dc.description.abstract | Parasetamol merupakan salah satu di antara obat-obatan yang paling banyak menyebabkan overdosis dan keracunan di masyarakat. Mudah diperolehnya parasetamol menyebabkan konsumsi parasetamol dapat dilakukan secara bebas, di sisi lain pengetahuan masyarakat mengenai obat ini masih sangat kurang, terutama tentang toksisitasnya bila digunakan dalam dosis berlebihan. Parasetamol, yang berfungsi sebagai analgetik dan antipiretik, bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan akan menguras kandungan glutathion (GSH) dan membentuk suatu metabolit elektrofil sebagai radikal bebas, yaitu N-asetyl-p-benzoquinonimina (NAPQI). Radikal bebas NAPQI akan berikatan secara kovalen dengan makromolekul protein sel hati, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan sel hati akibat induksi parasetamol. Pada keadaan nekrosis, sel-sel hati pecah sehingga enzim amino transferase, yaitu AST (Aspartate transaminase) dan ALT (Alanine transaminase) yang terdapat dalam sel hati akan keluar dan masuk ke dalam aliran darah sehingga terjadi kenaikan kadar AST dan ALT melebihi normal. Hati yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh tentunya juga memiliki sistem antioksidan yang cukup baik. Namun, bila sel hati telah rusak karena bahan toksik maka perlu diberi tambahan antioksidan dari luar. Sumber antioksidan terdapat pada tanaman yang mempunyai fungsi hepatoprotektif terhadap kerusakan oleh bahan toksik.
Beberapa tanaman telah digunakan untuk mengobati gangguan pada liver, antara lain kunyit (Curcuma longa) yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Kunyit juga memiliki potensi bahan aktif kurkumin yang telah dilaporkan dapat memperbaiki kerusakan hati yang diinduksi dengan karbontetraklorida (CCl4), galaktosamin, dan parasetamol dosis tinggi. Tanaman pegagan (Centella asiatica) memiliki potensi sebagai alternatif antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan. Potensi dari pegagan tersebut akan sangat bermanfaat untuk menekan pengaruh radikal bebas yang cenderung semakin meningkat. Pegagan diketahui mengandung beberapa senyawa aktif di antaranya adalah terpenoid, flavonoid, dan glikosida. Senyawa flavonoid dalam tanaman ini diketahui merupakan senyawa antioksidan dan berpotensi mencegah kerusakan sel-sel tubuh, di antaranya sel hepar. Baik ekstrak pegagan maupun kunyit berpotensi sebagai hepatoprotektor dengan mekanisme yang sama, yaitu melibatkan enzim GSH.
Penelitian ini dilakukan secara invitro dan invivo untuk mengetahui potensi dari kedua esktrak pegagan dan kunyit dalam upaya pencegahan maupun pengobatan sel hati yang rusak, dengan melakukan pengukurankadar enzim glutation peroksidase, kadar AST dan ALTserta mempelajari kelainan jaringan (histopatologi) sel hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol.
Penelitian invitro dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan ukuran 4 x 4 dengan 3 ulangan, yaitu faktor pertama adalah ekstrak pegagan dengan 4 level konsentrasi, yaitu 0;7,35 mg/mL;14,70mg/mL dan 22,05 mg/mL. Faktor kedua adalah ekstrak kunyit dengan 4 level konsentrasi, yaitu 0, 61,36mg/mL, 122,7 mg/mL, dan 184,1 mg/mL. Aktivitas enzim glutation peroksidase (GSH-Px) diukur menggunakan metode Flohe and Gunzler (1984).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas GSH-Px meningkat dengan pemberian ekstrak pegagan dan kunyit pada hati normal, terutama pada pemberian ekstrak tunggal baik
pegagan maupun kunyit. Namun, pada pemberian kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit
tidak sebaik jika diberikan tunggal. Pengaruh kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit pada
GSH-Px masih tetap tinggi dibandingkan dengan kontrol (p<0,05).
Pada pengukuran aktivitas GSH-Px, hati tikus yang sebelumnya diberikan ekstrak
pegagan dan kunyit kemudian diinduksi parasetamolatauuntuktujuansebagaipreventif, dosis
pegagan 18,75mg/200g BB tunggal mampumeningkatkanaktivitas GSH-Pxdari
(258,31±8,09)mU/mg proteinmenjadi (279,74±26,32)mU/mgproteinatausekitar5,8%.
Sedangkan pada dosis kunyit tunggal,yaitu 336mg/200g BB tikusjuga meningkatdari
(277,60±75,57) mU/mgproteinmenjadi(333,33±39,95)mU/mgproteinatausekitar 27 % .
Sedangkan kombinasi pegagan dan kunyit hanyapadakonsentrasi tinggi
saja,yaitu(22,05mg/mL:184,1mg/mL)meningkatdari (139,34±13,39)mU/mgprotein
menjadi(232,60±21,40)mU/mgproteinatausekitar 16% (p<0,05). Jika dibandingkan dengan
kombinasi lainnya,tidaksignifikanmeningkatkanaktivitasenzim GSH-Px (p>0,05).
Pada hati tikus untuktujuansebagaikuratif, ekstrak tunggalpegagan mampu
meningkatkan aktivitas enzim GSH-Px, terutama pada konsentrasi pegagan 22,05
mg/mLyaitu sebesar (171,45±37,66) mU/mgprotein darikonsentrasikontrolyaitu
(102,89±11,26)mU/mgproteinatausekitar 15,9% (p<0,05). Pada pemberian ekstrak kunyit
tunggal juga mampu meningkatkan aktivitas enzim GSH-Px yaitu pada (184,1 mg/mL)
sebesar 160,77±39,42
mU/mgproteindarikonsentrasikontrolyaitu102,89±11,26mU/mgproteinatausekitar 12,9%
(p<0,05). Artinya, bahwapada konsentrasi yang tinggidariekstrak pegagan atau kunyit
tunggalsaja,berpotensisecara signifikan pengaruh pada peningkatan aktivitas enzim GSHPxjikadibandingkandengankonsentrasikontrol
(p<0,05).
Pada kombinasi kedua ekstrak, ekstrak pegagan(22,05 mg/mL:184,1 mg/mL ) terjadi
interaksisinergisdarikedua ekstrak tersebut dalammeningkatkanaktivitas enzim GSH-Px,yaitu
239,01±47,4 mU/mg protein, lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi
ekstrakpegagandan kunyit (14,70mg/mL:22,05 mg/mL) yaitu 98,61±8,55
mU/mgproteinatausekitar 34%.menunjukkan potensi kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit
pada konsentrasi tinggi (22,05mg/mL:184,1mg/mL) sangat baikdanmampumeningkatkan
aktivitas GSH-Pxdari(98,61±7,52) mU/mgproteinmenjadi
(239,01±47,40)mU/mgproteinatausekitar 56,9% dibandingkan dengan kombinasi
lainnya(p<0,05).
Pada penelitian invivodilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan perlakuan pemberian ekstrak pegagan (18,75mg/200gBB:); ekstrak kunyit
(336mg/200gBB); kombinasi ekstrak pegagan:kunyit (3:1)(18,75mg:112mg);
(3:2)(18,75mg:224mg) dan kombinasi ekstrak pegagan:kunyit(1:3)(6,25mg:336mg);
(2:3)(12,50mg:336 mg); sertadosis(18,75 mg: 336mg).Dosis parasetamol yang
digunakanuntukinduksidengantujuanmerusakanhatitikusadalah180 mg/200g BB tikus.
Parameter yang diukur yaitukadar enzim AST dan ALT, aktivitas enzim GSH-Px, dan
pemeriksaan jaringan (histopatologi).
Hasil menunjukkanbahwapadapemberian ekstrak pegagan dan kunyit baik tunggal
maupun kombinasi pada perlakuan untuktujuansebagaipreventif maupun kuratif mampu
menghambat kenaikan kadar AST dan ALT(p<0,05).Hal ini juga diperlihatkan pada hasil
pengukuran aktivitas GSH-Px pada kelompok perlakuan untuktujuansebagaipreventif pada
dosis kunyit (336mg/200 gBB) lebih mampu meningkatkan aktivitas GSH-Px dibandingkan
dosis pegagan (18,75mg/200 gBB). Juga pada kelompokdosiskombinasi ekstrak pegagan
:kunyit (18,75mg/200 gBB: 336mg/200 gBB) sangat baik pengaruhnya pada peningkatan
aktivitas GSH-Px(p<0,05).
Padakelompokperlakuan untuktujuansebagaikuratif, ekstrak kunyit (336mg/200 gBB)
lebih mampu meningkatkan aktivitas GSH-Px dibandingkan kelompok ekstrak pegagan
(18,75mg/200 gBB). Begitu pula pada kombinasi pegagan:kunyit(18,75mg/200
gBB:336mg/200 gBB); lebih mampu meningkatkan (p<0,05).
Pada pemeriksaan jaringan, kemampuan (potensi) ekstrak pegagan dan kunyit
terhadap perlakuanuntuktujuansebagaikuratif menunjukkan adanya regenerasi sel hati lebih
banyak dibandingkankelompok perlakuan untuktujuansebagaipreventif, terutama pada
kombinasi pegagan :kunyit:(18,75mg/200 gBB:336mg/200 gBB).
Kesimpulan bahwa keduaekstrak pegagan dan kunyit berpotensimampu menurunkan
kadar AST dan ALT, juga mampu mempengaruhi terhadappeningkatan aktvitas enzim GSHPxsertamenunjukkankemampuan
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat parasetamol.
Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa ekstrak pegagan dan kunyit
merupakanbahanalami yang berkhasiatsebagaiobatuntuk melindungi
atauuntuktujuansebagaipreventifmaupunmengobatiatauuntuktujuansebagaikuratifuntuk
memperbaiki jaringan hati yang rusak akibat metabolisme parasetamol dosis toksik. | id |