Model Peningkatan Stok Cumi-Cumi (Photololigo Chinensis) Di Perairan Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
View/Open
Date
2016Author
Oktariza, Wawan
Wiryawan, Budy
Baskoro, Mulyono Sumitro
Kurnia, Rahmat
Suseno, Sugeng Heri
Metadata
Show full item recordAbstract
Perairan Kabupaten Bangka merupakan salah satu daerah penangkapan
cumi-cumi. Penangkapan cumi-cumi di perairan daerah ini menggunakan alat
tangkap pancing cumi dan bagan tancap. Penangkapan dengan pancing cumi
dilakukan sepanjang tahun dan dengan bagan tancap 6 – 8 bulan dalam setahun.
Perikanan cumi-cumi daerah ini mengalami tekanan penangkapan dan lingkungan
yang tinggi. Meskipun demikan perikanan cumi-cumi daerah ini memiliki potensi
untuk dikembangkan karena tersedianya teknologi atraktor cumi untuk
meningkatkan stok cumi-cumi dan masih ada perairan pesisir dengan kualitas
lingkungan yang baik. Pengembangan teknologi atraktor cumi untuk
meningkatkan stok cumi-cumi memerlukan kajian lebih lanjut.
Tujuan penelitian ini yaitu: 1) mengkaji hubungan antara produksi cumicumi
dengan parameter oseanografi; 2) mengkaji model pertumbuhan cumi-cumi;
3) mengkaji model bio-ekonomi perikanan cumi-cumi; 4) mengkaji hubungan
jumlah telur pada atraktor cumi dan penetasan telur cumi-cumi dengan musim
penangkapan cumi-cumi; dan 5) menyusun model peningkatan stok cumi-cumi
dengan introduksi atraktor cumi.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bangka dari bulan Oktober 2012 –
September 2014. Hubungan produksi dengan parameter oseanografi serta
pengamatan jumlah dan penetasan telur cumi-cumi dianalisis secara deskriptif dan
uji statistik; model pertumbuhan cumi-cumi menggunakan beberapa analisis yaitu
analisis hubungan panjang-berat, analisis pertumbuhan, analisis struktur umur
serta analisis laju mortalitas dan laju eksploitasi; model bio-ekonomi cumi-cumi
dianalisis dengan analisis bio-teknik dan bio-ekonomi; model peningkatan stok
cumi-cumi dianalisis menggunakan sistim dinamik dengan perangkat lunak
Powersim.
CPUE cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka memiliki korelasi positif
yang rendah dengan SPL (0,22) namun hubungan keduanya signifikan. CPUE
cumi-cumi memiliki korelasi negatif yang sangat rendah dengan klorofil-a (-0,04)
dan hubungan keduanya tidak signifikan. Cumi-cumi merupakan hewan karnivora
dimana makanannya terdiri dari udang, ikan pelagis kecil, rebon, diatomae,
protozoa dan larva kepiting. Rendahnya korelasi antara CPUE dengan kedua
parameter tersebut diduga disebabkan ada parameter lain yang lebih berpengaruh
seperti faktor teknis penangkapan dan faktor oseanografi lainnya.
Cumi-cumi Photololigo chinensis memiliki persamaan hubungan bobot
tubuh dengan panjang mantel W = 0,0082 L1,803 untuk jantan dan W = 0,0008
L2,315 untuk betina. Berdasar nilai β diketahui pola pertumbuhan keduanya
bersifat allometrik negatif. Persamaan pertumbuhan cumi-cumi P. chinensis di
perairan Kabupaten Bangka yaitu = 421,71 (1 − , , ) . Laju
pertumbuhan akan mendekati L∞ pada saat berumur 13 bulan. Panjang cumi-cumi
mencapai asimptot ketika umur cumi-cumi 49 bulan dengan L∞ 421,71 mm.
Berdasarkan persamaan hubungan antara CPUE cumi-cumi dengan upaya
tangkap standar yaitu y = -0,015x + 244,8 mengindikasikan perikanan cumi-cumi
di daerah ini sudah overfishing secara biologi. Nilai parameter biologi dengan
menggunakan model Schnute diperoleh tingkat pertumbuhan intrinsik (r) 95% per
tahun, koefesien daya tangkap (q) 0,000082 kg per tahun, dan daya dukung
lingkungan (K) 3.240,15 ton per tahun.
Berdasar analisis optimasi statik tingkat biomassa cumi-cumi di perairan
Kabupaten Bangka pada kondisi MEY dan MSY masing-masing 1.684,21 ton dan
1.620,07 ton per tahun. Produksi pada kondisi MEY dan MSY masing-masing
767,13 ton dan 768,33 ton per tahun. Penangkapan cumi-cumi sudah mengalami
tangkap lebih atau overfishing sejak tahun 2010 dimana produksi aktual tahun
tersebut 890,80 ton. Upaya penangkapan pada kondisi MEY dan MSY masingmasing
5.544 trip dan 5.773 trip per tahun. Upaya penangkapan aktual tahun
2011 yaitu 5.985 trip per tahun, nilai tersebut lebih tinggi dibanding upaya
optimal MEY dan MSY.
Tingkat keuntungan atau rente optimal pada kondisi MEY dan MSY
masing-masing Rp 18,87 milyar dan Rp 18,83 milyar per tahun, pada kondisi
aktual nilainya Rp 17,29 milyar per tahun. Selisih jumlah rente tersebut
disebabkan menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan dan tingkat upaya
penangkapan yang semakin tinggi, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak
sebanding dengan nilai hasil tangkapan yang diperoleh. Hal ini mengindikasikan
perikanan cumi-cumi sudah mengarah pada gejala lebih tangkap secara ekonomi
(economical overfishing).
Dari percobaan pemasangan atraktor cumi selama 7 bulan pengamatan
(bulan November - Mei) diketahui jumlah telur cumi yang menempel sebanyak
3.449 kapsul telur atau 17.425 butir. Telur terbanyak menempel pada bulan
November bersamaan dengan musim puncak penangkapan. Percobaan penetasan
telur cumi-cumi menghasilkan dua nilai hatching rate yaitu 37% untuk telur tua
dan 24% untuk telur muda. Umur telur cumi-cumi sampai menetas diduga
berkisar antara 19 – 30 hari. Anak cumi-cumi pada saat menetas telah memiliki
tubuh yang lengkap, tanpa menjadi larva lebih dahulu.
Berdasarkan hasil simulasi introduksi atraktor cumi pada zona 1 (kedalaman
perairan 3–7 m) sebanyak 4.875 paket atraktor cumi dan zona 2 (kedalaman
perairan 3–10 m) sebanyak 9.375 paket atraktor cumi akan diperoleh peningkatan
stok, produksi per trip, pendapatan per trip dan keuntungan per trip. Penempatan
rumpon atraktor diprediksi akan meningkatkan ketersediaan stok pada zona 1
antara 0,78% - 39,63% dan pada zona 2 antara 7,91% - 52,33% dari kondisi stok
cumi-cumi awal 1.900,85 ton. Produksi per trip diprediksi akan meningkat antara
0,69 – 52,08% dari tingkat produksi awal sebesar 0,144 ton per trip. Pendapatan
per trip diprediksi akan meningkat antara 0,79 – 52,46% dari pendapatan awal
sebesar Rp 5,09 juta per trip. Keuntungan per trip diprediksi akan meningkat
antara 1,39 – 92,36% dari keuntungan awal sebesar Rp 2,88 juta per trip.
Collections
- DT - Fisheries [733]