing, dan Scartelaos histophorus) dimana Periophthalmus pusing merupakan species baru yang dilaporkan distribusinya di wilayah Sunda Kecil. Jika digabungkan dengan laporan dari publikasi sebelumnya, total 13 spesies ikan glodok terdapat di ketiga kelompok kepulauan samudra ini.
Berdasarkan pola distribusi dari ikan glodok, kepulauan samudra di wilayah IAA tidak membentuk satu area monofiletik. Dengan kata lain, wilayah ini tidak menjadi zona beogeografi sendiri sebagaimana yang disebutkan dalam konsep Wallacea. Wilayah ini adalah daerah pertemuan antara dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul. Hal ini menyebabkan komposisi spesies di wilayah ini sangat unik. Maluku Utara memiliki komposisi spesies yang mirip dengan wilayah Sahul sedangkan wilayah Sunda Kecil, Maluku Selatan dan Sulawesi memiliki komposisi spesies yang mirip dengan wilayah Sunda.
Ikan glodok dan ikan gobi lainnya adalah spesies yang dominan di ekosistem mangrove. Ikan ini tinggal dan menggali lubang di bagian dasar hutan mangrove atau daerah berlumpur. Di sisi lain, pencemaran wilayah pantai oleh bahan buangan dari kegiatan domestic dan industri menyebabkan bentuk morfologi dan pola pertumbuhan dari ikan glodok abnormal. Lebih dari itu, perusakan habitat pantai karena reklamasi dan alih fungsi lahan menyebabkan populasi dari ikan ini terfragmentasi bahkan punah. Masalah ini akan menjadi lebih serius pada pulau-pulau kecil seperti wilayah Sunda Kecil karena minimnya sumberdaya alam dan rentannya terhadap bencana alam seperti erosi, tsunami dan gunung meletus. Faktor dari alam dan aktifitas manusia ini menyebabkan ekosistem mangrove menjadi rusak. Oleh sebab itu, mengkonservasi wilayah mangrove menjadi penting untuk melindungi biota yang ada di dalamnya dan untuk kepentingan manusia. Berdasarkan hasil analisis complementarity, ada 6 lokasi ekosistem mangrove yang dapat diusulkan untuk mengkonservasi ikan glodok di wilayah Sunda Kecil. Tiga diantara lokasi tersebut (Oebelo, Bipolo dan Loh Sebita ) sudah merupakan wilayah konservasi. Dalam penelitian ini perlu
vi
untuk menambah tiga wilayah lagi (Teluk Lembar, Selindungan dan Kawangu) untuk mengkonservasi ikan gobi khususnya yang terancam punah.