Identifikasi Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Pada Kulit Dan Biji Buah-Buahan Tropis Dari Indonesia
View/ Open
Date
2015Author
Fitri, Ainissya
Nahrowi
Sudarman, Asep
Tamura, Hirotoshi
Metadata
Show full item recordAbstract
Oksidatif stress pada ternak dapat berdampak negative terhadap performa dan produktivitas ternak. Untuk mencegah dan atau mengurangi terjadinya oksidatif stress ini diperlukan antioksidan. Sumber antioksidan dapat berupa vitamin E, vitamin C dan polyphenol yang dapat ditemukan dalam buah-buahan dan tanaman. Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan yang sebagian sudah diketahui sebagai sumber antioksidan namun untuk byproduct dari buahbuahan tersebut belum banyak diketahui aktivitas antioksidannya. Penelitian ini bertujuan untuk menginvetigasi potensi kulit dan biji dari buah tropis sebagai sumber antioksidan dan mengevaluasi ketersediaan antioksidannya secara in vitro. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit dan biji buah sirsak, rambai, salak, kapundung, papaya dan matoa. Sampel diekstraksi dengan menggunakan metode QuEChERS. Pelarut yang digunakan adalah acetonitrile. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam yaitu (1) analisa aktivitas antioksidan, (2) analisa fitokimia dengan menggunakan HPLC dan (3) analisa ketersediaan antioksidan secara in vitro. Parameter yang diamati untuk analisis pertama dan ketiga meliputi DPPH radical scavenging activity, penghambatan lipid peroksidasi, total phenolik, dan total flavonoid content. Hasil penelitian aktivitas peredaman radikal bebas dengan metode DPPH, penghambatan peroksidasi lemak, total phenolik dan total flavonoid menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) untuk semua sampel ekstrak yang diuji. Ekstrak kulit salak, kulit matoa dan kulit sirsak memiliki aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik yang tinggi dibandingkan dengan sampel ekstrak lainnya. Ketiga sampel ini dianalisa lanjut untuk mengetahui ketersediaanya secara in vitro dan juga diidentifikasi kandungan senyawa fenolik yang terdapat dalam sampel. Hasil identifikasi senyawa fenolik memperlihatkan dominasi caffeic acid di kulit matoa, kulit salak, dan kulit sirsak. Ketersediaan antioksidan dari kulit matoa, kulit salak dan kulit sirsak setelah dicerna secara in vitro menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05). Ketersediaan antioksidan yang diukur dengan metode DPPH menunjukan bahwa kulit matoa memiliki aktivitas peredaman radikal bebas yang lebih tinggi dibandingkan kulit sirsak dan kulit salak. Kadar peroksidasi lemak pada kulit sirsak lebih rendah dibandingkan dengan kulit salak dan matoa. Kulit sirsak mengandung nilai fenolik yang tinggi dibandingkan dengan kulit matoa dan kulit salak setelah dicerna secara in vitro. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kulit matoa dan kulit sirsak memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber antioksidan.
Collections
- MT - Animal Science [1210]