View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Agriculture
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Agriculture
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Analisis Risiko Dan Arahan Mitigasi Longsor Di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat

      No Thumbnail [100%x80]
      View/Open
      Fulltext (32.94Mb)
      Date
      2016
      Author
      Sari, Viona Pramita
      Tjahjono, Boedi
      Munibah, Khursatul
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Indonesia merupakan negara yang tergolong sangat rawan terhadap bencana alam. Hal ini dibuktikan dengan sering terjadinya berbagai bencana di beberapa wilayah yang disebabkan baik oleh proses alam atau pun oleh ulah manusia. Berdasarkan data dari UNISDR disebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama untuk bencana longsor yang kemudian disusul oleh negara lain, seperti India, Cina, dan Filipina. Di Pulau Sumatera, salah satu wilayah yang sering dilanda bencana longsor adalah Kabupaten Agam di Provinsi Sumatera Barat. Salah satu bencana longsor besar yang pernah terjadi di kabupaten ini adalah pada tahun 2009 yang dipicu oleh kejadian gempabumi dan curah hujan yang tinggi. Longsor tersebut menghancurkan lebih kurang empat dusun dengan korban jiwa yang banyak, yaitu 80 orang meninggal, 90 orang luka berat, dan 47 orang luka ringan. Kejadian longsor diperkirakan masih akan terjadi di waktu mendatang, oleh karenanya penelitian terkait longsor di Kabupaten Agam dan mitigasinya masih sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap kerentanan (vulnerability) dan risiko (risk) longsor di Kabupaten Agam serta menyusun arahan mitigasi untuk menurunkan risiko. Adapun analisis bahaya longsor (landslide hazard) telah dilakukan oleh Fransiska (2014) dan hasilnya dipakai dalam penelitian ini. Metode yang digunakan untuk analisis kerentanan adalah analisis multi kriteria yang mengacu pada kriteria BNPB (2012) melalui pemberian skor dan pembobotan, namun pembobotan dalam penelitian ini diambil dari hasil analisis AHP. Untuk analisis risiko digunakan formulasi BNPB (2012) dengan sedikit modifikasi (tidak memasukkan unsur kapasitas), yaitu R = H x V. Sementara itu untuk membangun arahan mitigasi digunakan analisis matriks (antara unsur bahaya longsor dan kerentanan) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat risiko. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer (wawancara dengan narasumber dan observasi lapangan) serta data sekunder (yang mencakup data sosial ekonomi masyarakat maupun kondisi lingkungan), sedangkan teknik analisis yang digunakan bersifat spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerentanan longsor tertinggi di Kabupaten Agam mencakup wilayah seluas 2.135,99 ha atau 0,86% dari total luas kabupaten. Secara administrasi Kecamatan Palupuh merupakan lokasi dengan kerentanan tinggi yang terluas yaitu 656,38 ha atau 0.26% dari total luas kabupaten, kemudian diikuti oleh Kecamatan Palembayan seluas 474,04 ha atau 0,19%. Tingginya tingkat kerentanan di Kecamatan Palupuh lebih dikarenakan oleh tingginya kepadatan bangunan dan nilai PDRB. Dari hasil analisis risiko, didapatkan bahwa lokasi yang mempunyai tingkat risiko tinggi terluas adalah Kecamatan Palupuh (4.390,66 ha atau 1,77% dari total luas kabupaten) yang diikuti pula oleh Kecamatan Palembayan (seluas 1.492,32 ha atau 0,60 %). Tingginya tingkat risiko di kedua kecamatan ini disebabkan oleh tingginya nilai bahaya longsor maupun kerentanan. Untuk arahan mitigasi bencana longsor dalam penelitian ini hanya dipilih untuk lokasi-lokasi yang mempunyai tingkat risiko longsor sedang dan tinggi. Arahan untuk menurunkan tingkat bahaya longsor mencakup pencegahan secara vegetatif maupun teknik sipil, dimana yang pertama, terdiri dari beberapa pilihan seperti menanami wilayah bahaya dengan tanaman tahunan atau membiarkan ditumbuhi semak-belukar untuk wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat bahaya sedang, adapun yang kedua, terdiri dari beberapa pilihan, seperti membuat teras bronjong untuk meningkatkan stabilitas lereng, yaitu untuk wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat bahaya tinggi. Sementara itu untuk menurunkan tingkat kerentanan antara lain perlu dilakukan sosialisasi terkait bahaya longsor dan cara penanggulangannya kepada masyarakat lokal.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82347
      Collections
      • MT - Agriculture [3859]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      NoThumbnail