Penilaian Daur Hidup (Life Cycle Assessment) Gula Tebu Di Pg Subang, Jawa Barat
View/ Open
Date
2016Author
Purwaningsih, Ika Wati
Yani, Mohamad
Suprihatin
Metadata
Show full item recordAbstract
Pabrik gula menggunakan sumber daya dan menghasilkan dampak terhadap
lingkungan seperti GRK, asidifikasi, dan eutrofikasi yang harus dikelola. Suatu
metode yang dapat berfungsi untuk menganalisis daur hidup gula tebu yang
berkaitan dengan penggunaan sumber daya yaitu metode LCA. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi input (resources) dan output (produk,
emisi, limbah, dan produk samping) berdasarkan data inventori di pabrik gula,
menganalisis potensi dampak lingkungan berupa GRK, asidifikasi, dan
eutrofikasi, serta mengidentifikasi alternatif perbaikan dalam upaya penurunan
dampak lingkungan. Metode LCA dilakukan berdasarkan pedoman pelaksanaan
LCA menurut Framework ISO 14040 yang terdiri dari 4 tahap, yaitu definisi
tujuan dan ruang lingkup (goal and scope definition), menginventarisasi input dan
output (inventory analysis), perkiraan dampak lingkungan dari semua input dan
output (impact assessment), dan interpretasi hasil (interpretation and
improvement analysis).
Penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis inventori pada setiap
tahapan proses dalam siklus hidup gula tebu diperoleh input berupa bahan baku,
bahan bakar, air, listrik, dan bahan tambahan, serta output berupa gula sebagai
produk utama, produk samping, limbah, dan emisi terhadap lahan, badan air dan
udara. Setiap polutan yang terkandung pada output yang dihasilkan kemudian
dikelompokkan berdasarkan 3 kategori dampak, yaitu GRK, asidifikasi, dan
eutrofikasi. Berdasarkan hasil analisa dampak diperoleh bahwa dampak GRK
merupakan dampak tertinggi yang dihasilkan setiap tahunnya dari 2011-2014,
kemudian diikuti oleh asidifikasi dan eutrofikasi. Urutan kategori polutan
penyebab GRK berdasarkan yang paling tinggi adalah CO2, N2O, dan CH4,
sedangkan peringkat rata-rata sumber GRK berdasarkan sumber emisi berturutturut
adalah pembakaran tebu, solar, listrik, pupuk, blotong, IDO, limbah cair, dan
residu. Kategori polutan yang mengakibatkan dampak terhadap asidifikasi dari
yang paling tinggi adalah NO2, NH3 dan SO2, sedangkan peringkat rata-rata
sumber asidifikasi berdasarkan sumber emisi berturut-turut adalah NO3 leaching,
pembakaran tebu, bagasse, NH3 (urea volatilization), listrik, pupuk, IDO, solar,
residu, dan blotong. Kategori polutan yang mengakibatkan dampak terhadap
eutrofikasi dari yang paling tinggi adalah PO4
3-, NOx, dan NH3, sedangkan
peringkat rata-rata sumber eutrofikasi berdasarkan sumber emisi berturut-turut
adalah P runoff, NO3 leaching, pembakaran tebu, urea volatilization, abu ketel,
bagasse, pestisida runoff, listrik, pupuk, IDO, limbah cair, residu, dan solar.
Dalam upaya menurunkan emisi terhadap GRK, asidifikasi dan eutrofikasi,
dalam penelitian ini menggunakan 4 alternatif. Pada alternatif 1 yaitu dengan
melakukan perbaikan proses berdasarkan perhitungan neraca massa yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rendemen dari 5.58% menjadi 6.55%,
penurunan emisi GRK sebesar 402.895 tCO2-eq/tahun, penurunan dampak
asidifikasi sebesar 0.136 tSO2-eq/tahun, serta penurunan dampak eutrofikasi
sebesar 53.221 tPO4
3-
-eq/tahun. Pada alternatif 2 yaitu dengan melakukan
perbaikan proses berdasarkan perhitungan analisis energi dapat menghasilkan
peningkatan energi untuk nilai NEV dari -55.566 menjadi 17.608 dan nilai NER
dari 0.929 menjadi 1.022. Selain itu pada alternatif 2 juga dapat menurunkan
emisi GRK sebesar 177.727 tCO2-eq/tahun, penurunan dampak asidifikasi sebesar
1.339 tSO2-eq/tahun, serta penurunan dampak eutrofikasi sebesar 0.114
tPO4
3-
-eq/tahun. Pada alternatif 3 menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan limbah
di pabrik gula, seperti blotong, abu ketel, dan residu sebagai kompos yang
diaplikasikan untuk pemupukan dapat menurunkan emisi terhadap dampak GRK
sebesar 341.639 tCO2-eq/tahun, asidifikasi sebesar 10.367 tSO2-eq/tahun, dan
eutrofikasi sebesar 117.529 tPO4
3-
-eq/tahun. Pada alternatif 4 yaitu dengan
pemanfaatan limbah blotong dan molases menjadi bahan baku pembuatan briket
dapat menurunkan emisi GRK sebesar 323.232 tCO2-eq/tahun, serta penurunan
dampak asidifikasi sebesar 0.244 tSO2-eq/tahun. Selain itu pada alternatif 4 juga
dapat menghasilkan energi alternatif sebesar 89.893 TJ. Hasil kajian LCA
menunjukkan bahwa dalam rangka mengurangi dampak lingkungan pada siklus
hidup gula tebu, pabrik gula dapat menerapkan perbaikan dengan mengacu pada
perhitungan neraca massa dan pemanfaatan limbah sebagai kompos. Kedua upaya
tersebut dapat mengurangi dampak terhadap emisi GRK, asidifikasi, dan
eutrofikasi yang lebih tinggi dibandingkan alternatif lainnya.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2325]