Jaringan Komunikasi, Dinamika Kelompok Dan Peningkatan Kapasitas Petani Dalam Agribisnis Padi Organik
View/ Open
Date
2016Author
Wahyuni, Sri
Sumardjo
Lubis, Djuara P.
Sadono, Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Tuntutan budidaya padi organik semakin meningkat sejalan dengan tingkat kesadaran masyarakat untuk keamanan pangan. Pelaksanaan budidaya dan pemasaran padi organik perlu dilakukan secara berkelompok guna efektivitas produksi dan pemasaran serta peningkatan posisi tawar petani. Jaringan komunikasi potensial berperan penting dalam pemberdayaan kelompok petani dalam mendukung proses budidaya dan pemasaran padi organik. Untuk itu, penelitian ini menekankan pentingnya jaringan komunikasi dalam produksi dan pemasaran padi organik melalui kelompok petani. Penelitian telah dilaksanakan dengan beberapa tahapan dimulai uji kuesioner di Kecamatan Cigombong pada Desember 2014, dilanjutkan pengumpulan data pada bulan Februari sampai April 2015. Unit analisis penelitian adalah petani padi organik yang tergabung dalam kegiatan agribisnis di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya dan Gapoktan Dewi Sri Kabupaten Karawang. Total responden dalam penelitian berjumlah 267 orang, tersebar 132 responden di Kabupaten Tasikmalaya dan 135 responden di Kabupaten Karawang. Analisa data untuk analisis jaringan komunikasi menggunakan UCINET VI dan analisis hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi Pearson. Tujuan pertama dari penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan jaringan komunikasi petani dalam agribisnis padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang. Jaringan komunikasi mengenai budidaya dan pemasaran di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang bersifat jaringan personal menyebar (radial personal network). Jaringan ini memiliki keterbukaan terhadap lingkungan, namun kohesivitas rendah. Aktor yang berperan pada jaringan budidaya di Kabupaten Tasikmalaya adalah anggota kelompok yang memiliki kapasitas dalam budidaya padi organik, sedangkan aktor yang berperan pada pemasaran adalah ketua kelompok yang juga merupakan pengurus gapoktan bidang pembelian. Sebaliknya, di Kabupaten Karawang jaringan komunikasi budidaya diperankan oleh ketua kelompok, dan jaringan pemasaran diperankan oleh anggota kelompok yang mempunyai modal untuk membeli hasil produksi padi organik anggota kelompok lainnya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jaringan komunikasi di Kabupaten Tasikmalaya adalah pendidikan nonformal, dukungan penyuluh dalam bimbingan teknis, dukungan LSM dalam sertifikasi dan pasar, serta dukungan koperasi berupa modal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jaringan komunikasi di Kabupaten Karawang adalah ketajaman informasi mengenai budidaya padi organik dan ketepatan waktu informasi yang dibutuhkan petani.
Tujuan kedua penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan dinamika kelompok petani dalam agribisnis padi organik. Kedinamisan kelompok petani di Kabupaten Karawang lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Tasikmalaya, namun tidak dimanfaatkan untuk kegiatan agribisnis. Kedinamisan kelompok di Kabupaten Tasikmalaya lebih didukung oleh kejelasan tujuan kelompok, berjalannya fungsi kontrol kelompok terhadap standar sertifikasi serta adanya pembinaan yang dilakukan oleh pembina teknis dan petugas Internal Control System (ICS). Faktor-faktor yang berhubungan dengan dinamika kelompok di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang adalah luas lahan, ketersediaan informasi
budidaya padi organik dan dukungan penyuluh. Luas lahan yang dimiliki oleh petani di Kabupaten Tasikmalaya menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kepengurusan kelompok. Ketersediaan informasi budidaya padi organik pada kedua kabupaten termasuk kategori tinggi, namun informasi tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh petani di Kabupaten Tasikmalaya untuk menjalankan budidaya padi organik sesuai standar sertifikasi yang ditetapkan oleh Institute Of Marcetology (IMO) Swiss. Dukungan penyuluh pada kedua kabupaten juga termasuk tinggi, namun penyuluh di Kabupaten Tasikmalaya lebih fokus pada budidaya padi organik dibandingkan penyuluh di Kabupaten Karawang. Untuk itu kapasitas penyuluh dalam budidaya padi organik perlu ditingkatkan. Tujuan ketiga penelitian adalah menganalisis hubungan jaringan komunikasi dan dinamika kelompok dengan kapasitas petani dalam agribisnis padi organik. Kapasitas petani dalam agribisnis padi organik di Kabupaten Tasikmalaya lebih tinggi dibandingkan kapasitas petani di Kabupaten Karawang. Hal ini didukung oleh tingginya kemampuan petani dalam mengidentifikasi potensi agribisnis, kemampuan mengatasi masalah dalam agribisnis serta mampu menjaga keberlanjutan agribisnis. Kemampuan petani dalam memanfaatkan peluang agribisnis masih rendah, karena petani mempercayakan pengelolaan agribisnis kepada Gapoktan Simpatik. Kapasitas petani di Kabupaten Karawang hanya mampu mengidentifikasi potensi agribisnis dan memanfaatkan peluang agribisnis padi organik. Hal ini disebabkan karena Gapoktan Dewi Sri tidak mengelola pemasaran hasil budidaya anggota kelompok, serta tidak ada kerjasama yang terjalin antara kelompok dengan perusahaan eksportir. Jaringan komunikasi secara umum berhubungan nyata dan negatif dengan kapasitas petani dalam agribisnis padi organik. Hal ini disebabkan jaringan komunikasi lebih dimanfaatkan oleh kelompok untuk menjaga kualitas budidaya padi organik agar` sesuai standar sertifikasi organik dan untuk menjalin kerjasama agribisnis dengan pihak eksportir. Dinamika kelompok berhubungan nyata positif dengan kapasitas petani, hubungan tersebut ada pada indikator tujuan kelompok, fungsi kelompok dan suasana, kekompakkan kelompok, suasana kelompok dan tekanan kelompok. Dengan demikian bahwa, kedinamisan kelompok mampu meningkatkan kapasitas petani budidaya padi dan pemasaran padi organik.
Collections
- DT - Human Ecology [567]