dc.description.abstract | Kabupaten Parigi Moutong secara secara geografis berbatasan langsung
dengan perairan Teluk Tomini. Kabupaten Parigi Moutong dapat mengelola
sumberdaya perikanan lautnya secara maksimum sebesar 35.000 ton per tahun.
Pada tahun 2013 jumlah total produksi perikanan tangkap Kabupaten Parigi
Moutong sebesar 24.004,6 ton yang berarti pemanfaatan saat ini telah mencapai
68,57% dari jumlah tangkapan maksimum yang ditentukan. Salah satu jenis ikan
pelagis yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap produksi perikanan
tangkap di Kabupaten Parigi Moutong adalah ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis). Produksi ikan cakalang pada tahun 2013 mencapai 4.940,9 ton (20,58%
dari total produksi) dengan total nilai produksi sebesar Rp. 82.539.204 juta dan
produksi ikan cakalang pada tahun 2012 sebesar 5.117,85 ton (21,81% dari total
produksi) dengan total nilai produksi Rp. 51.326.075 juta. Adapun jenis alat
tangkap yang dominan digunakan untuk menangkap ikan cakalang adalah pancing
tonda dan purse seine.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis tingkat pemanfaatan optimum
sumberdaya perikanan cakalang secara biologi dan ekonomi; 2) Menganalisis
kelayakan usaha penangkapan ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong; 3)
menyusun model pengelolaan sumberdaya ikan cakalang; 4) Merumuskan arahan
kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan cakalang secara berkelanjutan di
Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan (April -
Juli 2015) di Kabupaten Parigi Moutong dengan menggunakan metode survei dan
pengambilan contoh dilakukan dengan metode purposive sampling. Sedangkan
metode analisis data yang digunakan meliputi analisis produktivitas alat tangkap,
analisis nilai tukar nelayan, analisis bioekonomi, analisis usaha dan kalayakan
investasi, analisis sistem dinamik, dan analisis hirarki proses.
Berdasarkan hasil penelitian produktivitas alat tangkap purse seine lebih
tinggi dibandingkan alat tangkap pancing tonda. Rata-rata produktivitas per trip
alat tangkap purse seine sebesar 1.3130 ton per tahun dan pancing tonda sebesar
0.0070 ton per tahun, sedangkan rata-rata produktivitas per unit pada alat tangkap
purse seine mecapai 297.23 ton per tahun dan pancing tonda mencapai 2.51 ton
per tahun. Analisis nilai tukar petani dan nelayan menunjukkan indeks NTP dan
NTN berdasarkan jenis usaha selama periode musim panen dan musim panceklik
pada tahun 2014 di atas 100. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan
daya beli masyarakat lebih baik daripada tahun dasar. Pada musim panen indeks
nilai tukar petani dengan nilai rata-rata sebesar 126.15 dan pada musim panceklik
sebesar 107.56, secara keseluruhan pada tahun 2014 rata-rata indeks nilai tukar
petani sebesar 116.86. Sedangkan rata-rata indeks nilai tukar nelayan pada musim
panen sebesar 120,56 dan musim panceklik sebesar 110.57, sehingga secara
keseluruhan rata-rata indeks nilai tukar nelayan pada tahun 2014 sebesar 115.56.
Hasil analisis bioekonomi diketahui produksi maksimum sumberdaya ikan
cakalang di Kabupaten Parigi Moutong terjadi pada kondisi MSY sebesar 4.634
ton per tahun. Keuntungan maksimum dicapai pada kondisi MEY sebesar Rp.
36.459 juta per tahun dengan jumlah effort 10.625 trip per tahun. Keseimbangan
bioekonmi terjadi pada effort 21.251 trip (jumlah upaya pada keseimbangan opes
access) yang memberikan keuntungan sama dengan nol. Pemanfaatan
berkelanjutan sumberdaya ikan cakalang dari sisi biologi dan ekonomi terjadi
pada kondisi MEY dengan jumlah produksi 4.513 ton per tahun dan effort sebesar
10.625 trip per tahun. Jumlah effort aktual mencapai 14.229 trip dan jumlah effort
lestari sebesar 12.679 trip per tahun, sedangkan effort optimal secara ekonomi
sebesar 10.625 trip per tahun. Hal ini menunjukkan pemanfaatan sumberdaya ikan
cakalang di Kabupaten Parigi Moutong telah mengalami overfishing secara
biologi namun secara ekonomi belum mengalami overfishing. Adapun rata-rata
besaran laju degradasi dan depresasi suberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi
Moutong masing-masing sebesar 0.267 ton dan Rp. 0.264 juta.
Pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong
menggunakan alat tangkap purse seine diperoleh tingkat keuntungan sebesar Rp.
221.487.056 juta. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha selama 10 tahun
diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 289.406.471 juta dengan discount factor pada
tingkat suku bunga 12% per tahun. Sedangkan nilai BCR dan IRR masing-masing
diperoleh sebesar 1,26 dan 17,19 persen. Sehingga dapat disimpulkan usaha
perikanan cakalang menggunakan alat tangkap alat tangkap purse seine layak
untuk dilaksanakan.
Hasil analisis sistem dinamik pengelolaan sumberdaya ikan cakalang di
Kabupaten Parigi Moutong, diperoleh jumlah effort tertinggi dicapai pada tahun
ke 9 sebesar 27.189 trip dengan jumlah stok sebesar 4.151,21 ton dan hasil
tangkapan mencapai 3.296,50 ton. Hal ini mengakibatkan keuntungan yang
dierima oleh nelayan semakin kecil sedangkan jumlah biaya yang keluarkan
semakin besar. Kondisi ini menyebabkan nelayan akan mengurangi jumlah effort
atau berhenti menjadi nelayan. Hasil analisis sistem dinamik menunjukkan
tangkapan maksimum terjadi pada tahun kedua dimana jumlah effort mencapai
19.157 trip dengan jumlah stok sebesar 12.709,00 ton. Keseimbangan secara
biologi terjadi pada tahun ketiga dengan jumlah effort 23.398 trip dan stok sebesar
9.349 ton, sedangkan keseimbangan secara ekonomi terjadi pada tahun keempat
dimana jumlah effort mencapai 24.958 dan hasil tangkapan sebesar 5.629 ton.
Selanjutnya, hasil analis kebijakan dengan menggunakan AHP diperoleh
kesimpulan prioritas untama pengelolaan sumberdaya perikanan cakalang di
Kabupaten Parigi Moutong yaitu perbaikan teknologi penangkapan dengan taraf
kepetingan sebesar 0.307. Berdasarkan hasil rangkaian analisis yang dilakukan
dapat disimpulkan implementasi kebijakan yang perlu diterapkan dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong
dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagan yaitu
kebijakan pengaturan upaya tangkap (effort), kebijakan pengembangan usaha
perikanan tangkap, kebijakan penguatan kapasitas kelembagaan perikanan,
kebijakan pemberdayaan masyarakat nelayan, kebijakan keterpaduan antar sektor,
dan kebijakan pembangunan manusia (human development). | id |