Pengelolaan Perikanan Pantai Di Kota Tegal Berdasarkan Persepsi Nelayan Skala Kecil
View/Open
Date
2016Author
Sudarmo, Agnes Puspitasari
Baskoro, Mulyono S.
Wiryawan, Budy
Wiyono, Eko Sri
Monintja, Daniel R.
Metadata
Show full item recordAbstract
Luas daerah kota Tegal adalah 39.68 km2 dengan panjang pantai Kota
Tegal kurang lebih 10.5 km. Wilayah Kota Tegal secara administrasi terbagi
menjadi 4 Kecamatan dengan 27 Kelurahan dengan wilayah terluas adalah
Kecamatan Tegal Barat sebesar 15.13 km2. Muarareja adalah salah satu kawasan
terluas di Kota Tegal yang berada di wilayah Kecamatan Tegal Barat dengan luas
8.91 km2.. Potensi sumberdaya ikan di lokasi penelitian umumnya berasal dari
kawasan perairan pantai utara Laut Jawa dan salah satunya berasal desa
Muarareja. Kota Tegal berada di wilayah pesisir pantai utara pulau Jawa dan
letaknya sangat strategis sebagai jalur ekonomi penghubung kota-kota besar
penting di pulau Jawa mengalami berbagai tekanan akibat perkembangan kota
yang demikian pesat. Setiap perubahan yang terjadi di wilayah pesisir akan
berpengaruh terhadap kegiatan perikanan pantai ini dan hal ini akan menentukan
cara nelayan skala kecil bersikap atau memberi persepsi terhadap pengelolaan
sumberdaya perikanan pantai. Intensitas penangkapan ikan yang terjadi, kondisi
stok yang dimiliki, dan kualitas lingkungan di perairan pantai akan direspon oleh
nelayan melalui aksi-aksi pengelolaan yang dilakukannya. Karakteristik sosial
ekonomi tersebut akan menentukan cara nelayan bersikap dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan, memilih cara menangkap ikan, serta sekaligus
mencerminkan tingkat kesejahteraan dan ada tidaknya kesenjangan sosial di
kalangan nelayan. Terkait dengan ini, maka perlu dilakukan kajian penelitian
yang terkait dengan pengelolaan perikanan pantai berdasarkan persepsi nelayan
skala kecil di Kota Tegal.
Tujuan penelitian Pengelolaan Perikanan Pantai Di Kota Tegal Berdasarkan
Persepsi Nelayan Skala Kecil adalah mengidentifikasi karakteristik sosial
ekonomi nelayan skala kecil di Kota Tegal, menentukan faktor-faktor produksi
pendukung yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan pantai di Kota
Tegal, mengidentifikasi / mengungkapkan persepsi nelayan skala kecil terhadap
dinamika pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal, menganalisis faktor
internal eksternal kondisi terkini pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal,
merumuskan strategi harmonisasi pengembangan perikanan pantai di Kota Tegal.
Penelitian dilaksanakan di desa Muarareja, Kota Tegal pada bulan Juli 2013
sampai dengan bulan Maret 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis deskriptif statistik, untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi
nelayan kecil, analisis regresi berganda untuk menentukan faktor-faktor produksi
pendukung yamg berpengaruh dalam pengembangan perikanan pantai, analisis
korelasi dan deskriptif statistik untuk menganalisis persepsi spesifik terhadap
kegiatan operasional perikanan pantai, analisis SWOT untuk menganalisis kondisi
terkini pengelolaan perikanan pantai, AHP digunakan untuk merumuskan prioritas
strategi kebijakan yang menyelaraskan pengembangan perikanan pantai tersebut
dengan karakteristik sosial ekonomi yang ada pada nelayan skala kecil di Kota
Tegal. Hasil analisis menunjukkan bahwa alat tangkap yang banyak digunakan
olah nelayan skala kecil di lokasi penelitian adalah bundes 3 unit, bubu 38 unit,
arad 164 unit, trammel net 41 unit, gill net 33 unit. Untuk keperluan penelitian ini
diambil sampling sejumlah alat tangkap secara purposive yaitu bundes 3 unit,
bubu 6 unit, arad 45 unit, trammel net 5 unit, gillnet 5 unit.
Hasil analisis karakteristik sosial ekonomi nelayan skala kecil di Kota
Tegal menunjukkan bahwa kondisi nelayan skala kecil di Kota Tegal berada pada
tingkat kesejahteraan tinggi. Analisis membuktikan bahwa nelayan skala kecil di
Kota Tegal berada pada status keadaaan ekonomi, sosial, kesehatan, status
pendidikan pada tingkat kesejahteraan yang baik.
Dari tujuh faktor produksi yang dianalisis, empat (4) faktor produksi
seperti musim penangkapan ikan, penggunaan bahan bakar (BBM), ketersediaan
es balok, dan perbekalan secara signifikan mempengaruhi pengembangan operasi
penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad di Kota Tegal. Sementara
faktor-faktor produksi lainnya seperti ukuran alat tangkap, penggunaan air bersih,
dan anak buah kapal (ABK) tidak secara signifikan mempengaruhi perkembangan
operasi penangkapan ikan menggunakan jaring arad di Kota Tegal.
Persepsi nelayan skala kecil menurut umur dan tingkat pendidikan dengan
variabel musim tangkap, alat tangkap, kebutuhan BBM, kebutuhan es balok,
ABK maupun perbekalan maka yang dominan adalah responden yang
berpendidikan sekolah dasar dan umur yang dominan adalah responden dengan
kelompok usia 31-50 tahun. Karakteristik sosial ekonomi umur secara siginifikan
ada hubungannya dengan variabel faktor produksi musim tangkap. Kaitan
persepsi nelayan skala kecil menurut umur terhadap musim tangkap terdapat
kesesuaian antara persepsi nelayan dengan variabel faktor produksi yaitu musim
tangkap dalam upaya pengembangan pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal.
Di mana yang dipersepsikan responden terkait dengan aspek umur persis sama
dengan kenyataan di lapangan yaitu variabel musim tangkap memberi pengaruh
terhadap jumlah hasil tangkapan ikan / produksi perikanan laut di Kota Tegal.
Sedangkan hubungan persepsi nelayan skala kecil menurut tingkat pendidikan
terhadap variabel faktor produksi lainnya seperti alat tangkap, kebutuhan BBM,
kebutuhan es balok, ABK maupun perbekalan tidak terdapat kesesuaian antara
persepsi nelayan dengan faktor-faktor produksi tersebut.
Total skor faktor internal (IFAS) dan total skor faktor eksternal (EFAS)
dari pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal berada pada kisaran 2 – 3
(masing-masing 2.53 dan 3.09), sehingga kondisi pengelolaan perikanan pantai di
Kota Tegal saat ini termasuk kategori cukup baik, dan masih dalam pertumbuhan
yang stabil.
Dari 5 pilihan strategi pengelolaan perikanan pantai maka pengembangan
alat tangkap secara mandiri menempati pilihan prioritas pertama. Strategi
pengawasan bersama keamanan alat tangkap merupakan opsi kedua dalam pilihan
strategi pengelolaan perikanan pantai. Alternatif ketiga dan keempat adalah
optimalisasi penangkapan ikan pada saat harga jual ikan naik dan pemanfaatan
alat tangkap bantuan untuk optimalisasi hasil tangkapan. Pemanfaatan dana
bergulir untuk pengadaan mesin baru merupakan opsi kelima dalam pilihan
strategi pengelolaan perikanan pantai.
Collections
- DT - Fisheries [733]