PENGEMBANGANSEDDlANSIRUPDUAHBAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.): ANTIOKSIDAN ALAMI SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
Abstract
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah bakau (R.mucronata) memiliki nilai antioksidan yang sangat tinggi dari komponen bioaktif yang terkandung didalamnya dengan nilai IC50 sebesar 0. 78 ppm, bahkan lebih besar dari pada antioksidan standar yaitu Vitamin C yang hanya sebesar 4,81 ppm. Nilai antioksidan yang sangat tinggi suatu bahan dinyatakan dapat menjadi senyawa antioksidan, antihepatotoksik, dan antihiperglikemik sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai alternatif pangan fungsional yang dapat mencegah berbagai penyakit degeneratif. Pada penelitian ini ekstrak buah bakau diformulasikan menjadi sirup sebagai alternatif pangan fungsional alami untuk meminimalisir penggunaan obat-obatan sintetis. Tujuan dari penelitan ini untuk menghasilkan inovasi produk pangan fungsional sumber antioksidan alami dari buah bakau (Rhizophora mucronata Lamk.), dengan rasa yang dapat diterima oleh konsumen, serta aman. Prosedur penelitian dilakukan melalui 6 tahapan; (1) Karakterisasi fisik, kimia dan rendemen buah bakau (Rhizophora mucronata). (2) Penentuan ekstrak terbaik buah bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) dengan pelarut etanol. (3) Penentuan kandungan fitokimia pada ekstrak terbaik. (4) Pengujian efek hepatoprotektif formula terbaik dan perbandingan dengan produk komersial secara in vivo. (5) Pembuatan sediaan dan penentuan formula pangan fungsional terbaik. (6) Pengujian kestabilan produk pangan fungsional selama· penyimpanan. Berdasarkan data yang diperoleh, buah bakau yang digunakan dalam penelitian ini memiliki panjang, lebar, dan bobot rata-rata berturut-turut sebesar 58,45 ± 4,22 cm, 1,64 ± 0,12 cm, clan 2,497 ± 13,06 gr. Rendemen daging buah 52% dan rendemen ekstrak kasar 3% yang didapatkan dari total buah yang digunakan. Komposisi kimia buah bakau didapatkan kadar air (segar 31.96%; leering 31.51 %), kadar abu (segar 1.10%; leering 1.23%), kadar protein (segar 2.59%; leering 3.94), kadar lemak (segar 0.86%; abu 0.76%), kadar karbohidrat (st:gar 63.50%; kering 62.57%. aktivitas antioksidan optimal didapatkan pada perlakuan suhu evaporasi 70 °C dengan nilai ICso sebesar 0.72 ppm. Hasil pengujian fitoleimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar buah bakau mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan hidroquinon. Hasil pengujian toksisitas akut ekstrak buah bakau (Rhizophora mucronata) pada dosis 15 g/leg BB menunjukan selama pengamatan 24 jam, semua kelompok tikus tidak ada yang mengalami kematian. Formulasi sediaan sirup dibuat dengan penambahan gula pasir 64%, meti.l paraben 0,25%, serta konsentrasi ekstrak buah bakau yang akan dibuat dari 0%, 5%, 15%, 25%, dan 50%. Nilai rata-rata viskositas sediaan sirup buah bakau berkisar antara 304,00 cP sampai 470,40 cP. Nilai rata-rata pH sediaan sirup buah bakau berkisar antara 3,78 sampai 5,50. Ni.lai rata-rata berat jenis sediaan sirup buah bakau berkisar antara 1,248 g/mL) sampai 1,251 g/mL. Dari uji lanjut Duncan diketahui penurunan ratarata kadar AST kelompok perlakuan sirup yang paling tinggi terdapat pada sirup 50%, pada kadar ALT terdapat pada sirup 5%. Formulasi sirup terbaik yang dipilih adalah sirup 5%. Nilai rata-rata mutu organoleptile dari sediaan sirup pada parameter warna, aroma, dan rasa berturut-turut sebesar 5.6, 5.2, clan 6.8.