Kajian Dampak Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Fungsi Hidrologi Das Batang Tabir Menggunakan Model Swat
View/ Open
Date
2015Author
Susiwidiyaliza
Tarigan, Suria Darma
Rachman, Latief Mahir
Metadata
Show full item recordAbstract
DAS Batang Tabir adalah salah satu wilayah di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi yang dijadikan sasaran untuk rencana pengembangan perkebunan kelapa sawit. Luas tanaman kelapa sawit di Kabupaten Merangin pada tahun 2004 adalah 42 819 ha, luasan ini meningkat menjadi 52 748 ha pada tahun 2012 dan 10 446 ha tanaman sawit ini berada di DAS Batang Tabir. Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi, khususnya di DAS Batang Tabir memberikan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang berperan dalam perekonomian dan merupakan salah satu penghasil devisa utama. Penggunaan lahan suatu kawasan mempengaruhi hidrologi kawasan tersebut, mengubah penggunaan lahan berarti mengubah tipe dan proporsi tutupan lahan serta mempengaruhi respon hidrologinya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis perubahan penutupan lahan di DAS Batang Tabir tahun 1995, 2004, 2013 dan pengaruhnya terhadap fungsi hidrologi DAS Batang Tabir; 2) Menganalisis dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit terhadap fungsi hidrologi DAS Batang Tabir dengan melakukan simulasi luas perkebunan kelapa sawit menggunakan Model SWAT; 3) Menganalisis pengaruh penerapan teknik konservasi tanah terhadap fungsi hidrologi DAS Batang Tabir. Analisis fungsi hidrologis pada penutupan lahan tahun 1995, 2004, 2013 adalah menggunakan data aktual (data observasi) yang ditunjukkan dengan nilai koefisien aliran tahunan dan flow duration curve. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas hutan di DAS Batang Tabir semakin menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1995 DAS Batang Tabir masih ditutupi hutan sebesar 72.3%, sedangkan tahun 2004 berkurang menjadi 65.1% dan tahun 2013 hanya tinggal 53.1% dari luas DAS Batang Tabir. Tutupan lahan perkebunan sawit tahun 1995 luasnya 1.2%, tahun 2004 meningkat menjadi 4.6% dan tahun 2013 sebesar 6% dari luas DAS Batang Tabir. Hasil overlay penutupan lahan 2013 dengan izin lokasi perkebunan sawit menunjukkan peningkatan luas kebun sawit menjadi sebesar 23.3%. Nilai koefisien aliran tahunan di DAS Batang Tabir mengalami peningkatan, pada periode penutupan lahan tahun 1995 adalah 0.22, tahun 2004 sebesar 0.31 dan 2013 sebesar 0.47. Debit andalan 80% juga mengalami kenaikan, pada tahun 1995 sebesar 71.18 m3/det dan meningkat menjadi 107.19 m3/det pada tahun 2013. Dampak perluasan perkebunan kelapa sawit dianalisis dengan menggunakan data dari model SWAT (Soil and Water Assessment Tool). Data yang dihimpun pada model SWAT untuk input penelitian ini adalah data iklim global, Digital Elevation Model (DEM), tanah, tutupan lahan, suhu dan curah hujan. Selain itu dihimpun juga data debit hasil observasi untuk proses kalibrasi dan validasi model. Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah: (1) mendeliniasi batas DAS Batang Tabir, (2) pembentukan Hidrology Respon Unit (HRU) dengan cara tumpang susun peta tanah, peta tutupan lahan serta peta kelas kelerengan, (3) penggabungan HRU dengan data iklim global, data curah hujan rata-rata harian serta data suhu udara maksimum minimum harian , (4) menjalankan SWAT, (5) kalibrasi dan validasi data, dan (6) menganalisis fungsi hidrologi DAS Batang Tabir dengan skenario simulasi perluasan perkebunan kelapa sawit dan penerapan teknik konservasi tanah. Hasil analisis model SWAT menunjukkan bahwa tutupan lahan tahun 2013 memiliki aliran permukaan (surface runoff), aliran lateral, aliran dasar dan koefisien aliran tahunan masing-masing 443,37 mm, 1.029,42 mm, 324,71 mm dan 0,47. Model SWAT mampu memprediksi dampak dari perluasan perkebunan kelapa sawit terhadap fungsi hidrologis DAS Batang Tabir (skenario 1). Hal ini ditunjukkan oleh aliran permukaan (surface runoff), aliran lateral, aliran dasar dan nilai koefisien aliran tahunan masing-masingnya adalah 533,92 mm, 984,74 mm, 318,57 mm dan 0,50. Penerapan konservasi tanah dan air pada ekspansi perkebunan kelapa sawit (skenario 2) mampu menurunkan aliran permukaan (surface runoff) menjadi 434.56 mm atau berkurang sebanyak 22.9% dari kondisi aliran permukaan pada skenario 1 dengan nilai koefisien aliran tahunan sebesar 0.46. Perkebunan kelapa sawit secara ekonomi mampu memberikan kontribusi baik bagi petani maupun pemerintah. Jika memang izin lokasi perkebunan sawit ini harus direalisasikan, maka skenario 2 harus diimplementasikan, dimana ekspansi perkebunan kelapa sawit harus diiringi dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air yang tepat.
Collections
- MT - Agriculture [3696]