Penerapan Teknologi Pasca Panen Jagung di Desa Kedawung, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal
Abstract
Komoditas jagung memiliki potensi untuk menyangga kebutuhan pangan non beras karena kandungan terbesar biji jagung adalah karbohidrat, dan potensial digunakan sebagai bahan baku industri. Jagung juga dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri pangan, minuman, kimia dan farmasi serta industri lainnya. Model pengembangan sektor pertanian yang hanya menekankan pada peningkatan produksi merupakan paradigma lama yang kurang mempertimbangkan perlakuan dan pengendalian mutu produk setelah panen. Paradigma baru menghendaki sistem pertanian yang berkelanjutan dan berorientasi pasar, dengan memperhatikan kualitas produk setelah panen sehingga memiliki nilai jual yang relatif menguntungkan di pihak petani. Penanganan pasca panen merupakan salah satu wujud paradigma baru. Tulisan ini memaparkan kondisi penerapan teknologi pasca panen jagung yang ada di lahan kering dataran tinggi Kabupaten Tegal. Kajian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2007, di Desa Kedawung, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Jenis data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. Data sekunder bersumber dari Dinas Pertanian dan monografi desa. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan petani. Data primer meliputi penentuan waktu panen, umur panen, cara panen, penanganan pasca panen, dan pengolahan jagung. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penentuan waktu panen yang biasa digunakan oleh petani di Desa Kedawung adalah berdasarkan umur tanaman (72%), warna kelobot (16%), dan 12% petani menentukan waktu panen berdasarkan kriteria lainnya seperti butir jagung yang sudah kering. Umur panen beberapa varietas jagung yang ditanam di Desa Kedawung lebih lama dari umur panen ratarata varietas jagung yang sama, yaitu varietas Bisma 127,78 hari, varietas Srikandi Putih 125 hari, Anoman I 145 hari, dan Lokal 125,63 hari. Cara panen yang diterapkan oleh sebagian besar petani adalah dalam bentuk tongkol berkelobot (75%), dan sebanyak 25% petani memanen jagung dengan cara lainnya yaitu dengan mengupas kelobot jagung langsung pada batangnya. Penanganan pasca panen jagung yang umumnya dilakukan petani adalah menjemur jagung tanpa kulit dan selanjutnya dipipil dengan tangan. Jagung pada umumnya disimpan keluarga petani sampai dengan lebih dari 3 bulan dalam bentuk pipilan yang disimpan dalam karung. Selain dikonsumsi sebagai makanan pokok sebagai beras jagung, jagung terutama diolah menjadi berbagai produk seperti kerupuk jagung, marning, dan bolu. Secara umum taraf teknologi mekanis yang diterapkan petani dalam penanganan pasca panen jagung masih terbatas
Collections
- Proceedings [2790]