Show simple item record

dc.contributor.advisorSumardjo
dc.contributor.advisorSarwoprasojo, Sarwititi
dc.contributor.advisorPudjimuljono
dc.contributor.authorGultom, Dame Trully
dc.date.accessioned2016-12-28T03:27:04Z
dc.date.available2016-12-28T03:27:04Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82382
dc.description.abstractSektor pertanian khususnya sub sektor pangan dan hortikultura di Provinsi Lampung, perlu untuk dikembangkan, karena selain memberi sumbangan yang cukup berarti bagi perekonomian daerah juga menghadapi tuntutan globalisasi ekonomi saat ini. Provinsi Lampung memiliki permasalahan produksi sayuran yang mengganggu pembangunan sektor pertanian seperti menurunnya produksi beberapa komoditas sayuran dan rendahnya predikat produktivitas sayuran di tingkat nasional. Salah satu unsur yang menentukan keberhasilan usahatani sayuran adalah terpenuhinya kebutuhan petani akan informasi pertanian. Kebutuhan petani akan informasi pertanian harus dipenuhi oleh semua sumber-sumber informasi yang tersedia di perdesaan termasuk melalui cyber extension. Kebutuhan petani akan informasi menentukan perilaku mencari informasi, mulai dari mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi, dan menggunakan atau mentransfer informasi. Model perilaku pencarian informasi Wilson menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi muncul sebagai konsekuensi dari kebutuhan yang dirasakan oleh pengguna informasi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Harapan seseorang akan pemenuhan kebutuhan informasi melalui sumber informasi formal atau non formal dapat mengalami keberhasilan atau kegagalan. Kebutuhan akan informasi dapat terpenuhi seluruhnya atau sebagian. Jika berhasil, individu kemudian memanfaatkan informasi yang ditemukan. Jika gagal maka seseorang harus mengulangi proses pencarian. Model perilaku pencarian informasi Wilson juga mengatakan bagian dari perilaku pencarian informasi mungkin melibatkan orang lain melalui pertukaran informasi dan informasi yang berguna dapat digunakan sendiri dan diteruskan kepada orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pemenuhan kebutuhan informasi pertanian, (2) Menganalisis perilaku komunikasi petani sayuran dalam menggunakan cyber extension, (3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dan (4) Merumuskan strategi pengembangan cyber extension dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian. Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian kombinasi (Concurent Mixed Methods). Peneliti mengumpulkan dua jenis data dalam satu waktu, kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. Peneliti menerapkan metode kuantitatif untuk mengetahui tujuan penelitian dan menindaklanjutinya dengan mewawancarai atau mengobservasi sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang sudah diperoleh. Penelitian ini pada tahap awal baik dalam pengumpulan data maupun analisisnya menggunakan metode kuantitatif dan dilanjutkan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survey deskriptif kausalitas. Metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan analisis deskriptif. Sampel diambil secara sengaja dengan teknik snowball sebanyak 180 orang petani. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan Uji Korelasi Rank Spearman, Uji beda Mann Whitney dan Uji Structural Equation Models (SEM). Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat yang merupakan daerah sentral produksi hortikultura di Provinsi Lampung. Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian petani sayuran di Provinsi Lampung tidak memuaskan yang ditandai dengan masih adanya kesenjangan antara kepuasan informasi pertanian yang diharapkan dan kepuasan informasi pertanian yang didapatkan dari sumber informasi berbasis TIK dan sumber informasi konvensional. Persentase terbesar responden mengatakan media tidak memuaskan responden artinya informasi pertanian yang didapatkan lebih kecil dari informasi yang didapatkan. Hal ini juga terjadi untuk sumber informasi yang konvensional, namun persentase masih lebih kecil dibandingkan sumber informasi konvensional. Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dipengaruhi oleh perilaku komunikasi terhadap sumber informasi berbasis TIK dan perilaku komunikasi terhadap sumber informasi konvensional. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian melalui sumber informasi berbasis TIK dan sumber informasi konvensional. Tidak ada perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran di kedua daerah penelitian dalam menggunakan sumber informasi yang berbasis TIK. Perbedaan perilaku komunikasi hanya terdapat pada indikator arah komunikasi. Hal ini terjadi karena potensi sumber informasi berbasis TIK di kedua daerah penelitian relatif sama. Kabupaten Lampung Barat sudah memiliki kelembagaan petani yang berfungsi mengolah informasi yang berasal dari internet. Kelembagaan dapat meningkatkan arah penggunaan informasi pertanian yang didapat melalui diskusi. Data menunjukkan ada hubungan antara perilaku komunikasi petani sayuran dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK dengan pemenuhan kebutuhan petani terhadap informasi. Semakin tinggi frekuensi, durasi, awal menggunakan, selektivitas dan proses sharing information maka akan semakin terpenuhi kebutuhan petani akan informasi. Perilaku komunikasi petani sayuran secara positif dipengaruhi oleh karakteristik individu, faktor lingkungan, potensi cyber extension dan potensi sumber informasi konvensional. Perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran berkaitan dengan karakteristik petani sayuran. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan formal dan non formal yang rendah, umur yang tua, luas kepemilikan lahan yang sempit, tingkat kekosmopolitan yang rendah, pengalaman berusaha tani yang rendah keberanian mengambil resiko yang rendah, motivasi yang rendah, memiliki kecenderungan rendah pula perilaku komunikasinya dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK. Hal ini juga sejalan dengan potensi sumber informasi berbasis TIK yang dimiliki cenderung rendah. Strategi pengembangan pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dilakukan melalui penguatan aspek perilaku komunikasi dengan terlebih dahulu menguatkan aspek-aspek potensi cyber extension, potensi sumber informasi konvensional, karakteristik individu dan faktor lingkungan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSociologyid
dc.subject.ddcCommunicationid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcLampung Barat-Lampungid
dc.titlePerilaku Komunikasi Petani Sayuran Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension Di Provinsi Lampungid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordperilaku komunikasiid
dc.subject.keywordcyber extensionid
dc.subject.keywordpemenuhan kebutuhan informasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record