dc.description.abstract | Kegiatan budidaya ayam broiler dihadapkan pada risiko produksi yang
relatif tinggi. Ayam broiler ini sangat rentan terhadap penyakit dan perubahan
cuaca ekstrim sehingga menyebabkan mortalitas tinggi, yang selanjutnya
menimbulkan kerugian bagi peternak. Usaha peternakan ayam broiler termasuk
pada pasar oligopsoni, kondisi tersebut menyebabkan usaha peternakan rakyat
sangat rentan terhadap risiko harga khususnya harga hasil produksi. Dalam halnya
dengan pemasaran, mereka umumnya memiliki keterbatasan akses pasar sehingga
cenderung berada dalam posisi price taker dengan posisi tawar yang lemah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menentukan faktor produksi dan faktor
risiko yang mempengaruhi produksi ayam broiler, (2) mengukur tingkat risiko
harga yang dihadapi peternak ayam broiler dan (3) menentukan preferensi risiko
terhadap keputusan penggunaan input peternak ayam broiler.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive sampling dan
pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive dan snowballing untuk
mengumpulkan 74 peternak ayam broiler. Jumlah sampel terbagi menjadi 35
peternak mandiri dan 39 peternak mitra. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara langsung kepada peternak responden dengan menggunakan kuesioner.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan model just and pope,
koefisien variasi dan maksimisasi utilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahaternak pola mandiri lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan usahaternak pola mitra. Hal ini terlihat
dari nilai R/C rasio, dimana R/C rasio pola mandiri yaitu (1:30) sedangkan pola
mitra yaitu (1:05). Usahaternak ayam broiler peternak mitra relatif lebih berisiko
dibandingkan dengan usahaternak ayam broiler peternak mandiri. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan dan sekam pada
peternak mandiri. Pakan, vaksin dan kepadatan merupakan variabel yang
berpengaruh terhadap produksi pada peternak mitra. Variabel yang memperbesar
risiko produksi pada peternak mandiri adalah vaksin, tenaga kerja, dan sekam.
Sedangkan pada peternak mitra adalah tenaga kerja. Variabel yang dapat
memperkecil risiko pada peternak mandiri adalah pakan, sedangkan pada peternak
mitra adalah vaksin. Risiko harga yang dihadapi peternak mandiri jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan risiko harga yang di terima oleh peternak mitra.
Preferensi risiko peternak pola mandiri terhadap keseluruhan penggunaan input
adalah risk averse atau cenderung menghindari risiko.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi peternak baik pola mandiri
dan pola mitra untuk memperhatikan penggunaan vaksin dan penyimpanan
vaksin. Selain itu, perlu memperhatikan input sekam, dimana penggunaan sekam
harus dikontrol karena sekam merupakan media yang baik untuk
berkembangbiaknya mikroorganisme. Pelatihan bagi tenaga kerja juga diperlukan
karena tenaga kerja sangat berpengaruh dalam seluruh produksi. | id |