Prediksi Bahaya Longsor Dan Penilaian Faktor Utama Penyebab Longsor Di Wilayah Das Kali Bekasi Bagian Hulu
View/ Open
Date
2015Author
Damanik., Boanerges Silvanus Dearari
Tjahjono, Boedi
Murtilaksono, Kukuh
Metadata
Show full item recordAbstract
Tanah longsor merupakan contoh dari proses geomorfologi yang disebut dengan mass wasting atau mass movement, yaitu suatu perpindahan massa batuan, regolith, dan tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah oleh pengaruh gaya gravitasi. Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh bahaya tanah longsor dapat melahirkan suatu bencana, maka penelitian tentang longsor sangat diperlukan. DAS Kali Bekasi merupakan salah satu DAS yang hanya memiliki tutupan hutan seluas 4 %, sedangkan penggunaan lahan tegalan cukup dominan. Dengan demikian masalah ekologi DAS perlu diperhatikan, terutama bahaya longsor untuk daerah hulu. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi titik-titik longsor di wilayah DAS Kali Bekasi bagian hulu dengan pendekatan satuan lahan, (2) memprediksi persebaran spasial daerah bahaya longsor dengan pendekatan AHP, dan (3) mengetahui faktor-faktor penyebab utama longsor dan memprediksi persebaran spasial daerah bahaya longsor dengan pembobotan statistik. Metode yang digunakan untuk identifikasi titik longsor mengacu pada jenis satuan lahan yang ada, dimana setiap satu jenis satuan lahan terwakili untuk diobservasi. Adapun untuk memprediksi persebaran spasial bahaya longsor digunakan metode skor dan pembobotan dengan pendekatan AHP dan juga pembobotan secara statistik dengan regresi berganda (multiple regression). Parameter yang digunakan untuk menilai bahaya longsor adalah kemiringan lereng, gangguan (pemotongan) lereng, curah hujan, penutupan lahan, kedalaman pelapukan batuan, dan geologi/jenis batuan. Selanjutnya bahaya longsor dari hasil analisis dibagi ke dalam 3 kelas, yaitu kelas rendah, sedang, dan tinggi. Metode yang digunakan untuk mengetahui faktor utama penyebab longsor adalah dengan analisis statistika regresi logistik ordinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik longsor ditemukan di 42 titik, baik ukuran besar/kecil, dengan tipe utama earthflow dan sebagian slide. Hasil analisis untuk memprediksi bahaya longsor dengan pendekatan AHP menunjukkan bahwa daerah penelitian didominasi oleh satuan-satuan lahan yang mempunyai tingkat bahaya longsor ringan seluas 39,49%, tingkat bahaya tinggi seluas 32,21%, dan tingkat bahaya sedang seluas 27,54%, sedangkan dengan pembobotan statistik, luasan terbesar berada pada tingkat bahaya longsor tinggi seluas 43,13%, tingkat bahaya sedang seluas 38,21%, dan tingkat bahaya ringan sebesar 18,66%. Pola persebaran masing-masing kelas bahaya longsor agak berbeda dari kedua metode tersebut, namun secara kualitatif (yang didasarkan pada hasil obsevasi lapangan) hasil dari metode AHP tampak lebih mirip dengan kondisi lapangan. Berdasarkan hasil analisis statistik dari data titik-titik longsor di daerah penelitian, didapatkan bahwa faktor utama yang menyebabkan longsor adalah kemiringan lereng, gangguan (pemotongan) lereng, dan penutupan lahan (land cover). Kondisi pemotongan lereng di daerah penelitian pada umumnya tidak disertai dengan pembuatan bronjong untuk menjaga kestabilan lereng, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahaya longsor antropogenik merupakan bahaya utama di daerah penelitian. Untuk itu program sosialisasi tentang bencana alam dan peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat setempat sangat diperlukan dalam program mitigasi bencana.
Collections
- MT - Agriculture [3696]